Monday, November 25, 2019

Pintar Pelajaran Kesultanan / Kerajaan Gowa Dan Tallo (Makassar) : Sejarah, Peninggalan, Pendiri, Letak, Peta, Kemunduran, Runtuhnya

Artikel dan Makalah wacana Kesultanan / Kerajaan Gowa dan Tallo (Makassar) : Sejarah, Peninggalan, Pendiri, Letak, Peta, Kemunduran, Runtuhnya - Di Sulawesi Selatan, pada awal kurun 16 sudah bangkit kerajaan-kerajaan diantaranya Luwu, Gowa, Wajo, Soppeng, Tallo dan Bone. Namun kerajaan yang mempunyai perkembangan yang pesat ialah Gowa dan Tallo, kelak kerajaan ini disebut sebagai kerajaan Makassar dengan ibukota Makassar. (Baca juga : Kerajaan Islam di Indonesia)

Gowa dan Tallo merupakan kerajaan kembar, pada tahun 1603 Gowa menjadi kerajaan Islam Daeng Manrabia masuk Islam dan bergelar Alauddin, Tallo menjadi kerajaan Islam ketika Kraeng Matoaya masuk Islam dan bergelar Sultan Abdullah. Wilayahnya mencakup sebagian besar Sulawesi dan belahan timur Nusa Tenggara. Alaudin sangat menentang politik dagang Belanda yang monopoli, sebab kebenciannya itu dan membantu rakyat setempat menentang Belanda, berulang kali melaksanakan penyerbuan ke Maluku.

Setelah Alaudin meninggal, tahta diserahkan kepada Hasanuddin (1654-1660). Usaha ayahnya menentang Belanda dilanjutkannya, bahkan kegigihannya sangat merepotkan. Oleh sebab itu Hasanuddin dikenal dengan “Ayam Jantan dari Timur”. Perlawanan Hasanuddin berakhir dengan perjanjian hening dan ia harus turun tahta. Ia digantikan oleh anaknya, Mapasomba.

Belanda berharap Mapasomba sanggup bekerja sama, namun sebaliknya, ia meneruskan usaha ayahnya. Bone merupakan wilayah kekuasaan Makassar yang dipimpin oleh Aru Palakka (Arung Palakka) mengatakan kerjasama untuk membantu Belanda. Tahun 1666 Belanda berusaha mati-matian menduduki Makassar melalui pertempuran sengit di darat dan di laut. Hingga karenanya tahun 1667, Belanda sanggup menghancurkan Makassar dan memaksa dilakukan Perjanjian Bongaya, yang isinya:

(a) Pengakuan hak monopoli Belanda.
(b) Belanda sanggup mendirikan benteng-benteng pertahanan di Makassar.
(c) Makassar melepaskan daerah-daerah kekuasaan.
(d) Aru Palakka diakui sebagai Raja Bone.

Rakyat Makassar murka atas keputusan Perjanjian Bongaya. Perlawanan rakyat Makassar kian berkobar dan berlangsung hampir dua tahun. Banyak pejuang Makassar pergi ke daerah-daerah lain, menyerupai Banten, Madura, dan sebagainya guna membantu daerah-daerah bersangkutan dalam upaya mengusir VOC. Pejuang tersebut di antaranya Karaeng Galesung, Monte Marano yang membantu usaha rakyat di Jawa Timur.

Sementara itu Aru Palaka semakin leluasa untuk menguasai kawasan Soppeng dengan pengawasan dan pantauan dari VOC. Setelah usaha rakyat Makassar benar-benar padam, Makassar pun jatuh ke tangan VOC secara keseluruhan. Sebutan Makasar sebagai sentra perdagangan bebas, lenyap begitu saja.

Anda kini sudah mengetahui Kerajaan Gowa dan Tallo. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.

No comments:

Post a Comment