Friday, November 22, 2019

Pintar Pelajaran Politik Etis / Balas Kecerdikan Van Deventer : Lahirnya Pendidikan Ala Barat

Artikel dan Makalah perihal Politik Etis / Balas Budi Van Deventer : Lahirnya Pendidikan ala Barat - Keuntungan yang diperoleh bangsa Belanda dari hasil mengeruk kekayaan alam bangsa Indonesia dipakai untuk membangun bangsa Belanda sampai bisa mencapai kemakmuran dalam segala hal. Sebaliknya bangsa Indonesia mengalami kesengsaraan, kemiskinan, dan kemelararatan yang amat sangat. Bangsa Indonesia terjebak dalam bulat kebodohan, kemiskinan dan ketrebelakangan alasannya ialah tidak mendapat pendidikan yang layak. Akibatnya hanya sedikit penduduk Indonesia yang sadar akan peranannya sebagai sebuah bangsa tersendiri. (Baca juga : Perkembangan Masyarakat Indonesia Pada Masa Pemerintahan Penjajahan Belanda)

Kesengsaraan rakyat pribumi banyak diketahui oleh orangorang Belanda yang moderat. Salah satu di antara tokoh moderat tersebut ialah Baron Van Houvel yang bergerak dalam DPR Belanda. Houvel menyerukan kepada pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib kaum pribumi. Selain itu, tokoh lain yang memperjuangkan kepentingan pribumi ialah Van Deventer, seorang Belanda yang memiliki perhatian yang besar terhadap negeri jajahan. Dia menulis dalam sebuah majalah Belanda De Gids, dengan judul “Een Ereschuld” (Utang Budi), yang di dalmnya mengkritik pemerintah Belanda yang telah memperoleh berjuta-juta goulden dari laba yang dihasilkan dari menjajah Indonesia, sehingga ia menyerukan supaya dilakukan sedikit perhatian khusus guna memajukan negeri jajahan. Ia kemudian mengeluarkan gagasan perihal proses memajukan negeri jajahan itu yang terdiri dari tiga poin utama yang sering disebut Trias Politika Van Deventer, yaitu:

(a) irigasi, yaitu melaksanakan perbaikan dan pengembangan dalam bidang pengairan;
(b) emigrasi, yaitu proses perbaikan dalam hal kependudukan;
(c) edukasi, yaitu perbaikan dan pengembangan dalam bidang pendidikan.

Faktor paling kuat bagi perkembangan bangsa Indonesia dari ketiga gagasan tersebut ialah dalam bidang pendidikan (edukasi). Melalui pendidikan bangsa Indonesia mulai mengalami perkembangan pedoman sebagai pondasi bagi lahirnya wangsit perihal nasionalisme. Pemikiran perihal nasionalisme nantinya merupakan landasan untuk mengantarkan Bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan.

Sebelum periode ke-20, persoalan pendidikan sudah mulai dikembangkan menyerupai yang dilakukan oleh Menteri Tanah Jajahan Belanda, Frans Van de Putte yang memperkenalkan sistem pendidikan Barat sekitar tahun 1884. Tujuan pengembangan ini ialah untuk menghasilkan tenaga manajemen Belanda yang terampil, terdidik, dan murah. Namun sejak diberlakukannya Politik Etis yang digagas oleh Van Deventer pemerintah Belanda lebih terdorong untuk mendirikan sekolah-sekolah secara berjenjang. Selain alasannya ialah tuntutan Van Deventer, hal ini juga bertujuan untuk mengarahkan pendidikan bagi masyarakat Indonesia supaya terbebas dari kebodohan sehingga bisa menyediakan tenaga mahir dan terdidik dalam segala bidang.

Perkembangan sekolah yang ada di Indonesia pada awalnya tentu tidak sebaik dan sebebas menyerupai sekarang. Banyak perbedaan yang sangat fundamental antara sekolah jaman Belanda dengan sekolah jaman sekarang. Walaupun demikian, sekolah yang pertama kali didirikan di Indonesia, jenjangnya hampir sama dengan sekolah yang ada pada ketika ini, di antaranya adalah:

(a) ELS (Europese Lagere School) khusus untuk bawah umur Eropa dan HIS (Holands Inlandse School) untuk bawah umur pribumi priyayi. Adapula sekolah dasar bagi pribumi yang dibedakan antara sekolah kelas satu untuk golongan ningrat dan kelas dua untuk golongan rakyat biasa.

(b) MULO (Meer Uitgebreid Lagere Onderwijk) yang dilanjutkan ke AMS (Algemeene Middelbare School), yang lainnya ada HBS (Hogere Burger School) dan KS (Kweek School) atau sekolah keguruan, merupakan sekolah setingkat Sekolah Menengah Pertama dan SMA.
(c) OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren), merupakan sekolah bagi para calon pegawai negeri, STOVIA (School Toot Opleiding van Indische Artsen) untuk sekolah kedokteran, THS (Technische Hogere School) sebagai sekolah tinggi tehnik yang kini berjulukan ITB (Institut Teknologi Bandung); merupakan sekolah setingkat sekolah tinggi tinggi.

Dalam perkembangan selanjutnya, sekolah-sekolah ini telah memunculkan sekelompok intelektual muda berbakat yang sangat berpengaruh. Dalam sejarah Indonesia selanjutnya mereka ialah orang-orang yang menjadi aktivis pencerahan bagi seluruh rakyat Indonesia supaya timbulnya perasaan persatuan dan nasionalisme (kebangsaan) sehingga mengantarkan Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan walaupun dari sana masih perlu menempuh waktu yang relatif panjang.

Anda kini sudah mengetahui Politik Balas Budi. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.

No comments:

Post a Comment