Tuesday, November 26, 2019

Pintar Pelajaran Mengapa Sebagian Orang Tidak Bisa Menyerap Warta Dengan Baik ?


Alasan mengapa beberapa orang lebih jelek dalam mempelajari sesuatu dibandingkan yang lain telah diungkapkan oleh tim peneliti dari Berlin, Bochum, dan Leipzig. Mereka telah menemukan bahwa duduk masalah utama yang menjadikan hal tersebut yaitu otak kurang memproses isu yang harus dipelajari. Para ilmuwan melatih respon sentuhan pada subyek biar menjadi lebih sensitif. Pada subyek yang merespon dengan baik pada ketika pelatihan, EEG (Electroencephalography / proses perekaman kegiatan listrik di otak) mengatakan terjadinya perubahan karakteristik pada kegiatan otak, lebih khususnya pada gelombang alfa. Gelombang alfa ini menunjukkan, seberapa efektifkah otak memanfaatkan isu sensorik yang diharapkan untuk belajar. "Sebuah pertanyaan menarik kini yaitu sejauh mana kegiatan alfa sanggup dipengaruhi dengan perlakuan tertentu," kata PD Dr Hubert Dinse dari Neural Plasticity Lab of the Ruhr-Universität Bochum Bochum. "Hal ini sanggup mempunyai implikasi yang besar untuk terapi setelah cedera otak atau untuk memahami proses belajar."
 Alasan mengapa beberapa orang lebih jelek dalam mempelajari sesuatu dibandingkan yang lai Pintar Pelajaran Mengapa Sebagian Orang tidak Mampu Menyerap Informasi Dengan Baik ?
Proses EEG (Electroencephalography). (Credit: Copyright: MPI CBS Leipzig)
Tim peneliti dari Ruhr-Universität, Humboldt Universität zu Berlin, Charite - Universitätsmedizin Berlin dan Max Planck Institute (MPI) for Human Cognitive and Brain Sciences melaporkan temuan mereka di Journal of Neuroscience.

Belajar tanpa memperhatikan : pembinaan pasif indera peraba

Para peneliti berulang kali merangsang indera peraba selama 30 menit dengan listrik pada kulit tangan. Sebelum dan setelah pembinaan pasif ini, mereka menguji apa yang disebut dengan "dua-titik ambang diskriminasi," sebuah ukuran dari sensitivitas terhadap sentuhan. Untuk ini, mereka menekan tangan secara lembut dengan dua jarum dan memilih jarak terkecil antara jarum di mana pasien masih menganggap kedua jarum tersebut sebagai rangsangan yang terpisah. Rata-rata, pembinaan pasif ini, meningkatkan ambang diskriminasi sebesar dua belas persen, - tetapi tidak pada semua penerima yang berjumlah 26 orang. Dengan memakai EEG, tim peneliti mempelajari mengapa beberapa orang berguru lebih baik daripada yang lain.

Pencitraan kondisi otak dengan memakai EEG: efek kegiatan gelombang alfa

Mitra kerjasama dari Berlin dan Leipzig, PD Dr Petra Ritter, Dr Frank Freyer, dan Dr Robert Becker mencatat EEG yang impulsif terjadi pada subyek sebelum dan selama pembinaan pasif. Mereka lalu mengidentifikasi komponen kegiatan otak yang berkaitan dengan peningkatan hasil tes diskriminasi tersebut. Aktivitas gelombang alfa, yaitu kegiatan otak berada pada rentang frekuensi 8 hingga 12 hertz, ternyata sangat memilih hasil simpulan tes.  Aktivitas gelombang alfa yang lebih tinggi sebelum pembinaan pasif, menciptakan seseorang menjadi semakin baik dalam belajar. Selain itu, semakin banyak kegiatan gelombang alfa yang menurun selama pembinaan pasif, maka penerima akan semakin gampang mempelajari sesuatu. Efek ini terjadi di korteks somatosensori, di mana cuilan di otak yang mengatur indera peraba.

Para peneliti mencari metode gres untuk terapi

"Bagaimana ritme gelombang alfa sehingga berhasil mempengaruhi kemampuan berguru seseorang merupakan suatu hal  yang kita selidiki dengan jadwal komputer," kata PD Dr Petra Ritter, Kepala Kelompok Kerja "Brain Modes"  di Leipzig MPI dan Charité Berlin. "Hanya pada ketika kita memahami pengolahan isu kompleks di dalam otak, maka kita bisa melaksanakan intervensi khusus terhadap proses yang terjadi di otak untuk membantu orang yang mengalami gangguan," tambah Petra Ritter. 

Belajar tergantung pada susukan terhadap isu sensorik

Aktivitas gelombang alfa yang tinggi dianggap sebagai penanda kesiapan otak untuk mengeksploitasi isu gres yang masuk. Sebaliknya, penurunan berpengaruh kegiatan alfa selama stimulasi sensorik dianggap sebagai indikator bahwa otak memproses rangsangan dengan sangat efisien. Oleh sebab itu, hal ini mengatakan bahwa, pembelajaran berbasis persepsi sangat tergantung pada seberapa besar isu sensorik ini sanggup diakses. Aktivitas gelombang alfa sebagai penanda keadaan otak terus berubah, sehingga perubahan ini sangat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menangkap dan memproses informasi.

Referensi Jurnal :

  1. F. Freyer, R. Becker, H.R. Dinse, P. Ritter. State-dependent perceptual learningJournal of Neuroscience, 2013 DOI: 10.1523/JNEUROSCI.4039-12.2013
Artikel ini merupakan terjemahan dari materi yang disediakan oleh Ruhr-Universitaet-Bochum via Science Daily (13 Februari 2013). Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

No comments:

Post a Comment