Perilaku Konsumen dan Produsen dalam Kegiatan Ekonomi, Circular Flow Diagram, Peran, Pendekatan Kardinal dan Ordinal, Garis Anggaran, Produksi - Pernahkah Anda membayangkan bagaimana mie instan dibuat? Terbuat dari apakah mi instan tersebut? Jika Anda pernah melihat proses pembuatan mi tersebut, Anda akan memperoleh citra secara umum mengenai kegiatan produksi. Proses produksi dilakukan melalui banyak sekali tahap mulai dari materi dasar tepung hingga menjadi barang jadi (mi instan). Setelah dikemas, mi einstan tersebut didistribusikan ke penjual, contohnya warung. Anda mungkin mengonsumsi mie tersebut untuk makan sehari-hari. Mengonsumsi mi tersebut sanggup dikatakan sikap konsumen alasannya ialah Anda membeli dan mengonsumsi mie instan tersebut.
Uraian singkat di atas menggambarkan sikap produsen (pabrik mi instan) dan sikap konsumen (Anda sebagai pembeli dan pengonsumsi mie instan tersebut). Dalam Bab ini, Anda akan mendapat materi sikap konsumen dan perilaku produsen, siklus arus barang, jasa, dan pendapatan (circular flow diagram) yang terdiri atas perekonomian tertutup dan perekonomian terbuka, dan tugas konsumen dan tugas produsen dalam perekonomian.
A. Perilaku Konsumen dan Perilaku Produsen
Akibat adanya keterbatasan pendapatan dan impian untuk mengkonsumsi barang dan jasa sehingga diperoleh kepuasan maksimal, maka muncul sikap konsumen. Perilaku konsumen intinya menjelaskan bagaimana konsumen mendayagunakan sumber daya yang ada (uang) dalam memuaskan impian atau kebutuhan dari suatu atau beberapa produk. Dalam teori sikap konsumen terdapat dua pendekatan utama untuk melaksanakan analisis mengenai sikap konsumen dalam menikmati barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhannya. Dua pendekatan tersebut ialah pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal.
a. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)
Pendekatan kardinal merupakan adonan dari beberapa pendapat para hebat ekonomi aliran subjektif menyerupai Herman Heinrich Gossen (1854), William Stanley Jevons (1871), dan Leon Walras (1894). Pendekatan kardinal sanggup dianalisis dengan memakai konsep utilitas marjinal (marginal utility). Asumsi dalam pendekatan ini antara lain:
- konsumen bertindak rasional (ingin memaksimalkan kepuasan sesuai dengan batas anggarannya);
- pendapatan konsumen tetap;
- uang mempunyai nilai subjektif yang tetap.
Menurut pendekatan kardinal utilitas suatu barang dan jasa sanggup diukur dengan satuan util. Contoh, sebuah raket akan lebih mempunyai kegunaan bagi pemain tenis dari pada pemain sepak bola. Namun bagi pemain sepak bola, bola akan lebih mempunyai kegunaan daripada raket. Beberapa konsep fundamental yang berkaitan sikap konsumen melalui pendekatan kardinal ialah konsep utilitas total (total utility) dan utilitas marjinal (marginal utility). Utilitas total ialah yang dinikmati konsumen dalam mengonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu secara keseluruhan. Adapun utilitas marjinal ialah pertambahan utilitas yang dinikmati oleh konsumen dari setiap embel-embel satu unit barang dan jasa yang dikonsumsi.
Sampai pada titik tertentu, semakin banyak unit komoditas yang dikonsumsi oleh individu, akan semakin besar kepuasan total yang diperoleh. Meskipun utilitas total meningkat, namun embel-embel (utilitas) yang diterima dari mengonsumsi tiap unit embel-embel komoditas tersebut biasanya semakin menurun.
Hal tersebut yang mendasari aturan utilitas marjinal yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal utility). Menurut aturan ini jumlah embel-embel utilitas yang diperoleh konsumen akan semakin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari barang atau jasa tersebut. Hukum tersebut diperkenalkan pertama kali oleh H.H. Gossen (1810–1858), spesialis ekonomi dan matematika Jerman, dan selanjutnya aturan ini dikenal dengan nama Hukum Gossen I. Sebagai contoh, jikalau Anda dalam keadaan haus, segelas teh anggun atau cuek akan terasa sangat menyegarkan, gelas kedua masih terasa segar, hingga gelas ketiga mungkin Anda merasa kekenyangan bahkan mual. Contoh di atas memperlihatkan turunnya utilitas total hingga pada tingkat tertentu.
Contoh tersebut akan lebih terang dengan memakai data kuantitatif, menyerupai Tabel 1.
Kuantitas Barang yang Dikonsumsi (unit) | Total Utility (TU) (util) | Marginal Utility (MU) (util) |
0 | 0 | - |
1 | 4 | 4 |
2 | 7 | 3 |
3 | 9 | 2 |
4 | 10 | 1 |
Dari Tabel 1. terlihat bahwa utilitas total (TU) meningkat sejalan dengan kenaikan konsumsi, akan tetapi dengan laju pertumbuhan yang semakin menurun. Adapun utilitas marjinal (MU) semakin menurun sejalan dengan adanya kenaikan konsumsi. Jika seseorang mengkonsumsi dua unit barang, utilitas marjinalnya ialah 7 – 4 = 3 util, dan jikalau mengonsumsi tiga unit barang, utilitas marjinalnya ialah 9 – 7 = 2 util, begitu seterusnya.
Tabel 1. sanggup digambarkan dalam Kurva 1. yaitu sebagai berikut.
Kurva 1. Utilitas Total dan Utilitas Marjinal |
Dari Kurva 1. terlihat bahwa utilitas total meningkat seiring dengan bertambahnya konsumsi, akan tetapi dengan proporsi yang semakin menurun. Adapun utilitas marjinal dari setiap embel-embel barang akan menurun sejalan dengan meningkatnya konsumsi. Selanjutnya kebutuhan insan tidak hanya terdiri atas satu atau dua kebutuhan, tetapi banyak sekali jenis kebutuhan. Oleh alasannya ialah itu, bagaimana insan sanggup mengatur kebutuhannya untuk memuaskan kebutuhan atas banyak sekali jenis barang atau jasa? Gossen menjelaskan bahwa konsumen akan memuaskan kebutuhan yang bermacam-macam tersebut hingga mempunyai tingkat intensitas yang sama.
Dengan tegas, Gossen menyatakan bahwa konsumen akan melaksanakan konsumsi sedemikian rupa sehingga rasio antara utilitas marjinal dan harga setiap barang atau jasa yang dikonsumsi besarnya sama. Selanjutnya, pernyataan ini dikenal dengan Hukum Gossen II.
Hukum Gossen II memperlihatkan adanya upaya setiap orang untuk memprioritaskan pemenuhan kebutuhannya berbanding harga barang hingga memperoleh tingkat optimalisasi konsumsinya. Dengan tingkat pendapatan tertentu seorang konsumen akan berusaha men dapatkan kombinasi banyak sekali macam kebutuhan hingga rasio antara utilitas marjinal (MU) dan harga sama untuk semua barang atau jasa yang dikonsumsinya.
b. Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach)
Pendekatan ordinal kali pertama diperkenalkan oleh Francis Edgeworth dan Vilfredo Pareto. Asumsi yang dipergunakan dalam pendekatan ini antara lain:
- konsumen bertindak rasional (ingin memaksimumkan kepuasannya);
- konsumen mempunyai pola pilihan (preferensi) terhadap barang yang disusun menurut urutan besar kecilnya (pilihan) nilai guna;
- konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu;
- konsumen konsisten dengan pilihannya. Jika ia menentukan A dibanding B, menentukan B dibanding C, maka ia akan menentukan A dibanding C.
Pendekatan ordinal menganggap bahwa utilitas suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen bisa menciptakan urutan tinggi rendahnya utilitas yang di peroleh dari mengonsumsi sejumlah barang atau jasa. Selanjutnya konsumsi dipandang sebagai upaya optimalisasi dalam konsumsinya.
Pendekatan ordinal sanggup dianalisis dengan memakai kurva indiferen (indifference curve) dan garis anggaran ( budget line).
1) Kurva Indiferen
Kurva indiferen ialah kurva yang memperlihatkan kombinasi dua macam barang konsumsi yang menawarkan tingkat utilitas yang sama. Seorang konsumen membeli sejumlah barang, misalnya, makanan dan pakaian dan berusaha mengombinasikan dua kebutuhan yang menghasilkan utilitas yang sama, digambarkan dalam Tabel 2. yaitu sebagai berikut.
Situasi | Makanan | Pakaian |
A | 4 | 2 |
B | 3 | 4 |
Apabila konsumen menyatakan bahwa.
a) A>B, berarti makan 4 kali sehari dengan membeli pakaian 2 kali setahun lebih berdaya guna dan memuaskan konsumen daripada makan 3 kali sehari dan membeli pakaian 4 kali setahun.
b) A<B, berarti makan 3 kali sehari dengan membeli pakaian 4 kali setahun lebih berdaya guna dan memuaskan konsumen daripada makan 4 kali sehari dengan membeli pakaian 2 kali setahun.
c) A=B, berarti makan 4 kali sehari dengan membeli pakaian 2 kali setahun dan makan 3 kali sehari dengan membeli pakaian 4 kali setahun menawarkan utilitas yang sama kepada konsumen.
Contoh situasi tersebut sanggup digambarkan dalam kurva indiferen sebagaimana ditunjukkan dalam kurva 2.
Kurva 2. Indiferen Kombinasi Makanan dan Pakaian. |
Dari Kurva 2. terlihat bahwa dengan memperoleh lebih banyak barang yang satu akan menyebabkan kehilangan sebagian barang yang lain. Kombinasi makanan dan pakaian yang menawarkan utilitas sama digambarkan sebagai kurva indiferen.
Ciri-ciri kurva indiferen ialah sebagai berikut.
a) Turun dari kiri atas ke kanan bawah, hal ini berakibat pada terjadinya keadaan yang saling meniadakan (trade-off), yaitu jikalau konsumen ingin menambah konsumsi atas satu barang, ia harus mengurangi konsumsi atas barang lainnya.
b) Cembung ke arah titik asal (angka 0), yang memperlihatkan jikalau konsumen menambah konsumsi satu unit barang, jumlah barang lain yang dikorbankan semakin kecil. Dalam analisis ilmu ekonomi hal ini sering disebut sebagai tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution atau MRS), yaitu tingkat ketika barang X bisa disubstitusikan dengan barang Y dengan tingkat utilitas yang tetap.
c) Kurva indiferen tidak saling berpotongan.
d) Jika kombinasi barang yang dikonsumsi mempunyai kualitas yang semakin banyak, maka akan menawarkan utilitas yang semakin tinggi yang ditunjukan oleh kurva indiferen yang semakin menjauhi titik 0.
Kurva indiferen digagas pertama kali oleh ekonom kelahiran Irlandia, Francis Edgeworth (1845-1926) dan ekonom kelahiran Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Mereka berdua menyatakan bahwa pendekatan ordinal seharusnya membentuk basis analisis ekonomi ketimbang pendekatan kardinal. Edgeworth dan juga Pareto membuatkan perangkat analisis yang kini disebut kurva indeferen (indifference curve).
Contoh Soal SPMB 2004 1 :
Kurva indiferen
1. menurun dari kiri ke kanan bawah
2. cembung ke arah titik origin
3. memperlihatkan tingkat kepuasan sama bagi seorang konsumen
4. tidak akan saling berpotongan
Yang memperlihatkan ciri kurva indiferen ialah ....
a. 1 dan 2 d. 2 dan 4
b. 1 dan 3 e. 1 dan 4
c. 2 dan 3
Penyelesaian:
ciri-ciri kurva indiferen :
1. berbentuk cembung terhadap sumbu ordinat
2. gradien negatif
3. tidak saling berpotongan
4. semakin jauh kurva tersebut menggambarkan utilitas yang semakin tinggi
Jawaban : E
2) Garis Anggaran ( Budget Line)
Adanya keterbatasan pada pendapatan akan membatasi pengeluaran konsumen untuk mengonsumsi sejumlah barang. Hal ini digambarkan dalam garis anggaran ( budget line), yaitu garis yang memperlihatkan banyak sekali kombinasi dari dua macam barang yang berbeda oleh konsumen dengan pendapatan yang sama.
Persamaan garis anggaran adalah:
I = Px.X + Py.Y
Misalnya seorang konsumen mengonsumsi barang X dan Y, harga barang X (Px) dan harga barang Y (Py) ialah Rp1.000,00 dan pendapatan konsumen (I) pada ketika itu ialah Rp10.000,00 dan semuanya dibelanjakan untuk barang X dan Y.
Kurva 3. Garis Anggaran Barang X dan Barang Y. |
Jika konsumen membelanjakan semua pendapatannya untuk barang Y, ia sanggup membeli sebanyak 10 unit barang X , hal tersebut ditunjukkan oleh titik A. Sebaliknya jikalau konsumen membelanjakan semua pendapatannya untuk barang X, ia sanggup membeli sebanyak 0 unit barang Y , ditunjukkan oleh titik B. Menghubungkan titik A dan B dengan suatu garis lurus sanggup diperoleh garis anggaran AB yang memperlihatkan kombinasi yang berbeda dari dua jenis barang yang sanggup dibeli konsumen dengan tingkat pendapatan yang terbatas. Selanjutnya untuk mengetahui pada ketika kapan konsumen optimalisasi dalam mengkonsumsi secara optimal, yaitu pada ketika kurva indiferen (IC2) bersinggungan dengan garis anggaran (AB), terjadi di titik (E).
Adapun kurva indiferen (IC1) dan kurva indiferen (IC3) merupakan kurva yang tidak dibutuhkan oleh konsumen, alasannya ialah kurva-kurva tersebut tidak memperlihatkan keseimbangan barang dan jasa yang dikonsumsi.
c. Perilaku Produsen dalam Kegiatan Produksi
Produksi merupakan hasil simpulan dari proses kegiatan produksi atau acara ekonomi dengan memanfaatkan beberapa input (faktor produksi). Secara teknis kegiatan produksi dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa input untuk menghasilkan sejumlah output. Hubungan teknis antara input dan output dalam proses produksi dinamakan fungsi produksi. Fungsi produksi ialah suatu persamaan yang memperlihatkan jumlah maksimum yang dihasilkan dengan mengkombinasikan input atau faktor produksi tertentu. Hubungan antara input dan output diformulasikan dalam sebuah fungsi produksi secara matematis sebagai berikut.
Q = f (R, L, , E ….)
Di mana:
Q = Output
R = Sumber daya alam (resources)
L = Tenaga Kerja (labor)
K = Modal (capital)
E = Keahlian atau kewirausahaan (entrepreneurship)
Apabila input yang dipergunakan dalam proses produksi hanya terdiri atas input tetap (modal) dan input variabel (tenaga kerja), formula persamaan matematisnya sebagai berikut.
Q = f (, L)
Fungsi produksi di atas memperlihatkan maksimum output yang sanggup diproduksi dengan memakai pilihan kombinasi dari Modal () sebagai input tetap dan tenaga kerja (L) sebagai input variabel. Apabila kedua input yang dipakai ialah input variabel, disebut produksi jangka panjang dan ditulis sebagai berikut.
Q = f (, L)
Dari sebuah fungsi produksi jangka pendek, sanggup dipelajari tiga konsep penting dalam produksi. Ketiga konsep tersebut ialah sebagai berikut.
a) Produk total (Total Product atau TP) memperlihatkan total output yang diproduksi.
b) Produk marjinal (Marginal Product atau MP) memperlihatkan embel-embel produk atau output yang diakibatkan oleh pertambahan satu unit input (dalam hal ini tenaga kerja), dengan menganggap faktor lainnya konstan (ceteris paribus). Secara matematis ditulis sebagai berikut.
c) Produk rata-rata (Average Product atau AP) memperlihatkan output total dibagi dengan unit total input (tenaga kerja). Secara matematis ditulis sebagai berikut.
Dari klarifikasi di atas maka sanggup dibentuk tahap-tahap kurva produksi sebagai berikut.
Tahap produksi dilaksanakan dalam beberapa tahap.
- Tahap I : dimulai dari tenaga kerja (L)=0 hingga MP=AP atau AP maksimum.
- Tahap II : dimulai dari MP=AP atau AP maksimum hingga MP=0 atau TP maksimum.
- Tahap III : dimulai dari MP=0 ke kanan.
Kurva 4. Produk Total dan Produk Marjinal. |
Kurva produksi jangka pendek berbentuk menyerupai gunung alasannya ialah berlakunya aturan pertambahan hasil yang semakin menurun ( law of diminishing returns), yang menyatakan bahwa apabila faktor produksi K tetap, semakin banyak faktor produksi L ditambah, awalnya hasil produksi akan bertambah, mencapai maksimum, dan selanjutnya menurun. law of diminishing returns terjadi secara berturut-turut pada MP, AP, dan TP. Pentahapan produksi I, II, dan III ditentukan menurut pola pikir rasional, yang sanggup dijelaskan pada Tabel 3.
Tahap | Faktor Produksi L | TPL | Ada/Tidak Eksternalitas | Rasional/ Tidak Rasional |
Tahap I | Ditambah | Bertambah | Ada | Tidak Rasional |
Tahap II | Ditambah | Bertambah | Tidak Ada | Rasional |
Tahap III | Ditambah | Berkurang | Ada | Tidak Rasional |
Tahap Produksi II ialah tahap produksi yang akan dipakai produsen yang rasional untuk melaksanakan produksinya alasannya ialah (1) jikalau produsen menambah L ia akan memperoleh embel-embel output (TPL), dan (2) seluruh proses produksi sepenuhnya berada dalam pengendaliannya alasannya ialah tidak ada eksternalitas yang mengganggu jalannya proses produksi.
B. Circular Flow Diagram (Diagram Arus Kegiatan Ekonomi)
1. Perekonomian Dua Sektor
Dalam circular flow diagram dijelaskan mengenai diagram aliran pendapatan pada perekonomian tertutup yang hanya melibatkan dua pelaku kegiatan ekonomi. Untuk lebih jelasnya perhatikan Bagan 1. berikut.
Bagan 1. Diagram Siklus Interaksi Antarpelaku Ekonomi (Circular Flow Diagram) dengan Dua Sektor. |
Dari Bagan 1. terlihat bahwa sektor rumah tangga konsumen akan menjual faktor produksi pada sektor perusahaan (rumah tangga produsen) semoga memperoleh pendapatan. Dalam hal ini, sektor rumah tangga konsumen akan menawarkan faktor produksi menyerupai tanah, tenaga kerja, modal atau keahlian pada perusahaan (garis a). Sebagai tanggapan atas faktor produksi yang diberikan oleh sektor rumah tangga, maka sektor perusahaan akan me mberikan balas jasa berupa sewa untuk tanah, upah atau honor bagi tenaga kerja, bunga atau sewa untuk modal dan laba bagi keahlian (garis b).
Setelah sektor rumah tangga memperoleh balas jasa atas faktor produksi yang mereka jual kepada perusahaan, maka sektor rumah tangga mempunyai pendapatan yang siap untuk dibelanjakan (yaitu pendapatan sesudah dikurangi tabungan dan pajak) pada sektor perusahaan, berupa pembelian barang dan jasa (garis c bawah). Kemudian sektor rumah tangga produsen akan menyerahkan barang dan jasa tersebut kepada sektor rumah tangga konsumen (garis d).
2. Perekonomian Tiga Sektor
Diagram aliran interaksi perekonomian tiga sektor dijelaskan dalam Bagan 2.
Perhatikan Bagan 2. berikut.
Bagan 2. Diagram Siklus Interaksi Antarpelaku Ekonomi (Circular Flow Diagram) dengan Tiga Sektor. |
Dalam teori ekonomi makro, komponen tabungan (S: Saving), pajak (T: Tax) dan impor (M: Import) merupakan kebocoran (leakages) bagi siklus aliran pendapatan alasannya ialah jikalau ditambah menyebabkan penurunan pendapatan nasional. Sedangkan investasi (I: Investment), pengeluaran pemerintah (G: Goverment) dan ekspor (X: Eksport) merupakan suntikan (injections) dalam siklus aliran pendapatan, alasannya ialah jikalau ditambah akan meningkatkan pendapatan nasional.
3. Perekonomian Empat Sektor
Diagram aliran interaksi perekonomian empat sektor dijelaskan dalam Bagan 3. Perhatikan Bagan 3. berikut.
Bagan 3. Diagram Siklus Interaksi Antarpelaku Ekonomi (Circular Flow Diagram) dengan Empat Sektor. |
Dari Bagan 1, Bagan 2, dan Bagan 3. sanggup dilihat perbedaan interaksi antarpelaku ekonomi dalam perekonomian sederhana (Bagan 1), perekonomian tertutup (Bagan 2), dan perekonomian terbuka (Bagan 3). Hampir semua negara di dunia pada ketika ini melaksanakan interaksi dengan negara lain, sehingga interaksi ekonomi juga melibatkan sektor luar negeri. Sektor rumah tangga, perusahaan dan pemerintah merupakan perekonomian domestik. Perekonomian dikatakan tertutup (closed economy) jikalau tidak melaksanakan interaksi dengan sektor luar negeri. Adapun perekonomian suatu negara dikatakan terbuka (open economy) apabila terjadi interaksi dengan sektor luar negeri yang ditandai dengan adanya prosedur ekspor dan impor. Ekspor merupakan aliran pendapatan dari perekonomian luar negeri ke perekonomian domestik. Adapun impor merupakan aliran pengeluaran dari perekonomian domestik ke perekonomian luar negeri.
C. Peran Konsumen dan Peran Produsen
Telah diketahui bahwa sumber alat pemuas kebutuhan yang tersedia di bumi terbatas jumlahnya. Oleh alasannya ialah itu, dalam melaksanakan kegiatan ekonomi, baik yang berkaitan dengan perjuangan menghasilkan maupun memakai alat pemuas kebutuhan insan harus selalu bertindak hemat atau hemat. Artinya, setiap penggunaan sumber daya alam dan alat pemuas kebutuhan harus sanggup menghasilkan kepuasan maksimal bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
Dalam melaksanakan tindakan ekonomi, insan harus selalu mempertimbangkan perbandingan antara pengorbanan dan hasil yang akan dicapai, perbandingan yang rasional antara pengorbanan dan hasil tersebut, sesuai dengan prinsip ekonomi. Pada dasarnya, prinsip ekonomi merupakan pedoman bagi insan atau pelaku ekonomi dalam melaksanakan kegiatan ekonomi untuk mencapai hasil maksimal dengan sumber daya yang terbatas.
Di dalam kegiatan ekonomi, konsumen berperan sebagai pengguna atau pemakai barang maupun jasa yang dihasilkan oleh pelaku ekonomi yang lain. Di samping sebagai pengguna barang atau jasa, konsumen juga sanggup berperan sebagai penyedia faktor produksi (tanah atau sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal), baik untuk produsen, pemerintah, maupun masyarakat luar negeri.
Adapun produsen sendiri berperan sebagai penghasil dan penyalur barang maupun jasa hingga hingga ke tangan konsumen. Dalam menghasilkan barang dan jasa tersebut, produsen memerlukan faktor produksi dari konsumen, pemerintah, maupun masyarakat luar negeri.
Pada kenyataannya, baik konsumen maupun produsen akan berperilaku sesuai prinsip ekonomi. Artinya, konsumen akan mengorbankan uangnya untuk membeli barang dengan kualitas yang paling baik dan tingkat harga serendah mungkin. Begitu pun produsen, ia akan selalu menjual harga produk setinggi mungkin semoga memperoleh laba maksimal.
Perilaku konsumen biasanya didasarkan pada selera dan tingkat pendapatan. Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi faktor selera sangat menghipnotis konsumsi seseorang terhadap suatu barang. Di samping itu, konsumen yang berakal mengatur keuangannya, akan mempertimbangkan tingkat pendapatannya dalam mengonsumsi suatu barang. Seseorang yang berpendapatan rendah akan membeli barang yang tidak terlalu mahal dan seseorang yang berpenghasilan tinggi tidak terlalu konsumtif terhadap barang yang harganya mahal.
Dari sisi produsen, seorang produsen akan berperilaku yang didasarkan pada motif mengambil laba optimum. Produsen akan mempertimbangkan cara memproduksi barang dengan biaya sekecil-kecilnya. Sumber materi baku diusahakan akrab dengan lokasi perusahaan semoga sanggup menekan biaya transportasi. Bahan pengemas produk diusahakan materi dengan harga murah semoga sanggup menghemat biaya. Hal-hal tersebut akan selalu dilakukan produsen untuk memperoleh laba yang maksimal.
Rangkuman :
- Utilitas diartikan sebagai utilitas atau nilai guna subjektif yang dirasakan oleh seseorang dari mengonsumsi suatu barang dan jasa.
- Terdapat banyak sekali bentuk utilitas antara lain utilitas tempat, bentuk, waktu, kepemilikan dan pelayanan.
- Utilitas suatu barang atau jasa sanggup dianalisis dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal.
- Menurut pendekatan kardinal, utilitas suatu barang dan jasa sanggup diukur dengan satuan util dan tinggi rendahnya utilitas hanya sanggup diukur oleh orang yang bersangkutan.
- Utilitas total ialah utilitas yang dinikmati konsumen dalam mengonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu secara keseluruhan.
- Utilitas marjinal ialah pertambahan utilitas yang dinikmati oleh konsumen dari setiap embel-embel barang dan jasa yang dikonsumsi.
- Menurut pendekatan ordinal, utilitas suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen bisa menciptakan urutan tinggi rendahnya utilitas yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa.
- Menurut Hukum Gossen I, jumlah embel-embel utilitas yang diperoleh konsumen akan semakin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari barang atau jasa tersebut.
- Menurut Hukum Gossen II, konsumen akan melaksanakan konsumsi sedemikian rupa sehingga rasio utilitas marjinal harga setiap barang atau jasa yang dikonsumsi besarnya sama.
- Kurva indiferen ialah kurva yang memperlihatkan kombinasi dua macam barang konsumsi yang menawarkan tingkat utilitas yang sama.
- Garis anggaran ( budget line), yaitu garis yang memperlihatkan banyak sekali kombinasi dari dua macam barang yang dibeli oleh konsumen dengan pen dapatan yang sama.
- Circular flow diagram ialah sebuah model yang menggambarkan bagaimana interaksi antar pelaku ekonomi menghasilkan pendapatan yang dipakai sebagai pengeluaran dalam upaya memaksimalkan utilitas (utility) masing-masing pelaku ekonomi.
- Seorang konsumen dikatakan berada dalam kondisi keseimbangan, apabila dengan batasan pendapatan dan harga tertentu ia sanggup memaksimalkan utilitas totalnya.
- Secara sederhana, produksi diartikan sebagai persamaan yang memperlihatkan jumlah maksimum yang dihasilkan dengan mengombinasi input atau faktor produksi tertentu.
- Fungsi produksi ialah suatu persamaan yang memperlihatkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input atau faktor produksi tertentu.
- Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila faktor produksi terus ditambah, hasil produksi akan meningkat hingga titik tertentu, namun kemudian pertambahan itu semakin menurun.
Referensi :
Arifin, I. 2009. Membuka Cakrawala Ekonomi 1 : Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Mandrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 170.
No comments:
Post a Comment