Tuesday, April 16, 2019

Pintar Pelajaran Sistem Sirkulasi Darah Pada Katak Amfibi

Sistem Sirkulasi Darah pada Katak Amfibi - Alat sirkulasi darah katak terdiri atas jantung, arteri, vena, kapiler, dan sinus venosus. Lihat Gambar 1. Jantung terdiri dari 3 ruangan adalah atrium kiri, atrium kanan, dan satu ventrikel. Di antara atrium dan ventrikel terdapat sekat. Antara atrium kanan dan kiri terdapat katup. Sinus venosus terletak di sebelah dorsal jantung. Perhatikan Gambar 2. Aliran darah diawali dari seluruh tubuh yang kaya CO2 masuk ke jantung melalui vena kava. Darah ini mula-mula berkumpul di sinus venosus dan akan masuk ke atrium kanan, dan menuju ventrikel, kemudian dipompa menuju paru-paru. Selanjutnya, darah dari paru-paru yang kaya O2 masuk ke atrium kiri dan menuju ventrikel. Selain dari paru-paru, O2 juga sanggup diperoleh melalui kapiler-kapiler di bawah kulit. O2 ini masuk ke dalam kulit secara difusi. Jadi, di dalam ventrikel kedua jenis darah bercampur. (Baca juga : Sistem Peredaran Darah Tertutup pada Hewan)
Alat sirkulasi darah katak terdiri atas jantung Pintar Pelajaran Sistem Sirkulasi Darah pada Katak Amfibi
Gambar 1. Jantung Amphibia (katak)
Alat sirkulasi darah katak terdiri atas jantung Pintar Pelajaran Sistem Sirkulasi Darah pada Katak Amfibi
Gambar 2. Diagram sistem sirkulasi darah pada katak
Selanjutnya, darah kaya O2 dari ventrikel dipompa menuju arteri untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Kulit amfibi juga berperan sebagai alat pernapasan. Oksigen masuk melalui kulit secara difusi, ke kapiler-kapiler di bawah kulit. Darah beredar dari jantung ke seluruh tubuh, kemudian kembali lagi ke jantung. Selain itu, juga terjadi aliran darah dari jantung menuju paru-paru, kemudian kembali lagi ke jantung.

Anda kini sudah mengetahui Sistem Sirkulasi Darah pada Katak. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :
Purnomo, Sudjiono, T. Joko, dan S. Hadisusanto. 2009. Biologi Kelas XI untuk Sekolah Menengan Atas dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 386.

No comments:

Post a Comment