Tuesday, November 26, 2019

Pintar Pelajaran Majas Hiperbola, Pengertian, Contoh, Macam-Macam/Jenis, Perbandingan

Artikel dan Makalah perihal Majas Hiperbola, Pengertian, Contoh, Macam-macam/Jenis, Perbandingan - Hiperbola ialah ucapan (ungkapan, pernyataan) kiasan yang dibesar-besarkan (berlebih-lebihan), dimaksudkan untuk memperoleh efek tertentu, bukan yang sebenarnya. Di sini peneliti akan mencoba mencari penjelasannya. Sebenarnya di dalam hiperbola terdapat dua kata (atau bentuk lain), penanda dari kata pertama tersembunyi (implisit) dan digantikan oleh yang ke dua, yaitu kata (atau bentuk lain) yang memiliki intensitas makna jauh melebihi kata yang pertama (yang tersembunyi). Kadang-kadang kedua kata yang dibandingkan muncul bersama, bahkan diantarkan oleh kata pembanding. Sebenarnya hiperbola sering mengambil proses pembentukan jenis majas yang lain.

Kadang-kadang proses pembentukannya menyerupai majas perumpamaan (simile), metafora, atau majas lainnya. Yang penting dalam Hiperbola ialah fokus perhatian terletak pada kesan intensitas makna.

Contoh: Dengan bunyi menggelegar, ia berkata: “Pergi kamu dari sini!”

Bagan wilayah makna majas hiperbola :
 dimaksudkan untuk memperoleh efek tertentu Pintar Pelajaran Majas Hiperbola, Pengertian, Contoh, Macam-macam/Jenis, Perbandingan


Tanda + mewakili intensitas makna.

Ada perbandingan antara bunyi halilintar dengan bunyi insan (implisit). Komponen makna penyama adalah: nyaring (keras). Komponen makna pembedanya ialah ‘suara manusia’, dan ‘suara alam raya’ yang sangat keras. Jadi, di sini digunakan bentuk metafora. Meskipun skema semantiknya sama dengan metafora, dikemukakan juga skema segitiga semantik dari hiperbola.
 dimaksudkan untuk memperoleh efek tertentu Pintar Pelajaran Majas Hiperbola, Pengertian, Contoh, Macam-macam/Jenis, Perbandingan

Segitiga yang ditampilkan dengan garis terputus-putus bersifat implisit, yaitu bunyi alam.

Contoh lain:

a. Tiga tahun telah berlalu semenjak meninggalnya kekasihku, namun tak sedetik pun wajahnya hilang dari ingatanku.

Kata sedetik sebetulnya mengemukakan perbandingan antara waktu riil yang sangat singkat, dengan waktu yang dirasakannya. Meskipun waktu yang dirasakan itu sebetulnya bukan sedetik, melainkan sanggup saja satu atau beberapa jam. Dalam kenyataannya, mustahil dalam waktu tiga tahun orang memikirkan satu hal saja terus menerus, hingga bilangan detik. Bentuk yang digunakan di sini ialah sinekdoke. Ukuran waktu yang dikemukakan jauh lebih sedikit (sebahagian) dari pada waktu yang sebetulnya digunakan (keseluruhan). Yang penting di sini ialah kesan yang ditampilkan. Dengan penggunaan majas ini, intensitas makna bahasa menjadi sangat kuat.

b. ” Secepat kilat ia berlari menuju garis finis”.

Di sini bahkan perbandingan bersifat eksplisit; cepat menyerupai kilat. Yang dibandingkan ialah kecepatan lari insan dengan kecepatan kilat. Makara bentuk hiperbola di sini ialah simile.

c. “ (Sabun) sa’ndulit, untung selangit”.

Di sini juga ada perbandingan kuantitas : jumlah sabun yang sedikit (mungkin dalam kenyataannya segenggam
atau sekantung kecil) dibandingkan dengan jumlah yang sangat sedikit, sehingga sanggup melekat di ujung jari
(sa’ndulit). Juga ada perbandingan kwantitas antara laba yang begitu tinggi dengan tingginya langit. (selangit ialah tinggi menyerupai langit). Di sini pun hiperbola dikemukakan dalam bentuk simile.

d. “Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak”.

Ujaran di atas menampilkan 4 hiperbola, yaitu: bakteri (untuk menggambarkan kesalahan yang begitu kecil), di seberang lautan (untuk menawarkan jarak yang begitu jauh), gajah (untuk mengemukakan kesalahan yang
begitu besar) dan alhasil di pelupuk mata (untuk menampilkan jarak penglihatan yang begitu dekat). Di sini, hiperbola digunakan untuk menggambarkan ukuran benda aneh yang dikonkritkan (kesalahan) dan ukuran jarak. Ukuran itu sanggup saja menjadi sangat besar atau sangat kecil. Ketiga hiperbola pada teladan terakhir ini mengambil proses pembentukan majas simile dan metafora. Jadi, kalau sejumlah pakar memasukan hiperbola ke dalam majas perbandingan, disamakan dengan perbandingan eksplisit (simile) atau implisit (metafora), mereka memiliki alasan yang kuat.


Referensi :

Zaimar, O. K. S. 2002. Majas dan Pembentuknya. Makara. Sosial Humaniora, 6 (2) : pp. 45-57.

No comments:

Post a Comment