Friday, November 22, 2019

Pintar Pelajaran Sejarah Kebangkitan Bangsa Mesir, Tokoh, Gerakan, Latar Belakang, Tujuan, Akibat

Artikel dan Makalah perihal Sejarah Kebangkitan Bangsa Mesir, Tokoh, Gerakan, Latar Belakang, Tujuan, Akibat - Mesir di bawah Dinasti Mamluk merupakan negara Islam yang selamat dari kehancuran yang dilakukan bangsa Mongol. Mesir yang semula merupakan kawasan taklukan Turki dari tahun 1517, tiba-tiba ingin memisahkan diri dari Turki dan menjadi negara merdeka. Berbagai macam cara dilakukan Mesir biar bisa merdeka dari Turki. Hal tersebut memunculkan pertentangan. Puncak dari kontradiksi tersebut yaitu meletusnya perang Mesir-Turki yang berlangsung selama dua fase yakni 1832-1833 dan 1839-1840. Dalam peperangan tersebut, pihak Mesir lebih tangguh sebab dibantu Prancis, sementara pihak Turki mengalami kekalahan. (Baca juga : Latar Belakang Kebangkitan Bangsa Asia dan Afrika)

Serangan Prancis di bawah komando Napoleon telah membawa perubahan dalam alam fatwa Mesir, yaitu dengan masuknya paham-paham gres menyerupai liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi. Adalah Muhammad Ali yang menjabat sebagai Gubernur Mesir tiba sebagai utusan Usmani untuk mengalahkan Prancis. Setelah Prancis pergi dari Mesir, yang kalah dalam pertempuran bahari dengan Inggris, Muhammad Ali lalu berhasil mengalahkan Dinasti Mamluk pada tahun 1805 M. Diadakan pembaharuan dibidang pertahanan, pendidikan dan ekonomi non pertanian.

Muncullah keinginan untuk memisahkan diri dari Turki dan menyebabkan Mesir sebagai negara yang mereka. Hal ini terealisasi dengan dikalahkannya pasukan Turki dalam pertempuran Konya tahun 1832.

Namun, sebab Inggris pun mempunyai kepentingan politik terhadap Turki, maka dengan cepat mereka bergabung dan membentuk suatu aliansi yang terdiri dari Prusia, Rusia, dan Austria untuk menghadapi kekuatan Mesir. Melihat insiden tersebut Mesir pun segera menciptakan perjanjian guna meredam perselisihan dengan Inggris, pada tahun 1840 dengan nama Konvensi Alexandria. Adapun beberapa poin yang ditetapkan dalam kesepakatan terebut ialah bahwa Mesir masih tetap jajahan Turki, Mesir harus melepaskan Syiria dari kekuasaannya, serta pemimpin Mesir yang berasal dari keturunan Mohammad Ali harus gelar Khedive.

Konsesi yang dibentuk Mesir dengan Prancis untuk menggali Terusan Suez pada masa pemerintahan Khedive Ismail, tenyata tidak diinginkan oleh Inggris, sebab Inggris memandang bahwa proyek penggalian Terusan Suez itu merupakan perjuangan Prancis untuk menanamkan pengaruhnya di Mesir. Kecurigaan Inggris tersebut malah menciptakan Inggris sendiri ingin merebut Terusan Suez dari Mesir dan Prancis. Pada 1863-1878 pemerintah Mesir mengalami kemerosotan dalam bidang ekonomi sehingga mendorong Mesir untuk menjual saham Terusan Suez kepada Inggris pada tahun 1875.

Pembukaan Terusan Suez dibangun oleh Ferdinad de Lessep, pada tahun 1869. Dengan dijualnya Terusan Suez kepada Inggris bukan berarti utang-utangnya terhadap negara lain jadi habis. Perekonomian Mesir dari waktu ke waktu semakin bobrok, sampai jadinya pemerintahan Mesir sendiri mulai dicampuri oleh tangan-tangan Eropa khususnya Inggris dan Perancis.

Ketetapan-ketetapan yang dikeluarkannya pun berasal dari Inggris dan Prancis yang menciptakan rakyat Mesir terlantar dan menderita. Dampak dari hal tersebut muncul perlawanan-perlawanan guna menentang kesewenang-wenangan Inggris dan Perancis.

Pada 1882 muncul pemberontakan Arabi Pasha yang dipengaruhi paham Jamaludin Al Afghani. Pemberontakan ini merupakan tonggak dari nasionalisme Mesir yang menuntut biar segera diubahnya sistem pemerintahan di Mesir. Tuntutan tersebut dianggap membahayakan posisi Inggris di Mesir. Sebagai antisipasinya, dengan cepat Inggris segera mengirimkan pasukannya untuk menyerang Arabi Pasha. Desakan tersebut menciptakan Arabi Pasha menyerahkan diri dan mengakui kekalahannya dari pihak Inggris. Sejak ketika itulah Inggris memegang kekuasaan penuh di Mesir.

Walaupun Arabi Pasha telah tertangkap namun cita-citanya bertahap terus diperjuangkan oleh para tokoh nasionalis. Hal itu mulai nampak dari diadakannya Kongres Nasional di bawah Mustafa Kamil dengan bertujuan untuk mencapai kemerdekaan secara penuh. Lagi-lagi Inggris berkehendak lain, mereka mulai melucuti badan kongres dengan menangkap dan membuang tokoh-tokohnya. Akan tetapi tindakan Inggris tersebut tidak menciptakan takut dan jera para tokoh nasionalis. Dengan munculnya Partai Wafd tahun 1919 di bawah pimpinan Saad Zaghul Pasha, menerangkan bahwa semangat nasionalisme di Mesir masih tetap berkobar. 

Pada November 1918 di bawah pimpinan Saad Saglul, kaum nasionalis menuntut biar Mesir diberikan kemerdekaan penuh. Dua kali Zaglul Pasha ditangkap dan diasingkan oleh Inggris; pertama ke Malta dan yang kedua ke Gibraltar.

Atas gerakan yang kontiyu, jadinya Inggris tidak bisa lagi menghadapi pemberontakan rakyat Mesir, sehingga terpaksa mengeluarkan unilateral declaration pada 28 Februari 1922 yang isinya sebagai berikut:

(a) Inggris mengakui kedaulatan Mesir;
(b) Inggris berhak atas saluran Suez, Mesir dijadikan kawasan operasi militer dan dipertahankan dari aksi bangsa asing;
(c) status Sudan ditangguhkan.

Walaupun belum merdeka penuh pada 15 Maret 1922, Ahmad Fuad menyatakan dirinya sebagai Raja Mesir. Sedangkan golongan nasionalis, menentang unilateral declaration, sebab mereka menuntut merdeka penuh. Barulah pada tahun 1936 Mesir menjadi negara yang merdeka penuh.

Sesudah Perang Dunia II, Mesir dan Israel menyerang Palestina di tahun 1948, tetapi tidak berhasil. Akibatnya Mesir menerima kecaman dari negara-negara di dunia. Akibat insiden muncul tuntutan dari para perwira muda, di bawah komando Kolonel Gamal Abdel Nasser untuk dilakukan pembersihan. Tetapi Raja Farouk mengabaikan tuntutan ini. Terjadilah insiden perebutan kekuasaan oleh Jenderal Mohammad Najib pada 23 Juli 1952, dan secara resmi Mesir berkembang menjadi republik semenjak 18 Juli 1953.

Pada tahun 1956 Gamal Abdel Nasser melaksanakan nasionalisasi Terusan Sues. Kemudian ditutup pada tahun 1967 sebab menjadi rebutan antara Prancis dengan Inggris dan dibuka lagi tahun 1975 oleh Presiden Anwar Sadat.

Anda kini sudah mengetahui Kebangkitan Bangsa Mesir. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Suwito, T. 2009. Sejarah : Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 368.

No comments:

Post a Comment