Tuesday, November 26, 2019

Pintar Pelajaran Kerajaan Kendan Dan Galuh : Sejarah, Peninggalan, Raja, Prasasti, Perkembangan, Sistem Politik, Militer, Ketatanegaraan, Runtuhnya, Kemunduran

Artikel dan Makalah wacana Kerajaan Kendan dan Kerajaan Galuh : Sejarah, Peninggalan, Raja, Prasasti, Perkembangan, Sistem Politik, Militer, Ketatanegaraan, Runtuhnya, Kemunduran - Sumber mengenai kerajaan ini diperoleh dari Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara. Bisa jadi dongeng yang ada di pustaka tersebut tak sepenuhnya benar terjadi. Namun juga, di dalamnya ada beberapa kejadian yang memang benar-benar terjadi. Pendiri Kendan berjulukan Resiguru Manikmaya, berasal dari Jawa Timur. Aslinya ia berasal dari India Selatan. Ketika datang di Jawa Barat, Manikmaya menikah dengan Tirtakancana, puteri Suryawarman Raja Tarumanagara. Setelah menikah, Manikmaya diberi kawasan berjulukan Kendan, antara Sumedang-Bandung. Di Kendan, Ia diangkat menjadi rajaresi dan dibekali tentara. Oleh mertuanya, ia dinobatkan menjadi raja kecil, bawahan Tarumanagara. Dari janji nikah itu, Manikmaya memperoleh keturunan. Salah satu putera berjulukan Rajaputera Suraliman.

Baca Juga :
  1. Runtuhnya Kerajaan Hindu Budha di Indonesia
  2. Sistem Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Kerajaan Kendan dan Galuh
Di usia 20, Suraliman diangkat menjadi senopati Kendan. Tak lama, ia didaulat menjadi panglima balatentara (Baladika) Tarumanagara. Manikmaya sendiri memerintah di Kendan selama 32 tahun, dari 536-568 M. Setelah Manikmaya wafat, Suraliman naik tahta. Pengangkatan Suraliman berlangsung pada tanggal 12 bab Gelap Bulan Asuji 490 Saka, bertepatan dengan 5 Oktober 568 M. Kendan di bawah Suraliman populer tangguh dalam hal berperang.

Raja Suraliman menikahi puteri Raja Bakulapura dari Kutai, Dewi Mutyasari. Pernikahan ini bertujuan menjalin persahabatan antar dua kerajaan. Dari janji nikah ini, Suraliman anak berjulukan Kandiawan (laki-laki) dan Kandiawati (perempuan). Kandiawan bergelar Rajaresi Dewaraja Sang Layuwatang. Sedangkan, Kandiawati ikut bersama suaminya seorang pedagang kaya dari Sumatera. Suraliman memerintah selama 29 tahun (568-597 M). Ia digantikan puteranya, Kandiawan, yang ketika itu telah menjadi raja di wilayah Medang Jati atau Medang Gana. Oleh alasannya yaitu itu, Kandiawan bergelar Rahiyangta ri Medang Jati. Setelah menjadi raja, Kandiawan memindahkan sentra pemerintahan dari Kendan ke Medang Jati yang diperkirakan kawasan Cangkuang, Garut. Perkiraan ini didapat, alasannya yaitu Raja Kandiawan merupakan pemeluk Hindu-Wisnu, dan di kawasan Cangkuang ini terdapat sebuah candi Hindu-Wisnu (Candi Cangkuang). Penemuan situs di Bojong Menje, Cicalengka, boleh jadi berkaitan dengan Kendan. Para andal memperkirakan situs tersebut bercorak Hindu.

Kandiawan berputerakan lima orang: Mangukuhan, Karungkalah, Katungmaralah, Sandang Greba, dan Wretikandayun. Mereka masing-masing menguasai kawasan Kulikuli, Surawulan, Peles Awi (Paleswari), Rawung Langit, dan Menir. Bisa jadi, kerajaan-kerajaan kecil bawahan Kendan ini terletak di antara Bandung-Garut. Kandiawan memerintah selama 15 tahun, 597-612 M. Ia melanjutkan hidupnya sebagai pertapa di Layuwatang, Kuningan. Ia menunjuk anak bungsunya, Wretikandayun, untuk merajai Kendan. Ketika itu Wretikandayun merupakan rajaresi di Menir. Ia mulai memerintah Kendan pada 23 Maret 612 M, pada usia 21 tahun.

Raja Wretikandayun memindahkan ibu kota Kendan ke Galuh. Daerah ini diapit oleh dua sungai, yakni Sungai Citanduy dan Cimuntur. Kata galuh berarti “permata”. Kawasan Galuh ini berada di Desa Karang Kamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Ciamis. Wretikandayun beristrikan anak seorang pendeta Resi Makandria, Dewi Manawati, yang menghasilkan tiga orang anak: Sempakwaja, Jantaka, serta Amara. Pada ketika Wretikandayun memerintah di Galuh, yang berkuasa di Tarumanagara yaitu Maharaja Kretawarman. Kendan (Galuh) ketika itu masih kerajaan bawahan Tarumanagara. Ketika di bawah Raja Tarusbawa, nama Tarumanagara telah bermetamorfosis Kerajaan Sunda. Dengan kondisi ini, Wretikandayun yang pada ketika itu berusia 78 tahun, beranggapan bahwa Galuh harus memisahkan diri dari Tarumanagara.

Akhirnya, Wretikandayun mengirim utusan ke Pakuan, ibu kota Kerajaan Sunda. Utusan ini mengirim surat kepada Tarusbawa yang menyatakan bahwa Galuh hendak memisahkan diri dari Sunda, menjadi kerajaan merdeka. Raja Tarusbawa tak keberatan. Ia lebih menentukan mengurus rakyat dan urusan dalam negeri daripada harus mempertahankan wilayah yang ingin memerdekakan diri. Lalu, Kerajaan Galuh dan Sunda disatukan oleh Sri Baduga, menjadi Kerajaan Pajajaran.

Anda kini sudah mengetahui Kerajaan Kendan atau Kerajaan Galuh. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.

No comments:

Post a Comment