Friday, November 8, 2019

Pintar Pelajaran Imbas Negatif Pembakaran / Penggunaan Minyak Bumi Terhadap Lingkungan, Tanah Dan Perairan, Manusia, Hidrokarbon

Dampak Negatif Pembakaran / Penggunaan Minyak Bumi terhadap Lingkungan, Tanah dan Perairan, Manusia, Hidrokarbon - Pernahkah Anda pergi berwisata ke tempat pegunungan? Dapatkah Anda mencicipi kesejukan alamnya? Samakah dengan yang Anda rasakan sewaktu berada di tempat perkotaan, terutama di jalan raya? Dapatkah di jalan raya Anda menghirup udara dengan nyaman dan terasa segar? Di jalan raya sering kita mencicipi udara yang panas ditambah lagi dengan asap kendaraan bermotor yang terpaksa harus kita hisap. Tahukah Anda bahwa asap kendaraan yang kita hisap itu sangat berbahaya bagi kesehatan kita? Tahukah Anda bahwa udara panas di tempat perkotaan itu juga disebabkan lantaran pembakaran materi bakar kendaraan bermotor, di samping asap dari pabrik? Berikut ini akan kita bahas bersama perihal Dampak Minyak Bumi khusunya mengenai gas-gas hasil pembakaran minyak bumi yang sangat membahayakan kesehatan manusia.
 Penggunaan Minyak Bumi terhadap Lingkungan Pintar Pelajaran Dampak Negatif Pembakaran / Penggunaan Minyak Bumi terhadap Lingkungan, Tanah dan Perairan, Manusia, Hidrokarbon
Polusi udara di New York tahun 1998. [1]
Di balik keuntungannya untuk menciptakan kehidupan insan menjadi lebih baik dan mudah, minyak bumi ternyata menyimpan dampak yang merugikan lingkungan. Dampak tersebut ditimbulkan oleh penggunaan minyak bumi sebagai materi bakar. Ada dua jenis pembakaran minyak bumi, yakni pembakaran tepat dan pembakaran tidak sempurna. Pada pembakaran sempurna, hidrokarbon akan bereaksi dengan oksigen membentuk gas karbon dioksida dan air. Jika dalam materi bakar tersebut mengandung nitrogen, sulfur, atau besi, pembakaran tepat akan menghasilkan nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan besi(III) oksida. Adapun pada pembakaran tidak sempurna, hidrokarbon yang bereaksi dengan oksigen menghasilkan gas karbon dioksida, gas karbon monoksida, air, dan beberapa senyawa lain ibarat nitrogen oksida.

Gas-gas ibarat karbon dioksida, karbon monoksida, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan besi(III) oksida mencemari lingkungan. Selain akhir pembakaran tepat ataupun tidak sempurna, pencemaran lingkungan akhir penggunaan materi bakar disebabkan juga oleh penambahan zat aditif (tetra ethyl lead/TEL) pada bensin untuk meningkatkan bilangan oktan. [2]

a. Penggunaan TEL pada bensin

TEL mengandung logam berat timbal (Pb) yang terbakar dan akan keluar bersama asap kendaraan bermotor melalui knalpot. Hal ini menimbulkan pencemaran udara. Senyawa timbal merupakan racun dengan ambang batas kecil, artinya pada konsentrasi kecil pun sanggup berakibat fatal. Gejala yang diakibatkannya, antara lain: tidak aktifnya pertumbuhan beberapa enzim dalam tubuh, berat tubuh belum dewasa berkurang, perkembangan sistem syaraf lambat, selera makan hilang, cepat lelah, dan iritasi kanal pernapasan.

b. Pembakaran tidak tepat hidrokarbon

Pembakaran tidak tepat dengan reaksi sebagai berikut: [3]

CxHy + O2(g) → C(s) + CO(g) + CO2(g) + H2O(g)

1. Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida yaitu gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak merangsang. Hal ini menimbulkan keberadaannya sulit dideteksi. Padahal gas ini sangat berbahaya bagi kesehatan lantaran pada kadar rendah sanggup menjadikan sesak napas dan pucat. Pada kadar yang lebih tinggi sanggup menimbulkan pingsan dan pada kadar lebih dari 1.000 ppm sanggup menjadikan kematian. Gas CO ini berbahaya lantaran sanggup membentuk senyawa dengan hemoglobin membentuk HbCO, dan ini merupakan racun bagi darah. Oleh lantaran yang diedarkan ke seluruh tubuh termasuk ke otak bukannya HbO, tetapi justru HbCO.

Keberadaan HbCO ini disebabkan lantaran persenyawaan HbCO memang lebih berpengaruh ikatannya dibandingkan dengan HbO. Hal ini disebabkan lantaran afinitas HbCO lebih berpengaruh 250 kali dibandingkan dengan HbO. Akibatnya Hb sulit melepas CO, sehingga tubuh bahkan otak akan mengalami kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen dalam darah inilah yang akan menimbulkan terjadinya sesak napas, pingsan, atau bahkan kematian. Sumber keberadaan gas CO ini yaitu pembakaran yang tidak tepat dari materi bakar minyak bumi. Salah satunya yaitu pembakaran bensin, di mana pada pembakaran yang terjadi di mesin motor, sanggup menghasilkan pembakaran tidak tepat dengan reaksi sebagai berikut.

2 C8H18(g) + 17 O2(g) → 16 CO(g) + 18 H2O(g)

Sumber lain yang menimbulkan terjadinya gas CO, selain pembakaran tidak tepat bensin yaitu pembakaran tidak tepat yang terjadi pada proses industri, pembakaran sampah, pembakaran hutan, kapal terbang, dan lain-lain. Namun demikian, penyebab utama banyaknya gas CO di udara yaitu pembakaran tidak tepat dari bensin, yang mencapai 59%. Sekarang ini para andal mencoba menyebarkan alat yang berfungsi untuk mengurangi banyaknya gas CO, dengan merancang alat yang disebut catalytic converter, yang berfungsi mengubah gas pencemar udara ibarat CO dan NO menjadi gas-gas yang tidak berbahaya, dengan reaksi:



Katalis (Ni)

2 CO(g)
+
O2(g)
2 CO2(g)






Katalis (Ni)



2 NO2(g)
N2(g)
+
2 O2(g)

2. Karbondioksida (CO2)

Sebagaimana gas CO, maka gas karbon dioksida juga mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak merangsang. Gas CO2 merupakan hasil pembakaran tepat materi bakar minyak bumi maupun kerikil bara. Dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor dan semakin banyaknya jumlah pabrik, berarti meningkat pula jumlah atau kadar CO2 di udara kita.

Keberadaan CO2 yang berlebihan di udara memang tidak berakibat pribadi pada manusia, sebagaimana gas CO. Akan tetapi berlebihnya kandungan CO2 menyebabkan sinar inframerah dari matahari diserap oleh bumi dan benda-benda di sekitarnya. Kelebihan sinar inframerah ini tidak sanggup kembali ke atmosfer lantaran terhalang oleh lapisan CO2 yang ada di atmosfer. Akibatnya suhu di bumi menjadi semakin panas. Hal ini menimbulkan suhu di bumi, baik siang maupun malam hari tidak mengatakan perbedaan yang berarti atau bahkan sanggup dikatakan sama. Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya kadar CO2 di udara ini dikenal sebagai imbas rumah beling atau green house effect.

Untuk mengurangi jumlah CO2 di udara maka perlu dilakukan upaya-upaya, yaitu dengan penghijauan, menanam pohon, memperbanyak taman kota, serta pengelolaan hutan dengan baik.

c. Oksida Belerang (SO2 dan SO3)

Gas sulfur dioksida (SO2) mempunyai sifat tidak berwarna, tetapi berbau sangat menyengat dan sanggup menyesakkan napas meskipun dalam kadar rendah. Gas ini dihasilkan dari oksidasi atau pembakaran sulfur yang terlarut dalam materi bakar miyak bumi serta dari pembakaran sulfur yang terkandung dalam bijih logam yang diproses pada industri pertambangan. Penyebab terbesar berlebihnya kadar oksida sulfur di udara yaitu pada pembakaran kerikil bara.

Akibat yang ditimbulkan oleh berlebihnya oksida sulfur memang tidak secara pribadi dirasakan oleh manusia, akan tetapi menimbulkan terjadinya hujan asam. Proses terjadinya hujan asam sanggup dijelaskan dengan reaksi berikut.

a. Pembentukan asam sulfit di udara lembap

SO2(g) + H2O((l) ←→ H2SO3(aq)

b. Gas SO2 dapat bereaksi dengan oksigen di udara

2 SO2(g) + O2(g) ←→ 2 SO3(g)

c. Gas SO3 mudah larut dalam air, di udara berair membentuk asam sulfat yang lebih berbahaya daripada SO2 dan H2SO3

2 SO3(g) + H2O(l) ←→ H2SO4(aq)

Hujan yang banyak mengandung asam sulfat ini mempunyai pH < 5, sehingga menimbulkan sangat korosif terhadap logam dan berbahaya bagi kesehatan. Di samping menimbulkan hujan asam, oksida sulfur baik SO2 maupun SO3 yang terserap ke dalam alat pernapasan masuk ke paru-paru juga akan membentuk asam sulfit dan asam sulfat yang sangat berbahaya bagi kesehatan pernapasan, khususnya paru-paru.

d. Oksida Nitrogen (NO dan NO2)

Gas nitrogen monoksida mempunyai sifat tidak berwarna, yang pada konsentrasi tinggi juga sanggup menjadikan keracunan. Di samping itu, gas oksida nitrogen juga sanggup menjadi penyebab hujan asam. Keberadaan gas nitrogen monoksida di udara disebabkan lantaran gas nitrogen ikut terbakar bersama dengan oksigen, yang terjadi pada suhu tinggi.

Reaksinya yaitu :

N2(g) + O2(g) → 2 NO(g)

Pada ketika kontak dengan udara, maka gas NO akan membentuk gas NO2 dengan reaksi sebagai berikut.

2 NO(g) + O2(g) ←→ 2 NO2(g)

Gas NO2 merupakan gas beracun, berwarna merah cokelat, dan berbau ibarat asam nitrat yang sangat menyengat dan merangsang. Keberadaan gas NO2 lebih dari 1 ppm sanggup menimbulkan terbentuknya zat yang bersifat karsinogen atau penyebab terjadinya kanker. Jika menghirup gas NO2 dalam kadar 20 ppm akan sanggup menimbulkan kematian.

Sebagai pencegahan maka di pabrik atau motor, pecahan pembuangan asap ditambahkan katalis logam nikel yang berfungsi sebagai konverter.

Prinsip kerjanya yaitu mengubah gas buang yang mencemari menjadi gas yang tidak berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan manusia. Proses pengubahan tersebut sanggup dilihat pada reaksi berikut.


Katalis (Ni)



2 NO2(g)
N2(g)
+
2 O2(g)

Anda kini sudah mengetahui Dampak Minyak Bumi. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Utami, B. A. N. Catur Saputro, L. Mahardiani, dan S. Yamtinah, Bakti Mulyani.2009. Kimia : Untuk SMA/MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 250.

Referensi Lainnya :

[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Motor_vehicle_emissions

[2] Rahayu, I. 2009. Mudah Belajar Kimia, Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p 210.

[3] Permana, I. 2009. Memahami Kimia 1 : SMA/MA untuk Kelas Semester 1 dan 2. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 175.

No comments:

Post a Comment