Saturday, November 30, 2019

Pintar Pelajaran Kebiasaan Nyethe, Kehidupan Sosial Masyarakat : Artikel Dan Makalah

Artikel dan Makalah tentang Kebiasaan Nyethe, Kehidupan Sosial Masyarakat - Di dalam masyarakat Tulungagung, terdapat sebuah kebiasaan yang cukup unik yaitu nyethe. Nyethe ialah suatu kebiasaan menggambar atau melukis di atas rokok dengan memakai media endapan kopi (dalam bahasa jawa: cethe). Kebiasaan ini dilakukan para perokok di warung-warung kopi khususnya warung yang menyediakan kopi khusus untuk nyethe. Kebiasaan ini sudah membudaya di kalangan masyarakat perokok di Tulungagung.


Qoni’ Zamili, M. Nur Hidayad, A.F. Sulaiman, Eryunpas Setya N.
Jurusan Sastra Inggris, Universitas Negeri Malang

ABSTRAK

Nyethe merupakan kebiasaan perokok di tempat Tulungagung yang sering mendapat perkiraan negatif dari masyarakat yang menganggap bahwa nyethe merupakan kegiatan yang membuang-buang waktu (wasting time). Untuk itu diperlukan penelitian untuk membuktikan perkiraan negatif itu benar atau tidak. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan kegiatan apa saja yang dilaksanakan dalam nyethe, dampak kebiasaan nyethe terhadap proses interaksi sosial masyarakat dan pembentukan komunitas gres di masyarakat. Hasil penelitian mengambarkan bahwa kebiasaan nyethe bukan hal yang membuangbuang waktu, tetapi merupakan kegiatan yang sanggup menjalin kebersamaan masyarakat melalui interaksi sosial yang terjadi, bahkan sanggup dikatakan sebagai awal pembentukan komunitas dan budaya gres di masyarakat Tulungagung. Kata kunci: Nyethe, perkiraan negatif, interaksi sosial, komunitas, budaya

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Berpijak dari uraian diatas, timbul suatu permasalahan sosial di masyarakat bahwa telah terbentuk suatu kebiasaan gres yang kontroversial di masyarakat alasannya ialah ada aneka macam pihak yang membuat generalisasi bahwa kebiasaan tersebut merupakan kegiatan yang membuang-buang waktu. Disisi lain, ada pihak yang menolak perkiraan negatif tersebut. Mereka menganggap bahwa nyethe bukan termasuk kegiatan yang membuang-buang waktu. Oleh alasannya ialah itu, perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh citra objektif dan komprehensif mengenai hal di atas dan bagaimana permasalahan tersebut ditinjau dari sudut pandang sosial budaya.

Rumusan Masalah

Bertolak dari perkiraan negatif dari masyarakat tersebut, sanggup dirumuskan masalah yang dibahas dalam artikel ini yaitu: (1) kegiatan apa saja yang dilakukan pada waktu nyethe; (2) bagaimana dampak kebiasaan nyethe terhadap proses interaksi sosial masyarakat; (3) bagaimana dampak kegiatan nyethe terhadap pembentukan komunitas gres di masyarakat Tulungagung.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui dampak kebiasaan nyethe terhadap kehidupan sosial masyarakat di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Adapun tujuan tersebut sanggup dirinci sebagai berikut: (1) mendiskripsikan kegiatan apa saja yang dilaksanakan pada ketika nyethe; (2) mendiskripsikan pengaruh kebiasaan nyethe terhadap proses interaksi sosial masyarakat; (3) mendiskripsikan dampak kegiatan nyethe terhadap proses pembentukan komunitas gres di masyarakat. Dari hasil pembahasan ini diharapkan dapat meluruskan perkiraan negatif dari masyarakat sehinga masyarakat sadar bahwa nyethe merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang bermanfaat.

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini memakai metode penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 hingga 20 Agustus 2005. Tempat penelitian mencakup warung-warung kopi cethe yang berada di Tulungagung dan rumah-rumah masyarakat sekitar. Warung kopi tersebut misalnya: Waris (di Kecamatan Kalangbret), Bilkop (di desa Tunggulsari), WK (di desa Gilang) dan warung-warung kecil lainya yang tidak ada namanya. Subjek penelitian sebagai sumber data ialah pelaku nyethe di Tulungagung yang berada di warung-warung tersebut dan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar warung chethe yang ditetapkan secara purposif. Adapun jumlah subjek penelitian adalah 21 orang, yang terdiri dari 11 orang pelaku nyethe dan 10 orang dari masyarakat sekitar.. Sumber data dipilih alasannya ialah dianggap sanggup mewakilikarakteristik yang dimiliki subjek penelitian secara umum.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah wawancara (interview) dan observasi lapangan. Dalam hal ini peneliti tiba ke warungwarung dan terjun pribadi bergabung dengan subjek penelitian. Hal ini dimaksudkan biar peneliti sanggup memperoleh data mulut yang valid yang langsung diambil dari habitatnya yang orisinil (Latief , 1999:112). Selain itu peneliti melakukan wawancara secara terbuka terhadap masyarakat untuk mengetahui anggapan masyarakat perihal nyethe.

Instrumen kunci dalam penelitian ini ialah human instrument, artinya penelitilah yang mengumpulkan data, menyajikan data, mereduksi data, mengorganisasi data, memaknai data, dan menyimpulkan hasil peneltian (Bogdan dan Biklen, 1982).

Analisis data dilakukan secara terus menerus dan dilakukan hampir bersamaan dengan proses pengumpulan data (Bodgan dan Biklen, 1982). Pendekatan analisis data yang dipakai dalam penelitian ini ialah pendekatan analisis data interaktif yang disarankan oleh Mile dan Huberman (1984) (dalam Denzin dan Lincoln, 1994) sebagaimana pada skema berikut.

Pengumpulan data dilakukan dengan menilik kembali catatan lapangan. Pengurangan data dilakukan dengan menentukan data yang relevan untuk dianalisis dan membuang data yang kurang relevan. Sedangkan penyajian data dilakukan dengan cara identifikasi, klasifikasi, penyusunan, penjelasan data secara sistematis, obyektif, dan meyeluruh, dan pemaknaan. Penyimpulan dilakukan berdasarkan pemaknaan data. Setelah kesimpulan diperoleh, dilakukan cek ulang dengan melihat data yang sudah terkumpul maupun yang sedang dalam pengumpulan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang valid. Validitas data diambil dengan cara; data diobservasi secara terus-menerus, data didiskusikan dan dianalisis menurut literatur, dan data diperiksa kembali secara cermat.
 Nyethe ialah suatu kebiasaan menggambar atau melukis di Pintar Pelajaran Kebiasaan Nyethe, Kehidupan Sosial Masyarakat : Artikel dan Makalah
Gambar 1. Bagan Analisis Data Kualitatif.
HASIL PENELITIAN

Kegiatan Yang Dilakukan Pada Waktu Nyethe

Hasil penelitian mengambarkan bahwa kegiatan yang dilakukan pada waktu nyethe mencakup merokok, minum kopi, ngobrol, duduk-duduk santai, dan melukis pada rokok. (2) para pengunjung warung cethe terdiri dari aneka macam lapisan masyarakat mulai dari pelajar, anak muda, wirausahawan, penganguran dan sebagainya. (3) pengunjung biasanya tiba ke warung bersama teman, jarang sekali tiba sendiri tanpa teman, (4) pengunjung biasanya duduk berkelompok dua hingga lima orang atau lebih, (5) dalam satu kali kunjung ke warung, pengunjung biasanya menghabiskan waktu dua hingga lima jam untuk nyethe; (6) topik yang dibicarakan pada ketika ngobrol sangat bervariasi, tergantung subyek yang membicarakanya, mulai dari hal-hal yang bersifat ringan dan tidak serius sampai hal-hal yang bersifat serius, contohnya perihal pacar, jual beli motor, negosiasi harga handphone, persoalan isu-isu di masyarakat yang sedang marak, tentang gosip di televisi, mengenai even-even terdekat yang akan diikuti, tentang keluarga, mengenai pertandingan sepak bola, persoalan isu-isu politik dan lain sebagainya.

Pengaruh Nyethe Terhadap Proses Interaksi Sosial Masyarakat

Hasil penelitian mengambarkan bahwa pengunjung yang berasal dari berbagai lapisan, baik dari kalangan bau tanah maupun muda, berbaur menjadi satu. Mereka saling dekat dan tidak membedakan golongan bau tanah maupun muda, kaya maupun miskin.

Pengaruh Nyethe Terhadap Pembentukan Komunitas Baru

Dari data penilitian yang diperoleh sanggup diketahui bahwa sering diadakan lomba nyethe atau sering disebut “Nyethe Competition” di aneka macam tempat baik itu di warung-warung, di plasa atau dalam even-even peringatan hari besar.

PEMBAHASAN

Kegiatan-Kegiatan Yang Dilakukan Pada Waktu Nyethe

Dari hasil penelitian, didapat beberapa temuan perihal kegiatan apa saja yang dilakukan pada waktu nyethe. Dari data yang diperoleh tersebut, dapat dibuat beberapa pengklasifikasian antara lain temuan yang mendukung asumsi negatif dari masyarakat dan temuan yang menolak anggapan negatif masyarakat tentang nyethe yang membuang-buang waktu. Adapun temuan yang mendukung asumsi negatif masyarakat contohnya waktu yang biasa dihabiskan oleh orang yang sedang melaksanakan nyethe yaitu 2 hingga 5 jam untuk satu kali nyethe. Ini bisa benar kalau dalam jangka waktu yang cukup panjang tersebut, orang yang nyethe tidak melaksanakan hal-hal yang bermanfaat, contohnya hanya duduk-duduk santai dan membicarakan hal-hal yang kurang penting dan berguna, apalagi menggunjing atau membicarakan kejelekan-kejelekan orang lain (bahasa jawa: ngrasani). Di sisi lain, juga ada beberapa temuan yang menolak ataupun mengklarifikasi perkiraan negatif dari masyarakat contohnya temuan perihal orang-orang yang tiba ke warung sering ngobrol usang dan topik yang dibicarakan mengenai bisnis atau bahkan negoisasi jual beli sesuatu yang berakhir dengan adanya transaksi maupun persetujuan. Hal ini mengambarkan bahwa nyethe juga bisa digunakan sebagai media untuk melaksanakan hal-hal yang penting dan berguna, tidak selalu membuang-buang waktu.

Nyethe dalam Perspektif Interaksi Sosial

Ada dua pendapat yang dikemukakan oleh mahir sosiologi mengenai definisi dari interaksi sosial, S.S Sargen menjelaskan interaksi sosial sebagai tingkah laku sosial yang selalu dalam kerangka kelompok menyerupai struktur dan fungsi dalam kelompok. Sementara itu, H. Bonner mendefinisikan interaksi sosial sebagai suatu hubungan antara dua atau lebih individu insan dimana kelakuan individu yang satu mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya (Santoso, 1992).

Kedua definisi tersebut tidak membedakan satu sama lain tetapi saling melengkapi sehingga sanggup ditarik kesimpulan perihal aspek-aspek interaksi sosial. Aspek-aspek tersebut meliputi: adanya individu, adanya tujuan, adanya hubungan antar individu maupun kelompok, dan adanya relasi dengan struktur dan fungsi kelompok (Santoso, 1992). Dalam proses interaksi sosial yang nyata, keempat aspek tersebut saling menghipnotis satu sama lain.

Dari data penelitian mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam nyethe, kalau dihubungkan dengan definisi dan aspek-aspek interaksi sosial, terdapat kesamaan-kesamaan yang sanggup menjadi dasar untuk menyatakan bahwa dalam kegiatan nyethe terdapat unsur-unsur interaksi sosial. Kesamaan-kesamaan tersebut sanggup dilihat dari bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan dalam nyethe yang lebih bersifat kelompok bukan secara individu, contohnya duduk berkelompok dan mengobrol. Sangat terang bahwa ketika beberapa orang duduk bersama dan membicarakan sesuatu, disitulah terjadi suatu komunikasi.

Komunikasi ini mengambarkan adanya relasi antar individu dalam sekelompok orang tersebut dan adanya tujuan tertentu dari komunikasi yang berlangsung. Dari analisis ini terang bahwa sedikitnya terdapat dua aspek yang membuktikan bahwa nyethe sanggup dikategorikan sebagai salah satu proses interaksi sosial yang terjadi di masyarakat khususnya pada masyarakat perokok.

Jika nyethe sanggup dikategorikan sebagai interaksi sosial, maka muncul pertanyaan yaitu interaksi sosial yang bagaimana yang terjadi dalam nyethe. Krout (1983) (dalam Santoso, 1992) menyatakan bahwa terdapat empat macam interaksi sosial yaitu komensialisme, parasialisme, mutualisme, dan sosiality. Dari keempat macam interaksi sosial tersebut, nyethe sanggup dikategorikan ke dalam dua dari empat macam interaksi sosial. Pertama, nyethe sanggup dikategorikan sebagai mutualisme yaitu interaksi sosial yang menguntungkan kedua belah pihak. Pihak dalam pengertian tersebut tidak harus diartikan harus dua belah pihak, tetapi pihak bisa lebih dari dua belah pihak atau beberapa pihak. 

Dalam kegiatan nyete tidak ada salah satu pihak yang dirugikan tetapi semua pihak menerima keuntungan sesuai dengan tugas dan tujuan masing-masing pihak yang terlibat, misalnya pemilik warung menerima keuntungan dari kopi dan rokok yang dijual sedangkan pengunjung menerima kepuasan menikmati kopi dan rokok sambil nyethe di warung. Di antara sesama pengunjung juga tidak ada individu yang dirugikan, misalnya dalam berinteraksi mereka saling berukar pendapat, informasi maupun sekedar ngobrol yang membuat masing-masing individu merasa sama-sama senang dan enjoy. Yang kedua, selain dikategorikan sebagai mutualisme, nyethe juga sanggup dikategorikan sebagai sosiality. Sosiality ialah suatu interaksi sosial yang bersifat kemasyarakatan.(Santosa, 1992). Kemasyarakatan didefinisikan sebagai bentuk interaksi sosial yang bersumber dari masyarakat yang ada dan berpengaruh pada masyarakat itu sendiri. Jika ditinjau dari segi historis, kegiatan nyethe tercipta dari kesenangan (hobi) masyarakat khisusnya perokok sebagai subyek pelaku, dan kuat pada masyarakat itu sendiri secara sempit maupun masyarakat keseluruhan secara umum.

Interaksi Sosial Sebagai Pembentuk Komunitas Baru di Masyarakat

Individu tidak sanggup dilepaskan dari situasi dimana ia berada dan situasi ini sangat kuat terhadap kelompok yang terbentuk akhir situasi tersebut (Santosa, 1992). Pengunjung warung cethe sebagai individu juga tidak terlepas dari situasi warung dimana ia sedang berada. Karena terdapat beberapa pengunjung dalam satu tempat yang melaksanakan hal yang sama yaitu nyethe maka terciptalah suatu situasi nyethe yang selanjutnya membentuk kelompok atau komunitas dalam satu tempat tersebut.

Santosa (1992) menyatakan bahwa situasi yang dihadapi individu dalam kelompok sanggup dibagi menjadi dua, yaitu situasi kelompok sosial dan situasi kebersamaan. Situasi kelompok sosial didefinisikan sebagai suatu situasi dimana terdapat dua individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang mendalam satu sama lain. Sedangkan situasi kebersamaan artinya suatu situasi dimana berkumpul sekumpulan individu secara bersama sama. Berdasarkan definisi tersebut, situasi nyethe sanggup dikategorikan sebagai situasi kebersamaan. Situasi kebersamaan dapat membuat kelompok kebersamaan yakni suatu kelompok individu yang berkumpul pada suatu ruang dan waktu yang sama, tumbuh dan mengarahkan tingkah laris secara impulsif (Kinch, 1983) (dalam Santoso, 1992). Kelompok kebersamaan mempunyai ciri-ciri: bertanggung jawab dalam waktu yang relatif pendek, para pesertanya bekerjasama secara fisik, kurang adanya hukum yang terorganisir, dan interaksinya bersifat impulsif (Santosa, 1992). Berdasarkan ciriciri tersebut, nyethe juga sanggup dikatakan sebagai kelompok kebersamaan yang terbentuk dari situasi kebersamaan sebagai implikasi interaksi sosial yang terjadi dalam kegiatan nyethe.

Kelompok kebersamaan yang terbentuk dalam kegiatan nyethe selanjutnya secara jangka panjang sanggup membentuk suatu komunitas gres di masyarakat Tulungagung yaitu komunitas cethe mania.. Hal ini terbukti dengan data hasil penelitian yang menyatakan bahwa sering diadakanya kegiatan-kegiatan yang berusaha mengumpulkan dan mewadahi kreatifitas para pelaku nyethe, misalnya lomba nyethe atau nyethe competition se-kabupaten Tulungagung.

Karena nyethe sudah menjadi kebiasaan para perokok khususnya di daerah Tulungagung, maka nyethe sanggup dikatakan sebagai budaya perokok di daerah Tulungagung. Hal ini sesuai dengan definisi budaya. Culture is the informal and often hidden patterns of human interactions, viewpoints, and expressions that people share (Mutmainah, 2005). Budaya merupakan bentuk-bentuk tersembunyi dan informal dari interaksi, pandangan dan ekpresi insan . dari definisi tersebut, diketahui bahwa nyethe termasuk budaya yang mempunyai unsur ekspresi, interaksi, dan kebiasaan yang dilakukan secara umum dan berulang-ulang di masyarakat Tulungagung khususnya masyarakat perokok.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas, sanggup disimpulkan bahwa perkiraan negatif dari masyarakat yang menganggap nyethe ialah kegiatan yang membuang-buang waktu tidak selalu benar. Hal ini terbukti dengan adanya data hasil penelitian yang menunjukan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada waktu nyethe bervariasi dan hanya sedikit yang mengandung unsur membuang-buang waktu. Bahkan ada yang menganggap nyethe mempunyai unsur seni. Membuang-buang waktu atau tidaknya kegiatan nyethe sangat bergantung pada subyek pelaku nyethe itu sendiri, apakah mereka memanfaatkan nyethe untuk hal-hal yang berguna atau tidak.

Dipandang dari segi sosial budaya dan kemasyarakatan, nyethe merupakan cikal bakal terbentuknya suatu interaksi sosial yang lebih bersifat positif. Dari interaksi sosial tersebut selanjutnya terbentuk komunitas gres di masyarakat Tulungagung yang secara pribadi maupun tidak pribadi membuat budaya baru di kalangan masyarakat perokok di tempat Tulungagung.

DAFTAR PUSTAKA

Bodgan, Robert C. & Biklen, Sarri Krop. (1982). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods, Toronto, Allyn & Bacon, Inc.

Denzin, Norman K. & Lincoln, Yvonna S. (1994). Handbook of Qualitative Research, California, Sage Publication.

Latief, Mohamad Adnan. (1999). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Forum Penelitian Kependidikan, 2, 112.

Mutmainah, Siti Nurul. (2005). Cross Cultural Understanding, Malang, English Department UM.

Santoso, Slamet. (1992). Dinamika Kelompok, Jakarta, Bumi Aksara.

Anda kini sudah mengetahui Artikel dan Makalah mengenai Kebiasaan Nyethe, dan Kehidupan Sosial Masyarakat. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment