Saturday, November 30, 2019

Pintar Pelajaran Kesenian Di Indonesia : Pengertian, Seni Rupa, Sastra, Pertunjukan, Perkembangan, Dan Macam-Macam

Artikel dan Makalah ihwal Kesenian di Indonesia : Pengertian, Seni Rupa, Lukis, Pertunjukan, Perkembangan, dan Macam-macam - Apakah kalian pernah menyaksikan pertunjukan wayang kulit atau festival lukisan? Kalian tentunya senang sekali menyaksikan hasil karya seni lantaran selain mendapat hiburan, kalian juga mendapat pengalaman dan pengetahuan gres yang bermanfaat. Kemudian apa kekerabatan seni dengan Antropologi? Menurut Haviland (1999), Para andal Antropologi beropini bahwa seni mencerminkan nilai-nilai kebudayaan dan perhatian rakyat. Melalui seni, sanggup diketahui bagaimana suatu bangsa mengatur dunianya, dan sekaligus mengetahui sejarahnya. Bagi Antropologi, kesenian merupakan tanda-tanda kebudayaan. Dalam Antropologi, kita mempelajari kesenian dengan cara menyusun katalogus, memotret, mencatat dan mendeskripsikan semua bentuk kegiatan imajinatif yang mungkin terdapat dalam suatu kebudayaan tertentu.
 Apakah kalian pernah menyaksikan pertunjukan wayang kulit atau festival lukisan Pintar Pelajaran Kesenian di Indonesia : Pengertian, Seni Rupa, Sastra, Pertunjukan, Perkembangan, dan Macam-macam
Gambar 1. Pagelaran wayang kulit oleh dalang terkemuka di Indonesia, Ki Manteb Sudharsono. (Wikimedia Commons)
Seni mempunyai banyak cabang, yaitu seni rupa, seni kriya, seni sastra dan seni pertunjukan, semuanya itu dikaji dalam Antropologi sebagai tanda-tanda kebudayaan. Semua cabang seni itu sanggup digunakan sebagai sarana untuk memahami bagaimana pemiliknya memandang dunia, dan sejarah kehidupan pemiliknya.

Pada awalnya seni mempunyai tujuan yang mempunyai kegunaan dan simpel dalam kehidupan manusia. Contohnya, yakni pada zaman orang masih dekat dengan bahtera layar, lagu ihwal maritim mempunyai tujuan yang sangat bermanfaat dan praktis. Lagu-lagu itu menentukan irama (ritme) yang tepat untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu di bahtera disamping sebagai hiburan yang menghilangkan kejenuhan dan membangkitkan semangat hidup. Pada zaman kini ini, tujuan seni yang bersifat menghibur lebih lebih banyak didominasi dari tujuan yang bersifat praktis. Banyak orang menyanyikan lagu ihwal maritim hanya sebagai sarana hiburan untuk menghilangkan rasa bosan dan kejenuhan.

Mempelajari seni Indonesia berarti kita mempelajari kebudayaan Indonesia untuk mengetahui bagaimana bangsa Indonesia memandang dunia dan bagaimana sejarah perjanan hidup bangsa Indonesia itu sendiri. Tugu-tugu berisi patung insan yang biasanya terdapat di kota-kota Indonesia, tidak diadakan hanya untuk sebagai alat hiburan, tetapi untuk memberikan bagaimana masyarakat Indonesia memahami dunia ini. Tani nelayan dan petani mengandung nilai-nilai hidup petani dan nelayan, contohnya ulet bekerja, pantang mengalah dan bekerjasama. Setiap seni sesungguhnya mencerminkan nilai kehidupan yang dianut pemiliknya. Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan universal. Di mana ada masyarakat di situ ada kesenian. Setiap masyarakat niscaya mempunyai kesenian. Setiap suku bangsa di dunia mempunyai sistem kesenian. Umumnya bagi orang Indonesia, kebudayaan yakni kesenian. Menurut Koentjaraningrat (1999), kebudayaan dalam arti kesenian yakni ciptaan dari segala pikiran dan sikap insan yang fungsional, estetis, dan indah sehingga ia sanggup dinikmati dengan panca inderanya (yaitu penglihat, penghidung, pengecap, perasa, dan pendengar). 

Koentjaraningrat (1999) mengelompokkan seni menjadi beberapa bagian. Menurutnya; berdasarkan indera penglihatan manusia, maka kesenian sanggup dibagi sebagai berikut: (1) Seni Rupa, yang terdiri dari (a) seni patung dengan materi kerikil dan kayu (b) seni menggambar dengan media pensil dan crayon (c) seni menggambar dengan media cat minyak dan cat air; (2) Seni Pertunjukan yang terdiri dari (a) seni tari, (b) seni drama, dan (c) seni sandiwara. Dalam seni pertunjukan, pendengaran bersama-sama juga turut berperan, oleh lantaran di dalamnya diolah pula banyak sekali imbas bunyi dan musik untuk menghidupkan suasana.

Berdasarkan pendengaran manusia, maka kesenian dibagi ke dalam: (1) Seni musik, (termasuk seni musik tradisional), dan (2) Seni kesusastraan. Cabang kesenian yang tersebut terakhir ini juga termasuk dalam kepingan ini lantaran sanggup pula dinikmati dan dinilai keindahannya melalui pendengaran (yaitu melalui pembacaan prosa dan puisi). Sedyawati (2006), mengelompokkan seni menjadi :

a. Seni Rupa mencakup gambar, patung, tekstil, keramik, dan lain-lain
b. Seni Pertunjukan mencakup musik, tari, dan teater dalam segala bentuknya
c. Seni Sastra mencakup prosa dan puisi; lisan dan tertulis, dan
d. Seni Media Rekam.

A. Konsep Kesenian

Kesenian merupakan hasil unsur kebudayaan yang sudah sangat menyatu dengan kehidupan kita sehari-hari. Coba kau bayangkan seandainya dalam kehidupan ini tidak ada kesenian, menyerupai musik, tari-tarian, puisi atau seni pertunjukan, niscaya kehidupan kita akan terasa kering, hampa dan sangat menjemukan. Dalam konteks sederhana, keseniaan yakni sesuatu yang sifatnya menghibur. Namun lebih mendalam, kesenian menjadi alat atau sarana insan untuk mengekspresikan dirinya. Ekspresi timbul lantaran adanya pikiran dan suasana kehidupan. Ekspresi yang timbul lantaran intensi pikiran contohnya konsep dan struktur pikiran. Sedangkan ekspresi yang muncul lantaran suasana contohnya ketika kau sedang merasa senang lantaran akan dibelikan sepeda motor oleh orang tuamu. Sepanjang hari mungkin kau akan mengekspresikan suasana kegembiraan tersebut dengan menyanyi atau tertawa ceria. Nah, dari klarifikasi tersebut, apakah kau telah mendapat citra ihwal konsep kesenian? Apa saja bentuk-bentuk kesenian dan bagaimana perkembangan kesenian di Indonesia? Kamu akan mempelajarinya berikut ini.

B. Pengertian Kesenian

Apakah pengertian atau definisi kesenian? Ada banyak sekali definisi kesenian yang disajikan di sini. Kamu sanggup menelaah satu persatu, kemudian membuat definisi dengan bahasamu sendiri. Kata “seni” yakni sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Kata seni berasal dari kata ”sani” yang kurang lebih artinya ”jiwa yang luhur atau ketulusan jiwa”. Menurut kajian ilmu di Eropa, seni disebut ”art” (artivisial) yang artinya kurang lebih yakni barang/ atau karya dari sebuah kegiatan.

Menurut Suharto Rijoatmojo dalam buku Ethnologie, kesenian yakni segala sesuatu ciptaan insan untuk memenuhi atau untuk memberikan rasa keindahan. Keseniaan merupakan hasil dari unsur budaya manusia, yaitu rasa. Definisi kesenian lainnya yakni berdasarkan Alexander Alland, sebagaimana yang dituliskan oleh Marvin Harris. Ia menyatakan bahwa kesenian yakni bermain dengan menghasilkan bentuk transformasi representatif yang estetik. Pendapat tersebut,dapat dijabarkan berikut ini. Bermain yakni kesenangan, aspek kegiatan kepuasan yang tidak sanggup diukur. Bentuk yakni bangunan yang dibuat pada waktu dan ruang bermain di dalam kesenian. Estetik yakni eksistensi kapasitas insan secara universal sebagai suatu apresiasi emosi dan kesenangan. Adapun perwujudan transformasi yakni aspek komunikasi suatu kesenian. Kesenian selalu mewakili sesuatu dan mengomunikasikan informasi. Komunikasi di dalam kesenian berbeda dengan komunikasi lain. Komunikasi di dalam kesenian harus diubah ke dalam bentuk kiasan atau pernyataan simbolik.

Kamu telah memahami banyak sekali pengertian kesenian. Lalu semenjak kapan kesenian ini muncul? Berdasarkan penelitian para ahli, seni atau karya seni sudah ada kurang lebih semenjak 60.000 tahun yang lalu. Bukti ini terdapat pada dinding-dinding gua di Prancis Selatan. Buktinya berupa lukisan yang berupa torehan-torehan pada dinding dengan memakai warna yang menggambarkan kehidupan insan purba. Artefak atau bukti ini menyerupai lukisan modern yang penuh ekspresi. Hal ini sanggup kita lihat dari kebebasan mengubah bentuk.

Satu hal yang membedakan antara karya seni insan purba dengan insan modern yakni terletak pada tujuan penciptaannya. Manusia purba membuat karya seni atau penanda kebudayaan sangat dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan insan modern membuat karya seni atau penanda kebudayaan digunakan untuk kepuasan langsung dan menggambarkan kondisi lingkungannya. Dengan kata lain, insan modern yakni sosok yang ingin menemukan hal-hal yang gres dan mempunyai cakrawala berpikir yang lebih luas.

Saat ini, kesenian terus berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia. Perkembangan kesenian juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Oleh lantaran itu, tidak heran apabila kau menemukan bidang-bidang seni baru.

Semua bentuk kesenian pada zaman dahulu selalu ditandai dengan kesadaran magis lantaran memang demikian awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang sederhana yang memuja alam hingga pada kesadaran terhadap eksistensi alam

C. Jenis/Macam-macam Kesenian di Indonesia

1. Seni Rupa

Menurut kalian apa yang dimaksud dengan seni rupa? Seni rupa yakni hasil seni yang berupa visual yang diciptakan oleh insan dalam banyak sekali media. Di Indonesia bentuk seni rupa sangat bermacam-macam sesuai dengan kebhinekaan masyarakatnya. Secara umum bentuk seni rupa yang di Indonesia yakni sebagai berikut:

a. Seni Lukis

Seni lukis yakni suatu hasil seni rupa dua dimensi yang dilakukan dengan membuat suatu keadaan atau imajinasi ke bidang datar melalui garis-garis dan warna. Perkembangan seni lukis sejalan dengan tingkat peradaban umat manusia. Semakin maju tingkat peradaban insan maka semakin maju atau baik pula tingkat (kualitas) lukis. Seni lukis telah mengalami evolusi secara terus menerus, dari bentuk sederhana ke bentuk yang semakin baik dari waktu ke waktu. Dari kualitas seni lukis yang rendah ke kualitas yang tinggi. Dan akhirnya, seni lukis hingga pada bentuk dan kualitas yang sangat tepat (maju) menyerupai karya-karya lukis yang dihasilkan oleh seniman-seniman pada masa modern ini.

Tema seni lukis pun bergerak seiring dengan kemajuan peradaban insan yang pada akhirnya mengakibatkan perubahan tema maupun obyek-obyek lukisan. Pada tipe masyarakat berburu dan meramu, tema-tema lukisan didominasi oleh masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan berburu dan meramu. Contohnya, lukisan mengenai binatang buruan, lukisan mengenai orang yang sedang berburu, dan sebagainya.

Pada tipe masyarakat bercocok tanam, tema-tema seni lukis didominasi oleh peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan bercocok tanam. Contohnya, lukisan mengenai hamparan padi yang sedang menguning, pesta panen, dan sebagainya. Pada tipe masyarakat kota dan metropolitan, tema-tema seni lukis didominasi oleh kehidupan kota dan metropolitan. Contohnya, lukisan mengenai kehidupan kota yang sangat sibuk. Lukisan mengenai gedung-gedung bertingkat pencakar langit, dan sebagainya. Seni lukis tumbuh dan berkembang berdasarkan zamannya. Pada zaman Hindu-Budha, seni lukis mengekspresikan tema-tema yang berafiliasi dengan nilai-nilai yang dianut oleh Hindu-Budha. Pada zaman Islam (madya), seni lukis mengekspresikan tema-tema mengenai nilai-nilai Islam. Demikian seterusnya hingga zaman gres dan zaman modern, seni lukis mengekspresikan nilai-nilai zamannya. Perkembangan seni lukis tidak hanya sebatas tema saja, tetapi juga menyentuh hingga bahan-bahan lukisan yang digunakan. Perhatikan tabel di bawah ini!

Tabel 1. Perkembangan Seni Lukis

No.
Zaman
Gambaran Bahan Lukisan
1.
Purba
Media seni lukis yakni dinding di goa dengan memakai cat atau materi pewarna yang diperoleh dari getah tumbuh-tumbuhan
2.
Hindu-Budha
Media seni lukis yakni daun-daun lontar, kulit binatang, dinding-dinding kerikil atau dinding bangunan suci (candi, makam), dinding kayu dengan memakai cat atau materi pewarna.
3.
Madya
Media seni lukis yakni barang-barang pecah belah semacam gerabah, keramik, porselin, alat-alat dapur, dan lain-lain, dengan memakai cat atau materi pewarna.
4.
Sekarang
Media seni lukis semakin variatif, mulai dari ganjal dasar kertas, kulit binatang, kain (kanvas), kaca, dan lain-lain dengan memakai beraneka ragam cat atau tinta lukis yang telah berhasil diciptakan.

Dari hasil perkembangan seni lukis dari dahulu hingga sekarang, insan mengenal banyak sekali jenis seni lukis. Menurut materi dan teknik pembuatannya, seni lukis dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
  1. Lukisan cat minyak
  2. Lukisan cat air
  3. Lukisan orang
  4. Lukisan kapur berwarna
  5. Lukisan Al fresco atau fresco
  6. Lukisan tempera
  7. Lukisan encaustis
  8. Lukisan mozaik
  9. Lukisan azalejo.
Menurut alirannya, seni lukis dibedakan menjadi lukisan yang beraliran :
  1. Naturalis
  2. Realis
  3. Impresionis
  4. Ekspresionis
  5. Kubisme
  6. Futuristis
  7. Surealis
  8. Bebas (abstrak).
b. Seni Patung

Menurut Haviland (1999), dalam arti yang seluas-luasnya seni patung yakni seni berdimensi tiga. Setiap produk imajinasi kreatif yang tiga dimensi sanggup disebut sebuah patung. Sebuah pisau upacara, belanga yang berhias, kecapi buatan tangan, gapura hias, monumen kuburan, atau bangunan umum mengandung pokok-pokok artistik yang sama dengan patung.

Indonesia mempunyai contoh patung yang beragam. Sumber sebagian besar patung-patung itu diperkirakan berasal dari masa dan tradisi Megalitik. Pada umumnya patung diwujudkan dalam relief lembut, tangan yang melengkung ke kawasan perut menyerupai untuk melindungi sesuatu. Wajah hanya terdiri dari atas hidung dan mata, dengan verbal yang dihilangkan. Contoh patung menyerupai itu ditemukan di Lembah Bada Sulawesi Selatan, Kalimantan dan Nias. Sampai ketika ini belum diketahui apa tujuan semula pembuatan patung ini, diperkirakan dibuat pada simpulan masa ke –14. (Disarikan dari Indonesian Heritage, jilid 7).

Seiring dengan masuk dan diterimanya agama Hindu-Budha, terbawa pula unsur-unsur kebudayaan India yang sangat mensugesti seni patung pada masa itu. Bentuk patung didominasi oleh efek India berupa garis lengkung dan bidang cembung yang menggambarkan alam semesta yang berombak dan melambai. Contohnya, jenis patung yang sanggup ditemukan pada patung Hindu Wisnu di Cibuaya, Jawa Barat. Patung-patung masa ini sangat kental dengan ragam hias Hindu Budha, menyerupai padma, swastika dan kinnara. Padma melambangkan tempat duduk yang kuasa tertinggi, terbentuknya alam semesta, kelahiran Budha, kebenaran utama, tempat kekuatan hayati dan suci serta rasa kasih. Swastika melambangkan daya dan keselarasan jagad raya. Kinnara melambangkan makhluk insan setengah burung, yang merupakan anggota dari kelompok yang kuasa penghubi langit. (Disarikan dari Indonesian Heritage, jilid 7).

Penyebaran dan masuknya agama Islam di Indonesia membawa efek yang sangat besar pada seni rupa Indonesia. Pada masa ini, perkembangan seni beralih ke wayang golek, wayang kulit, wayang beber, dan seni kaligrafi. Berbagai ragam jenis seni itu digunakan sebagai sarana untuk membuatkan agama Islam dengan tema-tema yang kental dengan nilai-nilai Islam. Kaligrafi Islam di Indonesia menjadi unsur penting dalam seni hias Islam. Kaligrafi terdapat pada benda-benda upacara yang ada di istana-istana tua, menyerupai belati, tombak, pedang dan panji-panji. Kaligrafi sering juga tampak pada lukisan beling dan dan tabrakan kayu yang membentuk beberapa unsur hiasan istana.

Sepertinya budaya China dan Eropa tidak begitu mensugesti perkembangan seni patung di Indonesia. Sementara pada seni hias Indonesia ditemui juga adanya efek budaya China. Pada ketika ini seni patung dan seni hias berkembang sesuai dengan selera masyarakat yang sangat beraneka ragam. Bahkan seniman patung dan seniman hias yakni orang yang menjadikan seni patung dan hias sebagai mata pencahariannya. Pada ketika ini hampir di setiap kota sanggup ditemukan patung sebagai simbol kota itu, di lain pihak seni hias juga berkembang pada batik dan banyak sekali perabotan rumah tangga lainnya, sehingga menjadi materi komiditi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

c. Seni Arsitektur

Seperti halnya dengan seni lainnya, seni arsitektur atau bangunan juga berkembang sejalan dengan tingkat perkembangan peradaban umat manusia. Pada zaman batu, seni arsitektur yang berkembang pada umumnya yakni seni arsitektur yang terbuat (berasal) dari batu. Pada zaman Megalithikum Tua, berkembang seni arsitektur bangunan tua-tua besar, dengan sifat khas kasar dan masif. Contoh seni arsitektur dari zaman Megalithikum diantaranya yakni menhir, dolmen, serta punden berundak. Bergerak menuju masa Megalitikum Muda, perkembangan seni arsitektur bersifat lebih halus, contohnya, yakni bangunan-bangunan sarchovagus (keranda jenasah), kubur batu, serta sejumlah arca-arca megalitik.

Seni arsitektur pada candi-candi berkembang pada masa Hindu-Budha, sebagai hasil perpaduan efek India dan Indonesia asli. Contohnya, yakni Candi Borobudur di Jawa Tengah, serta candi Jago di Jawa Timur, yang mana keduanya disusun dalam bentuk merebah menyerupai punden berundak. Corak dan gaya seni arsitektur gaya Hindu-Budha ini terus bertahan pada masa Islam. Buktinya yakni bangunan Masjid dibuat dengan model atap tumpang (bertingkat) menyerupai bentuk Meru pada candi-candi Hindu, sedangkan dalam agama Hindu Meru yakni tempat bersemayamnya para dewa; Masjid Agung Cirebon, Masjid Katangka di Sulawesi, Masjid Angke di Jakarta, Masjid Agung Demak, serta yang bertingkat lima yakni Masjid Agung Banten.

Perkembangan selanjutnya seni arsitektur hingga ketika ini sangat didominasi dan dipengaruhi oleh arsitektur Eropa (Barat). Kehadiran arsitektur barat di Indonesia bermula dari kehadiran bangsa Belanda di Indonesia yang kemudian membawa gaya-gaya bangunan Barat ke Indonesia dan memadukannya dengan arsitektur tradisional Indonesia. Pengaruh arsitektur Barat, khususnya Belanda sanggup ditemukan pada banyak sekali bangunan bersejarah dan rumah di Indonesia. Contohnya, yakni ubin, jendela beling timah, dan atap beling serta teralis besi yang ditempa yang dipadukan dengan arsitektur tradisional.

Analogi Budaya 1:

“Mari tumbuhkan semangat etos kerja dan orientasi kecakapan pada diri kalian!”

Coba kalian kunjungi pusat galeri kesenian yang ada di tempat kalian dan lakukanlah mekanisme kerja di bawah ini!
  1. Catatlah bentuk/hasil seni rupa yang ada di galeri tersebut!
  2. Klasifikasikan aliran seni yang melatarbelakangi terciptanya karya seni rupa tersebut!
  3. Analisislah efek budaya yang menjadi dasar dari penciptaan karya seni tersebut!
  4. Menurut kalian apakah karya seni itu membawa kritik terhadap keadaan keanekaragaman budaya maupun masalah-masalah budaya lainnya?
Coba praktikkan melukis salah satu tema yang menarik perhatian kalian di sekitar tempat tinggal kalian kemudian adakan festival di sekolah bersama teman-teman kalian!

2. Seni Sastra

Sastra berkembang mengikuti jiwa masyarakat berdasarkan jamannya. Jejak seni sastra sanggup ditelusuri jauh ke masa lalu. Dalam kehidupan insan ada banyak karya sastra, diantaranya yakni cerpen, novel, roman, esai, syair, sajak, dan puisi. Karya sastra pada hakekatnya merupakan perwujudan pengalaman sastrawan atau pujangga yang diungkapkan dengan jujur, terus terang, sungguh-sungguh dan penuh daya imajinasi serta dengan bahasa yang khas. Karakteristik itu mengakibatkan pengalaman-pengalaman yang diungkapkan dalam karya sastra menjadi hidup dan memikat hati. Menurut Sedyawati (2006), seni sastra yang sudah berhasil diidentifikasi hingga ketika ini belum sebanyak suku bangsa Indonesia.

Indonesia mempunyai karya sastra yang sangat banyak, tersebar dalam bahasa Jawa Kuno, Bali dan Indonesia. Karya-karya sastra Indonesia hidup dalam tradisi, agama dan seni. Dari semua sastra kawasan Indonesia, sastra Bali memperoleh perhatian istimewa lantaran berisi jejak-jejak kekerabatan penganut Tantrisme Hindu-Budha Jawa dan India dengan orang Islam dari Jawa, khususnya Blambangan, orang Sasak (Lombok), dan Bugis (Sulawesi), serta orang Belanda. Interaksi itu diperkirakan mulai terjadi pada masa ke – 16. Kesusastraan Bali berisi teks sastra kuno yang dikarang di Jawa berdasarkan pada dongeng kepahlawanan India, Ramayana dan Mahabharata. Pada masa ke – 10 karya sastra yang berafiliasi dengan agama dan sejarah dibuat di Jawa dan dialihkan ke Bali pada masa ke –16.

Mulai masa ke-16, orang Bali membuat sastra mereka sendiri. Temannya masih tetap mengacu pada karya sastra Jawa Kuno, tetapi gres mulai masa ke-18, penggunaan bahasa Bali dalam karya sastra mulai berkembang. Dan semenjak tahun 1945, terutama sehabis Indonesia merdeka, bahasa Indonesia digunakan secara luas dalam karya sastra, menyerupai novel, dongeng pendek, dan puisi. Pada umumnya karya sastra sanggup dikelompokkan menjadi prosa dan puisi. (Disarikan dari Indonesian Heritage, jilid 10). Abdullah bin Abdulkadir Munsyi oleh para andal sastra dianggap sebagai penggagas perintis kesusasteraan Melayu baru. Masa itu merupakan masa peralihan sastra Melayu ke sastra Indonesia. Terbukti sehabis itu banyak karya sastra bangsa Indonesia diterbitkan oleh bangsa Indonesia sendiri, dalam hal ini Balai Pustaka. Maka Pujangga yang hidup sehabis Abdullah bin Abdulkadir Munsyi disebut Angkatan Balai Pustaka. Bahasa yang digunakan yakni bahasa Indonesia meskipun strukturnya tidak sama dengan struktur bangsa Indonesia yang digunakan kini (Yandianto, 2004).

a. Prosa

Karya prosa pada awalnya bersifat informatif dan menjadi buku pegangan dalam mempelajari agama. Karya prosa tradisional berisi ungkapan-ungkapan suci, tata cara keagamaan, silsilah kitab undang-undang, peraturan desa, perbintangan, penanggalan, ilmu gaib, tabrak ayam, serta cara memelihara kuda dan merpati. Karya sastra tradisional ditulis pada naskah daun tar, dengan maksud peruntukan dibaca oleh kelompok tertentu, tidak untuk kaum awam. Bahasa yang digunakan pun berbeda. Karya sastra ihwal agama dan tata cara keagamaan ditulis dalam bahasa Jawa Kuna yang sukar dengan bahasa sangsekerta yang hanya dimengerti oleh sekelompok kecil anggota masyarakat. Karya sastra di luar itu ditulis dalam bahasa Jawa kuna yang tidak rumit, seringkali dicampur dengan bahasa Bali, yang bisa dimengerti oleh kebanyakan orang.

Karya-karya prosa pada zaman Balai Pustaka hingga kini terus lahir melalui pujangga-pujangga Indonesia berdasarkan zamannya. Diantaranya yakni Marah Rusli dengan Siti Nurbaya, Nur Sutan Iskandar dengan Apa Dayaku Karena Aku Perempuan, Nur Sutan Iskandar dengan cinta tanah air, dan sebagainya. Tema-tema yang diusung oleh prosa masa ini berkisar cinta anak manusia, kebijaksanaan orang tua, nilai-nilai kejujuran dan kebenaran, pengorbanan dan kematian. Dalam tema-tema itu tercuat harapan dan keinginan rakyat Indonesia ihwal kehidupan yang lebih baik. Hal ini tidaklah mengherankan lantaran konteks sosial pada masa itu yakni kehidupan dalam penjajahan dan penderitaan.

b. Puisi

Pada masa sastra Melayu, puisi Indonesia berawal mula dari usaha-usaha untuk menerjemahkan syair-syair India ke dalam Bahasa Jawa dan Bali atas usul Raja, Pangeran dan anggota kerajaan lainnya yang hidup pada masa itu. Pokok bahasan puisi berkisar pada tema kepahlawanan India. Seiring dengan pergerakan waktu, orang Jawa dan Bali mulai membuat puisinya sendiri. Kisahnya bercerita mengenai tema cinta, dongeng binatang, dan dongeng yang mengisahkan kehidupan istana kerajaan. Pada masa Balai Pustaka, Indonesia mempunyai pujangga-pujangga yang melahirkan karya sastra berupa puisi yang sangat fenomenal dan menjadi contoh hingga ketika ini. Pujangga itu diantaranya yakni Amir Hamzah, Muh. Yamin, JE. Tatengkeng, Chairil Anwar, Dodong Jiwapraja, dan ajip Rosidi. Tema-tema yang diusung puisi pada masa ini yakni keindahan alam, hasrat untuk merdeka, dan perjuangan.

Wahana Antropologi

Linguistik

Lingiustik yakni ilmu ihwal bahasa dengan mempelajari bagaimana sifat-sifat bahasa dengan tujuan supaya sanggup membedakan pemakaian kata bahasa. Seorang sastrawan selalu mempelajari ilmu ini supaya karya yang diciptakan bisa menarik perhatian bagi masyarakat penikmat seni. Akibatnya linguistik ini menjadi suatu dasar oleh seniman untuk membuat karya sastra. Bagi kelompok sosial tertentu terutama antropolog linguistik tidak hanya menjadi sistem tanda bahkan menjadi lambang identitas sosial.

3. Seni Pertunjukan

Menurut Sedyawati (2006), jejak-jejak seni pertunjukan Indonesia mulai ditemukan pada zaman prasejarah akhir, terutama pada zaman Perunggu – Besi. Buktinya yakni ditemukannya beberapa logam hasil zaman itu berisi sejumlah penggambaran mengenai orang-orang menari dengan mengenakan hiasan kepala dengan bulu-bulu panjang serta topeng. Hal ini diperkuat oleh lukisan-lukisan zaman ini yang banyak menggambarkan orang menari. Seni pertunjukan Indonesia mengalami perkembangan pada masa Hindu-Budha. Sumber-sumber tertulis memberikan bahwa relief-relief candi memberikan dengan terang adegan orang menari. Berbagai karya sastra pada masa ini juga memperkuat berkembangnya seni pertunjukan pada masa ini.

Masuknya agama Islam ke Indonesia memberi efek unik terhadap seni pertunjukan Indonesia, khususnya seni musik. Pengaruh khas Islam ditemukan pada musik Rebana yang cukup dekat dan merakyat di beberapa kawasan Indonesia. Sumbangan bangsa Eropa terhadap seni pertunjukan Indonesia, khususnya pada seni musik yakni toneel dan musik diatonik. zaman kemerdekaan memberi warna tersendiri terhadap seni pertunjukan Indonesia, yaitu hidup dan berkembangnya musik keroncong dan dangdut atas dasar musik diatonik dan lagu kebangsaan Indonesia.

Fungsi seni pertunjukan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sesuai dengan budaya yang menjadi latar belakangnya. Hasil pengamatan terhadap sejarah perjalanannya, seni pertunjukan berdasarkan Sedyawati (2006) setidaknya mempunyai fungsi:

a. Fungsi religius.
b. Fungsi edukatif.
c. Fungsi peneguhan integrasi sosial.
d. Fungsi hiburan.
e. Fungsi mata pencaharian.

Fungsi religius seni pertunjukan di antaranya sanggup ditemukan pada banyak sekali jenis dan bentuk seni yang digunakan sebagai sarana dakwah pada agama Islam. Sampai ketika ini seni pertunjukan sebagai sarana dakwah terus mengalami perkembangan pesat akhir ditemukannya teknologi komunikasi dan informasi. Seni pertunjukan menyerupai yang terdapat pada karya sastra digunakan sebagai sarana mendidik generasi berikutnya. Fungsi peneguhan integrasi sosial sanggup ditemukan pada adanya tari-tari tertentu yang hanya sanggup ditarikan di lingkungan istana untuk memperkokoh struktur sosial mereka. Fungsi hiburan terutama dialamatkan kepada para penikmat seni yang menjadikan seni sebagai sarana untuk bersenang-senang. Fungsi mata pencaharian dikuatkan dengan adanya kelompok-kelompok seni yang menjadikan seni pertunjukan sebagai mata pencahariannya.

a. Seni Musik

Studi ihwal seni musik dalam kerangka kebudayaan telah dilakukan insan semenjak masa ke –19 dengan cara mengumpulkan nyanyian-nyanyian rakyat. Studi ini melahirkan etnomusikologi, yakni ilmu ihwal musik dihubungkan dengan kebudayaan masyarakat pemiliknya (Haviland, 1999). Pada umumnya disepakati bahwa musik insan berbeda dengan musik alamiah, menyerupai nyanyian burung, serigala dan ikan paus. Ada beberapa konsep dalam seni musik. Oktaf yaitu jarak antara nada dasar dan nada atasnya yang pertama. Oktaf terdiri dari tujuh tangga nada, lima nada utuh dan dua nada tengahan, diberi nama tangga nada A hingga dengan G. Tonalitas yakni sistem skala dan modifikasi-modifikasinya dalam musik. Tonalitas menentukan banyak sekali kemungkinan dan batasan-batasan melodi dan harmoni. Ritme berkaitan dengan teratur atau tidak teraturnya suatu musik. Ritme lagu terwujud dari ketukan lagu, bisa tiga ketukan, lima, tujuh atau sebelas dengan variasi susunan yang sangat kompleks.

Pada ketika ini di Indonesia berkembang beberapa aliran musik. Selain terdapat musik tradisional yang biasanya dibawakan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional (daerah), juga berkembang banyak sekali aliran musik lainnya sebut saja jazz, rock, pop, blues, dan reggae. Sedangkan jenis aliran musik lain semacam dangdut dan keroncong merupakan dua buah aliran musik yang memang sudah semenjak usang digemari oleh masyarakat Indonesia, bahkan telah mendarah daging sehingga merupakan kepingan dari budaya masyarakat Indonesia.

Di Indonesia perkembangan seni musik boleh dikatakan sangat pesat. bahkan ada kecenderungan terjadi perpaduan di antara banyak sekali aliran musik itu sehingga lahir irama-irama musik adonan menyerupai pop-rock, jazz-rock, rock-dut (rock dangdut), pop-dangdut, pop-keroncong, dan lain-lain. Selain itu terjadi pula perpaduan antara unsur-unsur modern dan tradisional sehingga lahirlah irama musik campursari, yaitu sebagaimana yang ketika ini digemari oleh masyarakat di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan musik campursari kini telah “go internasional” lantaran selain digemari oleh orang Jawa yang ada di dalam negeri juga telah digemari pula oleh orang-orang suku Jawa yang ada di Malaysia dan Suriname.

Sedangkan satu hal lagi yang berkaitan dengan perkembangan seni musik, khususnya di Indonesia yakni jenis musik instrumentalia, yakni jenis atau irama musik yang dibawakan tanpa lagu.

b. Seni Tari

Indonesia mempunyai banyak jenis tarian. Tari-tarian tersebut sudah dikenal semenjak dulu baik yang berkembang dalam masyarakat ataupun di Istana. Bebarapa tari yang berakar dari tari adat mencakup pendet dan gabor di Bali dan jathilan di Jawa Tengah. Tamu-tamu di Bali disambut dengan tari pendet dan gabor. Keindahan tari tanpa dongeng mencapai puncaknya di keraton. Hal ini ditunjukkan oleh bedhaya dan serimpi. Tari legong di Bali ditonjolkan dalam pertunjukannya. Tujuannya yakni melaksanakan urutan gerak dengan keterampilan, keindahan, dan perasaan secara mendalam.

c. Seni Teater (Drama)

Seni teater tradisional ditemukan hampir pada semua masyarakat suku bangsa Indonesia. Seni teater tradisional pada masyarakat tradisional, selain sebagai sarana hiburan juga berfungsi sebagai sarana pewarisan nilai-nilai masyarakat dari suatu generasi ke generasi berikutnya, serta mempunyai kaitan yang erat dengan kehidupan sistem religi yang hidup pada masyarakat suku bangsa yang bersangkutan. Banyak upacara religi yang diwarnai oleh drama sebagai sarana penyalur kekuatan adi kodrati dan bakti kepada Tuhan. Ada beberapa contoh seni teater tradisional yang hingga ketika ini sangat dekat dengan masyarakat Indonesia, diantaranya yakni seni teater Ludruk (kesenian Jawa Timur), Lenong (kesenian Betawi), dan seni teater Ketoprak (kesenian Jawa Tengah). Seni teater bukan hanya menampilkan dialog-dialok yang dibawakan oleh pemainnya, dalam seni teater terdapat unsur seni lainnya yang dipadu menjadi satu kesatuan yang indah dan bermakna. Contoh seni yang biasanya mewarnai pementasan seni teater yakni seni musik, seni suara, seni tari, dan lawak.

Saat ini kita berada di zaman modern bahkan pada bidang tertentu kita sudah berada di era postmodernisasi. Keberadaan teknologi media massa elektronik menyerupai televisi mendorong perkembangan seni teater yang ditayangkan dalam bentuk sinetron, film dan banyak sekali istilah lainnya. Sehingga tidak mengherankan bila masa ini, seni teater mengalami perkembangan yang sangat cepat dan variatif. Perkembangan seni teater sanggup kita lihat pada temanya. Tema dongeng teater tradisional berpusat pada masalah-masalah pada masyarakat tradisional yang bersangkutan, sedang teater modern mengangkat tema dongeng yang sangat luas, mulai dari kehidupan lokal, nasional hingga internasional. Perkembangan seni sanggup juga dilihat dari segi organisasinya. Jumlah organisasi seni teater pada masyarakat tradisional sanggup dihitung dengan jari alias sangat sedikit, dan juga belum dipelajari melalui forum formal pendidikan. 

Pada masyarakat modern sekarang, banyak sekali organisasi (kelompok teater) tumbuh diberbagai kawasan Indonesia, ada yang bergerak pada seni tradisional atau seni kontemporer, keadaan ini tidak terlepas dari kehadiran banyak sekali forum formal pendidikan seni di Indonesia. Sanggar-sanggar seni dengan gampang sanggup ditemukan, ada teater sekolah, teater kampus bahkan sanggar-sanggar seni (bengkel seni) yang didirikan dan dikelola sendiri oleh masyarakat.

Tuntutan kebutuhan seni teater oleh dunia pertelevisian terus meningkat seiring bertambahnya jumlah saluran dan stasiun televisi. Tumbuh dan berkembang industri sinetron dan film. Para sutradara dan sineas melaksanakan penjelajahan ruang dan waktu untuk memperoleh ide cerita. Ada kalanya mereka berpaling ke masa kemudian dan menemukan ide dongeng pada banyak sekali seni teater tradisional. Merekan mengangkat ide dongeng teater tradisional itu dan menjadikannya sebagai suatu karya yang dikenal dengan film atau sinetron. Seni teater tradisional yang diangkang ke sinetron dan film yakni seni teater yang bertemakan kebaikan lawan kejahatan, cinta, bakti kepada orang tua, komedi, usaha melawan kemiskinan keluarga, dokumenter, dan sebagainya. Tuntutan kebutuhan yang dipaparkan di atas melahirkan banyak sekali karya seni teater dan seniman-seniman berbakat dan penuh imajinasi pada bidang seni teater, diantaranya yakni Usmar Ismail, Asrul Sani, Teguh Karya, Soekarno M Noor, Arifin C. Noor, W.S Rendra, dan lain-lain.

D. Hubungan Seni, Seniman, dan Masyarakat

Pernahkah kalian bertamasya ke suatu kawasan tertentu dan melihat hasil karya seni masyarakat tersebut? Ternyata sehabis kalian amati hasil karya seni mereka berbeda dengan hasil karya seni pada masyarakat di kawasan kalian atau kawasan lainnya. Kalian kemudian bertanya-tanya mengapa hasil karya seni berbeda-beda pada masyarakat yang berlainan? 

Apakah ada kekerabatan antara hasil karya seni dengan kehidupan dan pola sikap masyarakatnya?

Kebudayaan pada masyarakat tidak lepas dari pola sikap masyarakat dalam membuat karya seni. Hubungan ini terjadi secara alamiah yang membentuk suatu instrumen dari karya seni. Beberapa instrumen dari karya seni adalah:

1. Seni

Seni yakni produk jenis sikap insan yang khusus, penggunaan imajinasi secara kreatif untuk membantu kita menerangkan, memahami dan menikmati hidup. Ketika seorang penari menari, ia menghasilkan sikap insan yang khusus, yaitu tarian. Ia tidak menari bagai seorang robot. Ia menari dengan imajinasi yang kreatif sesuai dengan penghayatannya terhadap pesan dan makna tarian itu. Tarian yang diperankannya membantu para penikmat seni untuk memahami dan menikmati hidup sesuai pesan dan makna tarian itu.

Setiap bentuk seni lahir dari situasi dan kondisi alam serta berusaha untuk menjelaskan situasi dan kondisi alam fisik manusia. Misalnya, ketika seorang pelukis melukis tanah yang gersang dengan dinaungi awan hitam pekat, lukisan itu lahir dari imajinasinya mengenai situasi dan kondisi alam fisik manusia, yaitu kegersangan dan masa depan yang buram. Penjelasan yang hendak diberikan lukisan itu yakni bahwa alam sangat gersang sanggup mengakibatkan kesengsaraan kehidupan manusia.

Kesenian juga untuk melambangkan kritik sosial terhadap situasi dan kondisi sosial serta pemerintah. Kita sering melihat kelompok teater yang bermain drama di jalanan. Mereka memakai banyak sekali aksesoris dan lambang. Setelah mereka bermain drama yang memilukan, pentas di akhir, dengan menghancurkan sesuatu atau mengarak peti mati. Pembakaran itu sanggup dimaknai sebagai protes dan kemarahan. Peti mati berarti kematian. Apa yang mereka protes, bila mereka protes terhadap pemerintah atau lainnya berarti mereka memberikan kemarahannya kepada pemerintah. Apa yang mereka protes, bila mereka protes terhadap pelaksanaan demokrasi berarti mereka ingin menyampaikan bahwa pelaksanaan demokrasi sudah mati.

Dalam kehidupan sehari-hari seni digunakan untuk menggambarkan rasa cinta, kasih sayang, dan keindahan. Contohnya, yakni lukisan Monalisa yang populer itu untuk menggambarkan kecantikan, keanggunan dan keindahan. Tentu saja hal ini sangat mungkin dilakukan dengan penuh rasa cinta. Kita juga sering melukis orang lain yang kita sayangi, kita gambar dengan penuh hati-hati dan kesabaran yang lahir dari hati yang penuh sayang. Akhirnya, lahirlah gambar wajah yang sangat kita kenal.

Kita akan mengetahui bahwa seni selalu mempunyai tujuan yang mempunyai kegunaan dan simpel dalam kehidupan manusia. Di atas telah dikatakan bahwa lagu ihwal maritim bertujuan untuk membangkitkan semangat para awak kapal untuk mendayung perahu. Lukisan tanah gersang bertujuan menyadarkan untuk menghentikan penggundulan hutan. Drama dengan simbol peti mati betujuan mengingat pemerintah untuk menjalankan pemerintahan yang demokratis, dan sebagainya. Tetapi pada ketika ini, insan cenderung menikmati seni untuk tujuan hiburan belaka, untuk memenuhi rasa keindahan yang dimiliki rasa estetikanya. Dalam studi Antropologi, yang paling utama kita ketahui dari suatu hasil seni yakni tujuan yang beguna dan simpel dalam kehidupan.

2. Seniman

a. Siapa Seniman dan Apa Kegiatan Seniman?

Siapakah seniman? Bila seni dipahami sebagai kegiatan yang kreatif bukan hasilnya maka setiap orang yakni seniman. Bila insan mencicipi ada nyanyian di dalam hatinya maka ia akan menyanyi. Ia yakni seniman. Tukang ukir mengambil sebuah gading dan mengukir tanpa tujuan. Ia terus mengukir sambil terus berpikir dan akhirnya menemukan bentuk tabrakan yang akan diukir, yaitu anjing laut. Semua orang sanggup melaksanakan proses yang sama, mengambil pensil dan kanvas, seraya terus menggoreskan penanya tanpa tujuan yang jelas. Setelah proses itu berjalan beberapa lama, akhirnya Ia menemukan bentuk lukisan dan menyempurnakannya. Kita semua bisa melaksanakan hal yang sama, yaitu membuat karya seni sebagai suatu proses atau kegiatan yang kreatif, sehingga semua insan yakni seniman.

Apabila seni dipahami sebagai hasil berupa karya-karya seni, yaitu lagu, puisi, patung, lukisan, dan sebagainya maka seniman yakni orang yang sanggup menghasilkan karya seni. Menurut pengertian ini, tidak semua orang sanggup disebut seniman, yang sanggup dikategorikan seniman yakni hanya orang yang sanggup menghasilkan karya seni. Mereka diantaranya yakni Wage Rudolf Supratman pencipta lagu kebangsaan Indonesia “Indonesia Raya”. Affandi, Surono, Hendra, Sudjojono dari kalangan pelukis yang banyak menghasilkan karya seni berupa lukisan, dan sebagainya.

Kegiatan seniman yakni melaksanakan kegiatan berkesenian, menyerupai menyanyi, mencipta dan membaca puisi, melukis, akting, dan sebagainya. Kegiatan berkesenian sanggup dipandang, sebagai:
  1. Penyaluran kekuatan adi-kodrati.
  2. Penyaluran bakti (kepada Tuhan, atau pemimpin).
  3. Melestarikan warisan nenek moyang.
  4. Sarana atau komponen pendidikan (baik dalam aspek penerusan nilai-nilai budaya maupun pengembangan kreativitas).
  5. Kegiatan bersenang-senang dan berhibur.
  6. Sarana mata pencaharian hidup.
Dalam “budaya Indonesia karya Edi Sedyawati” dipaparkan beberapa contoh hakekat kegiatan berkesenian oleh seniman. Contoh-contoh itu dikutipkan sebagai berikut :
  1. Seorang seniman kecapi Cianjuran menyatakan bahwa penyajian tembang-tembang Sunda Cianjuran yakni sarana menumbuhkan rasa yang amat mendalam yang membuat orang masuk ke dalam “kekosongan”, semacam keterlepasan dari keterikatan hidup seharihari.
  2. Seorang dalang wayang golek Sunda menyatakan bahwa penyajian seninya pada hakikatnya yakni aktualisasi situasi masa kini yang dihadapi bersama oleh dalang, penanggap, maupun penontonnya.
Atas dasar fungsi kegiatan berkesenian di atas dan tujuan kegiatan berkesenian di atas setiap karya seni mempunyai hakekat unik. Hakekat karya seni mempunyai banyak sekali kemungkinan, di antaranya sebagai:
  1. Kekuatan adi kodrati yang menjelma.
  2. Ide yang mewujud.
  3. Energi yang mewujud.
  4. Sarana kesinambungan tradisi.
  5. Wujud kreativitas.
  6. Sarana bersenang.
b. Kebebasan Berkreasi

Kesenian yakni proses kreatif seniman dalam olahan renungan intuisi, kepekaan seni dan nurani kesenimanan ketika berhadapan dengan problematika masyarakat, problem hidup atau pun somasi rasa religiusitas serta kejujuran untuk senantiasa setia pada nurani. Berkesenian berarti proses kreatif seniman dengan memakai intuisi, kepekaan dan hati nurani dalam menilai permasalahan masyarakat, problem hidup atau pun rasa keimanan dan ketakwaan yang dituangkan dalam salah satu bentuk hasil kesenian, menyerupai puisi, drama, lukisan, film atau tari, dan sebagainya. Banyak orang berkata bahwa kesenian yakni kritik sosial.

Seniman dalam membuat seni dengan melaksanakan proses kreatif yang membutuhkan adanya jaminan kebebasan berkreasi. Kebebasan seniman untuk mengomentari kehidupan sosial dalam wujud hasil seni. Kebebasan seniman untuk mengajak masyarakat kembali pada nilai-nilai dasar religi yang diwujudkan dalam bentuk seni. Kebebasan seniman untuk menggalang solidaritas sosial yang dinyatakan dalam bentuk hasil seni. Seniman bebas melaksanakan apa saja dalam berkreasi dalam berkesenian untuk menghasilkan seni.

Ekspresi kebebasan berkesenian oleh seniman hanya tunduk pada satu perintah, yaitu hati nurani. Hati nurani selalu menyuarakan keikhlasan, kejujuran dan pengabdian. Keikhlasan yakni suatu keadaan atau kondisi yang sesuai dengan sikap dan perbuatan yang dilakukan dengan tulus hati, hati yang higienis dan jujur. Sikap dan perbuatan nrimo mengandung unsur-unsur tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balas jasa, dan dilakukan dengan sukarela. Bila salah satu dari ketiga unsur itu tidak terpenuhi dalam berkesenian maka tidak akan terwujud keikhlasan dalam berkesenian.

Kejujuran yakni suatu keadaan atau kondisi yang sesuai dengan sikap dan perbuatan yang dilakukan dengan tidak curang dan penuh ketulusan hati. Sikap dan perbuatan jujur mengandung unsur-unsur yang seharusnya (sesuai dengan norma-norma masyarakat) dan yang bersama-sama (sesuai dengan kenyataan). Bila salah satu dari kedua unsur itu tidak terpenuhi dalam proses berkesenian maka tidak akan terwujud kejujuran oleh seniman.

Dengan cara kerja seniman yang demikian maka tidak jarang hasil kerja seniman tidak disukai oleh pihak-pihak tertentu lantaran dianggap mengganggu kenyamanan mereka. Tidaklah mengherankan apabila pemerintah Indonesia di masa kemudian pernah melarang pementasan-pementasan seni lantaran dianggap mengganggu kenyamanan pemerintah yang berkuasa. Pelarangan seni dimaksud diantaranya sanggup dicatat, pelarangan “Opera Kecoa” Teater Koma-nya Nano Riantiarno dan pelarangan pembacaan dua puisi Rendra pada pekan seni Hari Ulang Tahun Ismail Marzuki. Dengan sederhana sanggup dikatakan bahwa penggunaan kebebasan berekspresi oleh seniman adakalanya menghasilkan seni yang mengganggu kenyamanan pemerintah, keamanan dan ketertiban kehidupan masyarakat. Contoh lainnya, yakni foto  flgar Anjasmara yang diklaim sebagai hasil seni dan dipajang dalam sebuah festival seni. Hal ini mengundang reaksi keras dari masyarakat Indonesia, bahkan permasalahanannya sempat di bawa ke pengadilan.

c. Tanggung Jawab Berkesenian

Setiap kebebasan berekspresi yang berlebihan oleh seniman sanggup saja mengakibatkan keresahan masyarakat. Oleh lantaran ini para seniman perlu juga memperhatikan tanggung jawab dalam kebebasan berekspresi, Singkatnya kebebasan yang bertanggung jawab dalam berekspresi. Bagaimanapun juga seniman yakni makhluk sosial, oleh lantaran itu seniman juga harus mendukung terwujudnya kedamaian dan ketenteraman masyarakat melalui karya-karya seninya. Bagaimanapun juga seniman yakni anggota suatu bangsa, oleh lantaran itu seniman juga harus memperkokoh persatuan dan kesatuan melalui karya seninya.

Bagaimanapun juga, seniman yakni anggota suatu negara. Oleh lantaran itu seniman harus mengajak orang untuk mematuhi norma-norma yang berlaku di negaranya melalui karya-karya seninya. Kebebasan berekspresi seniman harus digunakan dalam kerangka tanggung jawab mewujudkan kedamaian ketenteraman masyarakat, persatuan dan kesatuan serta kepatuhan pada norma-norma negara. Karya seni selayaknya selaras dengan nilai-nilai masyarakat, bangsa dan negara. Bila bertentangan maka karya seni itu akan mendapat reaksi yang tidak diharapkan dari masyarakat, bangsa dan pemerintah. Kebebasan berekspresi yang berlebihan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan melahirkan sikap anarkhis dalam wujud karya seni. Sebaliknya pengekangan terhadap kebebasan berekspresi seniman oleh negara akan menghambat lahirnya karya-karya seni sebagai hasil ekspresi olah pikir yang mengabdi pada hati nurani, kejujuran, dan keikhlasan. Terjadi pengekangan terhadap salah satu hak asasi manusia, yang pada akhirnya menghambat kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Yang dibutuhkan yakni kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab oleh seniman.

Pengertian tanggung jawab yakni keharusan insan menanggung banyak sekali akhir dari perbuatan yang dilakukan berdasarkan hak. Tanggung jawab seniman yakni keharusan seniman menanggung banyak sekali akhir dari karya seni yang dihasilkan berdasarkan kebebasan berekspresi. Contohnya Siap dipenjara apabila dinilai bahwa karya seni yang dihasilkan menghina pejabat negara, kepala negara, dan sebagainya. Oleh lantaran ini sebelum mempublikasikan karya seni, seorang seniman hendaknya mempertimbangkan dengan sungguh apakah karya seni yang dihasilkannya sudah sesuai dengan nilai-nilai masyarakat, bangsa dan negara Indonesia? Bila sudah, siap untuk dipublikasikan. Bila belum, maka tidak ada salahnya untuk menunda publikasinya.

3. Masyarakat

a. Pengertian Masyarakat

Masyarakat yakni golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau lantaran sendirinya bertalian secara golongan dan efek mensugesti satu sama lain. Ada dua syarat utama terjadinya masyarakat, yaitu terdapat dua orang atau lebih dan terdapat sifat saling mensugesti atau pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya. Masyarakat bukannya ada dengan hanya menjumlahkan adanya dua orang atau lebih saja, tetapi di antara mereka harus ada pertalian satu sama lain.

Sifat saling mensugesti antaranggota masyarakat setidaknya ditandai oleh adanya kesadaran dari setiap anggota terhadap adanya anggota lain. Kesadaran akan adanya orang lain menumbuhkan sikap dan perbuatan untuk memperhatikan orang lain itu dalam tiap langkahnya. Keberadaan orang lain itu mensugesti gerak langkah kehidupannya. Bila cara memperhatikan itu telah menjadi adat, tradisi atau forum maka perhatian terhadap orang lain itu akan tetap terpelihara sekalipun tidak ada seseorang di dekatnya.

Contohnya, yakni untuk menghindari terjadinya tabrakan antar pejalan kaki maka orang berjalan di sebelah kiri jalan. Inti menghindari tabrakan yakni perhatian akan adanya orang lain. Bila cara perhatian itu (berjalan di sebelah kiri jalan) telah menjadi peraturan atau adat maka orang akan tetap berjalan di sebelah kiri jalan meskipun tidak ada orang di sekitarnya.

b. Masyarakat dan Seni

Masyarakat yakni sumber seni. Tidak ada seni bila tidak ada masyarakat. Setiap masyarakat melahirkan seni. Setiap masyarakat mempunyai seni. Seni yakni hasil dari masyarakat sesuai dengan perkembangan peradabannya. Kesenian mencerminkan nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dan sekaligus merupakan cara untuk mewariskan nilai-nilai tersebut kepada generasi berikutnya di samping sebagai banyak sekali fungsi lainnya, menyerupai fungsi hiburan dan penyaluran kekuatan adi kodrati. Ketika dongeng rakyat (folklore) begitu dekat dengan kehidupan manusia, ia sering digunakan untuk memberikan dan mewariskan nilai-nilai masyarakat kepada generasi berikutnya. Cerita rakyat terdiri dari mitos, legenda dan dongeng. Mitos intinya bersifat religius, lantaran memberi rasio pada kepercayaan dan praktek keagamaan. Fungsi mitos yakni memberi citra dan klarifikasi ihwal alam semesta yang teratur, yang merupakan latar belakang sikap yang teratur.

Legenda yakni cerita-cerita semihistoris yang memaparkan perbuatan para pahlawan, perpindahan penduduk dan terciptanya adat kebiasaan lokal, dan yang istimewa, selalu berupa adonan antara realisme dan supernatural. Fungsinya untuk mengibur dan untuk memberi pelajaran serta untuk membangkitkan kebanggaan orang atas keluarga, suku atau bangsa. Malin Kundang dan Si Mardan yakni contoh legenda masyarakat Minangkabau dan Batak yang hendak menanamkan sekaligus sebagai sarana untuk mewariskan pentingnya nilai kepatuhan dan hormat kepada orang renta serta menjauhi sikap durhaka kepada orang renta lantaran kesudahannya sangat jelek bagi yang bersangkutan.

Dongeng yakni dongeng kreatif yang diakui sebagai imajinasi untuk keperluan hiburan. Meskipun mungkin juga memberi wejangan atau memberi pelajaran simpel mengenai suatu nilai, sekaligus sebagai sarana untuk mewariskan nilai tersebut. Superman, Batman, dan Robin Hood yakni contoh dongeng masyarakat modern. Selain sebagai hiburan, dongeng tersebut juga hendak mengajarkan sekaligus menanamkan nilai-nilai, tertentu, menyerupai nilai-nilai kepahlawan, keberanian membela keberanian, bersikap jujur, berani membela orang yang lemah, dan sebagainya. Setiap masyarakat niscaya mempunyai dongeng Superman, Batman, dan Robin Hood berdasarkan versinya masing-masing.

Masyarakat selalu mempunyai seni. Kesenian setiap bersifat unik, berbeda satu sama lainnya. Setiap seni yakni hasil perenungan seniman terhadap masyarakatnya. Oleh lantaran itu, karya seni selalu mencerminkan ide-ide dan nilai-nilai masyarakatnya. Berikut ini akan dipaparkan bukti-buktinya dari seni masyarakat suku bangsa Indonesia.
  1. Kesenian Aceh banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam, namun telah dikembangkan dan diadaptasi dengan lingkungan sosial budaya Aceh sendiri. Seni Kaligrafi Arab juga banyak berkembang di kawasan ini, menyerupai terlihat pada banyak sekali tabrakan dan relief mesjid, rumah dan surau mereka. Sementara itu seni tari yang populer dari Aceh yakni seudati, seudati inong dan sudati tunang (Hidayah, 1999).
  2. Suku bangsa Bengkulu mendiami kawasan sekitar Kotamadya Bengkulu, pesisir pantai kabupaten Bengkulu Utara dan kabupaten Bengkulu Selatan. Kesenian usang yang masih bertahan hingga ketika ini diantaranya yakni dendang Melayu, sendratari randai, tari sapu tangan, tari payung, dan tari lilin. Alat-alat musik tradisionalnya yakni rebab, terbang, gendang, seruling, gong, kulintang, dan sebagainya (Hidayah, 1999).
  3. Suku bangsa Betawi merupakan suatu suku bangsa gres yang terbentuk oleh banyak sekali adonan suku bangsa lain semenjak zaman Jakarta masih sebagai pelabuhan yang berjulukan Sunda Kelapa, kemudian berubah menjadi Batavia. Suku bangsa ini dulu mungkin berasal dari orang-orang Melayu, Sunda, Jawa, Bugis, Makasar, Bali, Ambon, dan rasa lain, menyerupai Arab, Cina, Portugis, dan sebagainya. Kesenian Betawi yang masih hidup dan berkembang hingga sekarang, antara lain ondel-ondel, yaitu orang-orangan berukuran besar dari anyaman bambu dan diberi baju serta digunakan untuk menari. Dalam seni musik dikenal gambang kromong, gambang muncak, dan sambrah. Seni tradisionalnya yang populer yakni lenong Betawi (Hidayah, 1999).
  4. Orang Bugis sering juga disebut orang Ugi. Suku bangsa ini mendiami beberapa kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, menyerupai Kabupaten Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Wajo, Sidenreng-Rappang, Pinrang, Polewali-Mamasa, Enrekang, Pare-Pare, Barru, Maros, dan Kepulauan Pangkajene. Pada umumnya orang Bugis beragama Islam. Kebudayaan tradisional Bugis telah melahirkan banyak sekali macam jenis kesenian, banyak sekali macam tarian, seni tradisi lisan (sinlirik), alat musik gesek (kesooeso), syair, dan pantun klasik (kelong).
  5. Orang Kutai umumnya berdiam di Kabupaten Kutai, Provinsi Kalimantan Timur. Dalam bidang kesenian, orang Kutai mengenal seni sastra yang disebut tarsulan, yaitu syair yang dibacakan dengan berlagu. Biasanya dibawakan pada upacara perkawinan, kithanan, naik ayunan, dan khatam Al Quran. Ada pula yang disebut betingkilan, yaitu seni berbalas pantun antarpemuda dan gadis sambil berlagu.(Hidayah, 1999).
Wahana Antropologi

Ada beberapa bentuk kesenian di masyarakat, di antaranya folklore yakni istilah dari masa kesembilan belas untuk menunjuk dongeng lisan tradisional dan pepatah-pepatah petani Eropa, dan kemudian dibutuhkan sehingga mencakup tradisi lisan yang terdapat di semua masyarakat. Epik yakni dongeng lisan yang panjang, kadang-kadang dalam bentuk puisi atau prosa ritmis, yang menceritakan perbuatan-perbuatan besar dalam kehidupan orang yang bersama-sama atau yang ada dalam legenda. Kedua bentuk kesenian dongeng ini digunakan
untuk mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak di Eropa maupun Amerika. Havikad (1999: 231)

4. Hubungan Seni, Seniman dan Masyarakat

Pada masa Purba, sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat ketika itu, karya seni terjelma dalam lukisan jari-jari tangan dan binatang buruan dan simbol-simbol lainnya pada dinding-dinding gua. Simbol itu dimaksudkan untuk melambangkan kepercayaan dan sarana peribadatan masyarakat pada masa itu untuk berafiliasi dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Pada masa Hindu Budha, karya seni sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai Hindu Budha, menyerupai tampak pada patung-patung yang terdapat di banyak sekali candi-candi yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia, menyerupai Bali dan kawa Tengah, yang menggambarkan para yang kuasa dengan beberapa hiasan yang mempunyai makna penting bagi masyarakat Hindu Budha, menyerupai Padma Teratai, Swatika, Kalamakara dan Kinnara.

Pada masa Islam, sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat yang sangat kental dengan nilai-nilai agama Islam maka lahir karya seni yang merefleksikan simbol-simbol dan nilai-nilai Islam. Contohnya, yakni kaligrafi yang terdapat pada banyak sekali iptek manusia, menyerupai belati, tombak, pedang dan panji-panji, pada bidang musik kita mengenal rebana yang identik dengan musik bernuansa Islam.

Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga mensugesti karya seni Indonesia. Masyarakat Indonesia mulai memasuki masa modern. Sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat maka seni yang berkembang yakni seni musik di samping banyak sekali jenis musik lainnya. Sumbangan nilai Barat terhadap seni masyarakat Indonesia yakni oktaf, ritme, dan nada, yang sering membawakan nilai-nilai kesetaraan, kemerdekaan dan kebebasan.

Dintinjau dari perkembangan seni, masa ini masyarakat Indonesia memasuki masa postmodern. Jenis dan bentuk seni terus mengalami perkembangan, eksperimen seni diadakan. Muncul seni kontemporer melengkapi seni yang sudah mapan. Seni post modern membawa struktur perasaan yang mencerminkan nilai-nilai masyarakat pendukungnya.

Menurut Chris Baker (2005), struktur perasaan post modern yakni :

a. Pengertian akan ciri hidup yang fragmentaris, ambigu, dan tak pasti
b. Kesadaran akan sentralisasi hal-hal yang mungkin terjadi.
c. Pengakuan terhadap perbedaan.
d. Percepatan laju kehidupan.

Seniman baik dalam arti semua orang atau orang yang menghasilkan karya seni pada hakekatnya melaksanakan kegiatan berkesenian sebagai aktualisasi situasi masa kini yang dihadapi oleh masyarakat. Seniman yang menghasilkan lukisan perempuan yang sangat bagus mungkin sedang mengaktualisasikan rasa cintanya yang sangat besar terhadap wanita. Setiap orang intinya mempunyai rasa cinta, itulah sebabnya lukisan itu disukai setiap orang.

Seniman yang menghasilkan lukisan alam yang penuh kedamaian hendak memberikan pesan betapa baiknya hidup dalam damai, hal ini sekaligus sebagai protes terhadap ketidakdamaian yang terjadi di masyarakatnya, dan sebagainya. Dan hampir semua seniman melaksanakan kegiatan seni dengan melihat pada situasi dan kondisi masyarakatnya. Karya seni yakni pujian, protes dan aktualisasi terhadap/dari situasi dan kondisi masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas sanggup kita simpulkan bahwa kekerabatan seni, seniman dan masyarakat adalah:
a. Masyarakat selalu mempunyai seni yang dilahirkan oleh beberapa senimannya.
b. Masyarakat yakni sumber ide bagi seniman dalam melahirkan karya seni.
c. Karya seni yakni sarana seniman untuk mengkritik dan memperbaiki keadaan masyarakatnya.

Analogi Budaya 2 :

“Mari kembangkan orientasi kecakapan pada diri kalian!”
  1. Uraikanlah makna kegiatan berkesenian!
  2. Siapakah yang dimaksud dengan seniman?
  3. Tuliskan fungsi seni dalam kehidupan manusia!
  4. Bagaimanakah seniman mewujudkan tanggung jawabnya dalam melaksanakan kegiatan berkesenian? Jelaskan!
Coba kalian lakukan kegiatan wawancara dan obrolan dengan seniman di kawasan kalian.

E. Sikap Terhadap Dampak Potensi Seni

1. Pengertian

a. Sikap

Pengertian sikap yakni penilaian umum yang dibuat insan terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu-isu. Sikap merupakan respon seseorang terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Sikap seseorang terhadap suatu objek pada umunya terwujud dalam dua bentuk, yakni suka atau tidak suka, mendukung atau tidak mendukung, dan memihak atau tidak memihak. (Dirangkum dari pendapat Petty dan Cacioppo, Louis Thurstone dan La Pierre). Sikap mengakibatkan opini yakni pernyataan sikap yang sangat spesifik atau sikap dalam artian yang sempit. Opini sangat situasional dan dibuat dari sikap yang sudah mapan.

Opini tidak selalu seiring dengan sikap. Contohnya, Orang yang bersikap tidak oke terhadap aborsi bayi dihadapkan pada suatu pilihan, yakni seorang Ibu dalam proses persalinan sanggup tetap hidup tetapi bayinya tidak selamat atau bayinya sanggup tetap hidup tetapi ibunya tidak selamat. Pada masalah ini kemungkinan besar orang yang bersangkutan akan menentukan supaya sang Ibu saja yang diselamatkan dan sang bayi diselamatkan.

Dalam masalah ini, tidak oke terhadap aborsi bayi yakni contoh sikap, sedang ketika dihadapkan pada situasi yang sulit dan pada akhirnya oke terhadap aborsi bayi yakni contoh opini. Pengklasifikasian sikap seseorang terhadap karya seni sanggup mengambil bentuk dalam sikap radikal, liberal, moderat, status quo, dan reaksioner atau konservatif. Dengan merujuk pada pendapat A. Lawrence Lowell, ada dua tolak ukur dalam menentukan sikap terhadap karya seni, yaitu:
  1. Tanggapan seseorang terhadap keadaan sekarang, yaitu sikap puas (contented) dan sikap kecewa (discontented).
  2. Tanggapan seseorang terhadap masa depan, yaitu orang yang penuh harapan akan kemajuan (sanguine) dan orang yang tidak percaya akan kemajuan (nonsanguine).
Jawaban yang diajukan setiap orang terhadap tolak ukur di atas akan memberikan sikapnya terhadap karya seni, yakni :
  1. Orang yang puas dengan keadaan dan perkembangan seni kini ini dan mempunyai kepercayaan akan kemajuan seni disebut orang dengan sikap liberal.
  2. Orang yang puas dengan keadaan dan perkembangan seni kini dan tidak mempunyai kepercayaan akan kemajuan seni disebut orang dengan sikap konservatif.
  3. Orang yang kecewa dengan keadaan dan perkembangan seni kini dan mempunyai kepercayaan akan kemajuan seni disebut orang dengan sikap radikal
  4. Orang yang kecewa dengan keadaan dan perkembangan seni kini dan tidak mempunyai kepercayaan akan kemajuan seni disebut orang dengan sikap reaksioner.
  5. Orang yang puas dengan keadaan dan perkembangan seni kini dan tidak menginginkan adanya perubahan alias ingin mempertahankan keadaan seni ketika ini sebisa mungkin disebut orang dengan status quo.
  6. Orang yang selalu percaya akan adanya kemajuan seni dan berusaha mengikuti keadaan dengan keadaan kemajuan seni zaman ini disebut dengan orang moderat.
b. Dampak Potensi Seni

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “dampak” mengandung makna benturan, efek kuat yang mendatangkan akibat, baik negatif maupun positif. Pengertian potensi diri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni kemampuan yang dimiliki setiap langsung (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Saya dan Anda mempunyai kemampuan, kekuatan, daya, dan kesanggupan yang hebat yang mungkin tidak terbayangkan oleh siapapun hingga ketika ini. Potensi diri yakni kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang, setiap orang memilikinya. Pada kondisi normal kita hanya sanggup berlari biasa saja, tetapi ketika dalam ancaman ancaman (misalnya, dikejar binatang buas) kita sanggup berlari sangat cepat di luar dugaan kita sebelumnya. Persoalan yang kita hadapi yakni bagaimana caranya supaya potensi diri sanggup dikembangkan dan diwujudkan menjadi kenyataan yang sanggup memberi manfaat bagi kehidupan kita bersama.

Mengapa ada seniman hebat dan seniman biasa-biasa saja? Mengapa ada pemenang dan pecundang dalam bidang seni? Menurut Buckminster Fuller, setiap insan terlahir jenius ke dunia. Kalau begitu mengapa ada orang kaya dan miskin, ada orang pandai dan bodoh? Jawabannya hanya satu, yaitu; sang seniman hebat, para pemenang, orang kaya dan orang pandai sudah sanggup mengenali, mengolah, menggali dan mewujudkan potensi dirinya menjadi suatu kenyataan. Bill Gates menjadi orang terkaya lantaran Ia berhasil menggali potensi dirinya menjadi suatu kenyataan.

Beckham menjadi pesepakbola tersohor lantaran berhasil menggali potensi dirinya. Marah Rusli, Chairil Anwar, dan Ahmad Afandi menjadi seniman hebat lantaran mereka berhasil menggali dan mewujudkan potensi dirinya. Para pecundang, orang miskin, orang bodoh, dan para seniman yang biasa-biasa saja yakni orang yang belum berhasil mengenali dan menggali dan mewujudkan potensi dirinya menjadi suatu kenyataan.

Ada banyak pengertian mengenai seni sebagaimana diutarakan pada kepingan terdahulu. Pengertian Seni yakni produk jenis sikap insan yang khusus untuk melambangkan kritik sosial terhadap situasi dan kondisi sosial serta pemerintah. Kita sering melihat kelompok teater bermain drama dijalanan. Mereka memakai banyak sekali aksesoris dan lambang. Setelah mereka bermain drama yang memilukan, pentas diakhir dengan menghancurkan sesuatu atau mengarak peti mati. Pembakaran itu sanggup dimaknai sebagai protes dan kemarahan. Peti mati berarti kematian. Apa yang mereka protes, bila mereka protes terhadap pemerintah atau lainnya berarti mereka memberikan kemarahannya kepada pemerintah. Apa yang mereka protes, bila mereka protes terhadap pelaksanaan demokrasi berarti mereka ingin menyampaikan bahwa pelaksanaan demokrasi sudah mati.

Pengertian seni yakni jenis sikap insan yang khusus untuk menggambarkan rasa cinta, kasih sayang, dan keindahan. Contohnya, yakni lukisan Monalisa yang populer itu untuk menggambarkan kecantikan, keanggunan dan keindahan. Tentu saja hal ini sangat mungkin dilakukan dengan penuh rasa cinta. Diantara kita juga sering melukis orang lain yang kita sayangi, kita gambar dengan penuh hati-hati dan kesabaran yang lahir dari hati yang penuh sayang. Akhirnya lahirlah gambar wajah yang sangat kita kenal.

Dampak potensi seni sanggup diartikan sebagai efek kuat yang bersumber dari segala upaya mewujudkan kemampuan terpendam yang dimiliki setiap seniman untuk mewujudkan karya seni yang bernilai tinggi. Setiap seniman melaksanakan penjelajahan dan eksploitasi terhadap lingkungan dan dirinya sendiri untuk mewujudkan karya seni yang terbaik. 

Pengaruh apa yang ditimbulkan dari suatu lagu terhadap kehidupan masyarakat? Pengaruh apa yang ditimbulkan oleh pertambahan jumlah penduduk terhadap kehidupan masyarakat? Pengaruh apa yang ditimbulkan oleh karya lukisan terhadap masyarakat Indonesia? Pengaruh apa yang ditimbulkan oleh karya seni patung terhadap masyarakat Indonesia? Pengaruh apa yang ditimbulkan oleh karya seni tari terhadap kehidupan masyarakat? Pengaruh itu sanggup dikelompokkan menjadi efek positif dan efek negatif. Disebut kuat positif apabila mendatangkan kesejahteraan, keamanan, dan kedamaian hidup masyarakat. Disebut kuat negatif apabila karya seni mengakibatkan ketidakdamaian, ketidaktenangan dan ketidakteraturan di masyarakat.

2. Menentukan Sikap terhadap Dampak dari Potensi Seni

Kegiatan berkesenian pembebasan dan penyaluran gejolak daya kreatifnya. Dari sini lahirlah karya-karya seni yang menghibur dan membuat hidup insan bergairah. Untuk melepaskan kepenatan, kesedihan, kegembiraan serta banyak sekali ekspresi jiwa lainnya, banyak orang bernyanyi dan melukis. Hasilnya beban jiwa berkurang dan hidup kembali bergairah.

Melalui karya seni, para seniman hendak mewariskan beberapa nilai yang dianggap penting oleh masyarakatnya. Nilai kejujuran, kepahlawanan dan keberanian membela kebenaran hendak diwariskan melalui banyak sekali dongeng sinetron. Nilai cinta tanah air, kebanggaan terhadap bangsa dan negara Indonesia dinyatakan dan diwariskan melalui lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan banyak sekali lagu lainnya. Nilai keceriaan dan kepolosan belum dewasa hendak dinyatakan dan diwariskan melalui lagu anak-anak, dan sebagainya.

Kegiatan berkesenian sanggup juga dilakukan sebagai sarana mata pencaharian. Banyak group grup musik Indonesia menjadi terkanal dan kaya raya. Contohnya, yakni Dewa 19, Slank, dan Peter Pan. Disamping itu, kita juga mengenal beberapa penyanyi solo Indonesia, menyerupai Krisdayanti, Glenn Fredly, Agnes Monica, Irwansyah, Acha Septriasa, dan sebagainya. Mereka menjadi populer dan kaya raya. Para penyanyi ini menjadikan kegiatan berkesenian sebagai kegiatan mata pencaharian.

Kegiatan berkesenian juga sanggup mempererat persahabatan. Orang-orang yang bernyanyi bersama menjadi sangat dekat meskipun pada awalnya mereka tidak saling kenal. Kegiatan berkesenian juga menambah khidmat ritual keagamaan, kegiatan berkesenian juga menambah eratnya persatuan dan kesatuan bangsa. Banyak dampak positif yang diperoleh dari kegiatan berkesenian. Tentu saja terhadap dampak positif ini, kita sangar mendukung dan memberi penghargaan yang baik serta berkewajiban mengembangkannya.

Kegiatan berkesenian merupakan pembebasan dan penyaluran gejolak daya kreatinya. Adakalanya seniman menggali setiap potensi yang dimiliki serta mengeksploitasi diri dan orang lain sedemikian rupa sehingga pada akhirnya melahirkan karya seni yang kontroversial dan melukai perasaan masyarakatnya sendiri. Contohnya, yakni lagu “we are the champion” pada akhirnya menyeret pemahaman orang bahwa dirinya yang paling hebat dan meniadakan kekuasaan Tuhan. Lagu ini mengakibatkan protes dari masyarakat yang tidak suka dengan isi pesan lagu itu.

Adakalanya penampilan group grup musik tertentu dalam membawakan suatu lagu tanpa disadari melecehkan simbol-simbol agama tertentu. Tentu saja hal ini mengakibatkan perasaan tidak puas dari masyarakat. Di lain pihak, dengan alasan karya seni, banyak orang yang bersedia dilukis telanjang dan pada akhirnya melahirkan lukisan telanjang untuk tujuan seni semata, yang oleh orang lain disebut dengan gambar porno. Karya seni menyerupai ini sudah sangat sering mendapat protes keras dari masyarakat Indonesia, lantaran memberi efek yang jelek pada masyarakat Indonesia itu sendiri. Masih banyak lagi dampak negatif dari karya seni. Terhadap dampak negatif ini, kita harus hindari semaksimal mungkin dalam melaksanakan kegiatan berkesenian.

Analogi Budaya 3 :

“Ayo kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan pada diri kalian!”

Amatilah kesenian yang ada di kawasan kalian kemudian jawab pertanyaan di bawah ini!
  1. Bagaimana sikap kalian terhadap kesenian di kawasan kalian?
  2. Uraikanlah makna dari potensi seni di kawasan kalian!
  3. Bilakah dampak potensi seni di kawasan kalian melahirkan efek positif?
  4. Bilakah dampak potensi seni di kawasan kalian melahirkan efek negatif?
  5. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap dampak potensi seni?
Coba peragakan salah satu kesenian yang ada di kawasan kalian!

Rangkuman :

Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan universal. Dimana ada masyarakat disitu ada kesenian. Setiap masyarakat niscaya mempunyai kesenian. Setiap suku bangsa di dunia mempunyai sistem kesenian. Berdasarkan pendengaran manusia, maka kesenian dibagi ke dalam: (1) Seni musik, (termasuk seni musik tradisional), dan (2) Seni kasusastraan. Cabang kesenian yang tersebut terakhir ini juga termasuk dalam kepingan ini lantaran sanggup pula dinikmati dan dinilai keindahannya melalui pendengaran (yaitu melalui pembacaan prosa dan puisi).

Dalam kehidupan sehari-hari seni digunakan untuk menggambarkan rasa cinta, kasih sayang, dan keindahan. Contohnya, yakni lukisan Monalisa yang populer itu untuk menggambarkan kecantikan, keanggunan dan keindahan. Tentu saja hal ini sangat mungkin dilakukan dengan penuh rasa cinta. Kita juga sering melukis orang lain yang kita sayangi, kita gambar dengan penuh hati-hati dan kesabaran yang lahir dari hati yang penuh sayang. Akhirnya, lahirlah gambar wajah yang sangat kita kenal.

Berdasarkan uraian di atas sanggup kita simpulkan bahwa kekerabatan seni, seniman dan masyarakat adalah:

a. Masyarakat selalu mempunyai seni yang dilahirkan oleh beberapa senimannya.
b. Masyarakat yakni sumber ide bagi seniman dalam melahirkan karya seni.
c. Karya seni yakni sarana seniman untuk mengkritik dan memperbaiki keadaan masyarakatnya.

Dampak potensi seni sanggup diartikan sebagai efek kuat yang bersumber dari segala upaya mewujudkan kemampuan terpendam yang dimiliki setiap seniman untuk mewujudkan karya seni yang bernilai tinggi. Setiap seniman melaksanakan penjelajahan dan eksploitasi terhadap lingkungan dan dirinya sendiri untuk mewujudkan karya seni yang terbaik.

Anda kini sudah mengetahui Kesenian dan Seni. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Dyastriningrum. 2009. Antropologi : Kelas XI : Untuk Sekolah Menengan Atas dan MA Program Bahasa. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 90.


Haviland, W. 1999. Antropologi Jilid 2 Edisi keempat. (R.G. Soekadijo, Trans). Jakarta: Penerbit Erlangga (Buku orisinil diterbitkan 1985)

Hidayah, Z. 1999. Ensiklopedi Suku Bangsa Indonesia. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta. p. 302.

Indonesian Heritage. 2002. Seni Pertunjukan. Jakarta: Buku Antar Bangsa untuk Grolier International, Inc.

Koentjaraningrat. 1999. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Rijoatmojo, S. 1957. Ethnologie. Prapancha. Yogyakarta.

Sedyawati, E. 2006. Budaya Indonesia, Kegiatan Arkeolog, Seni dan Sejarah. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada.

Supriyanto. 2009. Antropologi Kontekstual : Untuk Sekolah Menengan Atas dan MA Program Bahasa Kelas XII. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 240.

Yandianto.2004. Apresiasi Karya Sastra dan Pujangga Indonesia. Bandung : CV. M2S

No comments:

Post a Comment