Wednesday, September 4, 2019

Pintar Pelajaran Dinamika Dan Pewarisan Budaya : Pengertian, Unsur-Unsur, Bahasa, Seni, Agama, Integrasi Nasional

Dinamika dan Pewarisan Budaya : Pengertian, Unsur-unsur, Bahasa, Seni, Agama, Integrasi Nasional - Coba kalian renungkan mengapa lingkungan di sekitar tempat tinggal kalian banyak terdapat aneka macam macam benda. Benda-benda tersebut merupakan hasil karya insan dengan aneka macam manfaat dan fungsinya, coba kalian perhatikan lagi untuk apa insan membuatnya? Kalian tentunya telah mengetahui bahwa untuk mempertahankan kehidupannya insan membuat sesuatu untuk membantu dan memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Berbagai insiden alam dan ancamannya membuat insan harus bisa bertahan lantaran tidak semua hal yang terjadi di dunia berdampak baik bagi manusia. Nah, hasil karya insan itulah yang disebut sebagai kebudayaan. Kebudayaan sanggup membantu atau menghambat penyesuaian diri manusia. Kebudayaan memungkinkan orang bertahan hidup dalam lingkungan fisik yang tidak ramah. Kita tidak sanggup hidup tanpa kebudayaan dan kadang kala tidak gampang hidup dalam kebudayaan. Beragamnya kebudayaan yang muncul di masyarakat akan selalu mengalami perubahan dan berbeda-beda dalam setiap masyarakat lantaran kebudayaan setiap masyarakat terdiri dari unsur-unsur budaya yang merupakan pecahan dari kesatuan yang bersifat mengikat bagi anggotanya. Untuk itu biar kalian lebih memahami wacana unsur-unsur kebudayaan yang ada di masyarakat terlebih dahulu mengenali apa yang dimaksud dengan kebudayaan.

A. Pengertian Kebudayaan

Apa saja yang kalian ketahui wacana arti kebudayaan selama ini? Banyak orang bicara wacana kebudayaan, ada yang menyebut kebudayaan untuk menyatakan hasil karya insan yang indah-indah atau terbatas pada kesenian. Ada juga yang menggunakan kebudayaan untuk menyatakan ciri-ciri yang nampak pada sekelompok anggota masyarakat tertentu yang berbeda dengan kelompok masyarakat yang lain serta ada pula yang mengartikan kebudayaan untuk menyatakan tingkat kemajuan teknologi yang didukung oleh tradisi tertentu untuk membedakan kebudayaan yang belum banyak menggunakan peralatan mesin dan teknologinya masih terbelakang. Timbul pertanyaan, apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan kebudayaan itu? Coba kalian jelaskan apa yang bekerjsama disebut dengan kebudayaan. Untuk mempermudahnya, lihatlah definisi kebudayaan berdasarkan beberapa tokoh berikut ini.

1. Definisi Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan sanggup diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Adapun kata kultur yang berarti juga kebudayaan merupakan adopsi dari bahasa Inggris culture yang berasal dari bahasa Latin colere yang berarti mengolah atau mengerjakan tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya upaya serta tindakan insan untuk mengolah tanah dan merubah alam. Dari sini, Koentjaraningrat memperlihatkan definisi kebudayaan yakni sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya insan dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri insan dengan belajar. Coba bandingkan dengan definisi kebudayaan berdasarkan tokoh-tokoh berikut yang dikutip dari buku Sosiologi Suatu Pengantar, Soekanto (1982).

a. Sir Edward Burnett Tylor

Kebudayaan yakni kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan serta lainlain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh insan sebagai anggota masyarakat.

b. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi

Kebudayaan yakni semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan yang diharapkan oleh masyarakat untuk menguasai alam di sekitarnya biar kekuatan serta hasilnya sanggup diabdikan untuk keperluan masyarakat. Rasa meliputi jiwa insan mewujudkan segala norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas, misalnya: keyakinan, ideologi, maupun kepercayaan. Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orangorang yang hidup bermasyarakat yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu-ilmu pengetahuan baik yang berwujud teori murni maupun yang telah disusun untuk diamalkan dalam kehidupan masyarakat.

c. A.L Kroeber dan Clyde Cluckhohn

Kebudayaan yakni keseluruhan pola-pola tingkah laris dan pola-pola bertingkah laku, baik eksplisit maupun implisit yang diperoleh dan diturunkan melalui simbol yang akhirnya bisa membentuk sesuatu yang khas dari kelompok-kelompok insan termasuk perwujudannya dalam benda-benda materi.

d. E.B. Taylor

Kebudayaan yakni kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh insan sebagai anggota masyarakat.

2. Wujud Kebudayaan

Untuk mempelajari lebih lanjut wacana kebudayaan maka hal terpenting kalian harus mengerti wacana wujud-wujud kebudayaan yang nantinya sanggup memperlihatkan pengertian secara lebih jelas. Koentjaraningrat, membagi kebudayaan menjadi 3, yaitu:

a. Sistem Budaya

Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya biasa disebut sistem budaya. Ini merupakan wujud ideal dari kebudayaan yang mempunyai ciri-ciri abstrak, tak sanggup diraba, atau difoto. Misalnya sebuah hasil pemikiran yang tertuang dalam buku atau artikel maka keberadaan lokasi kebudayaan ideal ada pada buku atau artikel tersebut.
 Coba kalian renungkan mengapa lingkungan di sekitar tempat tinggal kalian banyak terdapat Pintar Pelajaran Dinamika dan Pewarisan Budaya : Pengertian, Unsur-unsur, Bahasa, Seni, Agama, Integrasi Nasional
Gambar 1. Kethek ogleng Salah satu kebudayaan yang merupakan hasil karya dan pemikiran insan yakni tarian. (wonogirikab.go.id)
b. Sistem Sosial

Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks acara serta tindakan berpola dari insan dalam masyarakat, disebut sistem sosial. Terdiri dari aktivitas-aktivitas insan yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lain berdasarkan waktu dan pola tertentu berdasarkan adab tata kelakuan.

c. Artefak

Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Ini terang sekali lantaran merupakan kebudayaan fisik, sanggup terlihat, diraba menyerupai Candi Borobudur. Candi Borobudur. Candi merupakan salah satu kebudayaan yang berbentuk material yang merupakan hasil karya manusia. Candi Borobudur merupakan salah satu tujuh keajaiban dunia yang sangat terkenal

Analogi Budaya 1 :

Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!

Masyarakat dan kebudayaan memang tidak sanggup dilepaskan tetapi dalam perkembangannya, kebudayaan yang ada di dalam masyarakat ada yang berdampak positif dan negatif. Coba diskusikan dan berikan solusi yang tepat supaya beberapa kebudayaan yang mempunyai dampak yang negatif dan tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat tersebut sanggup diarahkan supaya berdampak positif bagi masyarakat. Selain itu coba kalian praktikkan dan jalankan kebudayaan di tempat kalian yang berdampak positif dalam kehidupan sehari-hari.

B. Unsur-unsur Budaya

Unit terkecil dari kebudayaan disebut unsur (traits). Tetapi ada yang menyampaikan bahwa traits itu sanggup dibagi lagi menjadi unsur yang lebih kecil disebut items. Menurut Hoebel, unsur yakni suatu kesatuan corak sikap yang dipelajari dan dianggap tak sanggup diperkecil lagi atau produk nyata yang dihasilkan oleh sikap tersebut. Setiap kebudayaan terdiri dari ribuan unsur. Misalnya saja kesenian karawitan apakah sanggup disebut sebagai unsur kebudayaan? Bukan, lantaran kesenian karawitan merupakan sekumpulan unsur yang terdiri dari irama, alat-alat karawitan, lagu, lirik, dan lain-lain. Gabungan semua unsur itu akan membentuk kompleks kebudayaan yang merupakan sekelompok unsur budaya yang saling berhubungan. Kompleks kebudayaan terletak di tengah-tengah unsur dan lembaga.

Ingatkah kalian apa yang dimaksud dengan forum sosial itu? Suatu forum sosial yakni serangkaian kompleks kebudayaan yang terpusat pada kegiatan yang penting. Beberapa kompleks kebudayaan merupakan pecahan dari lembaga. Dari pemahaman konsep-konsep di atas maka sanggup diurutkan bahwa dinamika kebudayaan dimulai dari items - traits - unsur - kompleks kebudayaan dan yang terakhir yakni forum sosial.

Beberapa sarjana antropologi mencoba menjabarkan unsur-unsur budaya menyerupai yang tercantum dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar, Soekamto (1982), contohnya Melville J. Herskovits membagi unsur budaya menjadi 4 yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, dan kekuasaan politik. Bronislaw Malinoswky, membagi unsur budaya menjadi 4 juga yaitu:
  1. Sistem norma yang memungkinkan kolaborasi antara para anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya.
  2. Organisasi ekonomi.
  3. Alat-alat dan forum atau petugas pendidikan.
  4. Organisasi kekuatan.
Menurut C. Kluckhon yang dikutip dari buku Koentjaraningrat (1999) membagi unsur kebudayaan menjadi tujuh yang populer dengan sebutan Universal Categories of Culture yaitu:

Tabel. Pembagian unsur kebudayaan berdasarkan C. Kluckhon

No.
Unsur Kebudayaan
Contoh
1.
Peralatan dan perlengkapan
Pakaian, perumahan, alat-alat

hidup insan
rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, dan lain-lain.
2.
Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
Peternakan, pertanian, industri, nelayan, sistem konsumsi, sistem distribusi, sistem produksi, dan lain-lain.
3.
Sistem kemasyarakatan
Sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan, dan lain-lain.
4.
Bahasa
Bahasa lisan maupun tertulis.
5.
Kesenian
Seni rupa, seni suara, seni gerak, dan lain-lain.
6.
Sistem pengetahuan.

7.
Religi (Sistem kepercayaan)


Betapapun kehidupan suatu kelompok manusia, niscaya ia berbagi bahasa sebagai sistem lambang dan sebagai alat komunikasi untuk mempermudah sesama anggota memberikan pengalaman, pemikiran dan perasaan. Karena kemampuan insan berbagi lambang-lambang yang penuh makna itulah maka ia sanggup menempatkan diri sebagai makhluk yang tertinggi derajatnya. Sistem religi yakni unsur kebudayaan yang memperlihatkan pedoman pada anggota masyarakat dalam memahami lingkungan semesta dan hubungannya dengan kekuatan gaib. Sistem pengetahuan sangat penting artinya sebagai pedoman dalam menanggapi tantangan yang timbul dan harus dihadapi dalam proses penyesuaian masyarakat terhadap lingkungannya dalam arti luas. Sistem teknologi berfungsi memperlihatkan pedoman anggota masyarakat dalam usahanya menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan cara memanfaatkannya demi kesejahteraan bersama. Sedang sistem kesenian merupakan unsur kebudayaan yang memperlihatkan pedoman bagi anggota masyarakat yang bersangkutan untuk menyatakan rasa keindahan yang sanggup dinikmati secara bersama.

1. Hubungan antara Unsur-unsur Kebudayaan

a. Peralatan dan Perlengkapan Hidup (Teknologi)

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara insan mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.

Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu sebagai berikut.
  1. Alat-alat produktif.
  2. Senjata.
  3. Wadah.
  4. Alat-alat untuk menyalakan api.
  5. Makanan.
  6. Pakaian.
  7. Tempat berlindung dan perumahan.
  8. Alat-alat transportasi.
Investigasi Budaya 1 :

Coba kembangkan etos kerja dan wawasan kemutakhiran serta orientasi kecakapan pada diri kalian!

Apa yang sanggup kalian tangkap dari insiden dalam gambar berikut ini berkaitan dengan perkembangan budaya? Selain itu coba kalian praktikkan juga cara menggunakan komputer dan mencari informasi melalui internet!

b. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
  1. Berburu dan meramu.
  2. Beternak.
  3. Bercocok tanam di ladang.
  4. Menangkap ikan.
c. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial

1) Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan merupakan pecahan yang sangat penting dalam struktur sosial. M, Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat sanggup dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan yakni unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang mempunyai kekerabatan darah atau kekerabatan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan menyerupai keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.

2) Organisasi Sosial

Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, insan membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak sanggup mereka capai sendiri. Organisasi sosial yakni perkumpulan sosial yang dibuat oleh masyarakat, baik yang berbadan aturan maupun yang tidak berbadan hukum, berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.

d. Bahasa

Bahasa merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunakan insan untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan memberikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, insan sanggup menyesuaikan diri dengan adab istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus gampang membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.

Fungsi bahasa secara umum yakni sebagai berikut:
  1. Alat berekspresi.
  2. Alat komunikasi.
  3. Alat untuk mengadakan integrasi dan penyesuaian sosial.
Sedangkan fungsi bahasa secara khusus yakni untuk:
  1. Mengadakan kekerabatan dalam pergaulan sehari-hari (fungsi praktis).
  2. Mewujudkan seni (fungsi artistik).
  3. Mempelajari naskah-naskah kuno (fungsi filosofis).
  4. Untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Kesenian

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat insan akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, insan menghasilkan aneka macam corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

Berdasarkan jenis nilai estetika yang ditampilkan kesenian (budaya seni) sanggup dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
  1. Seni rupa yakni benda-benda seni yang menampilkan keindahannya dalam bentuk wujud atau bentuk contohnya lukisan, seni patung, seni lukis, atau seni fotografi.
  2. Seni bunyi yakni seni yang menampilkan keindahannya dalam bentuk suara, seni bunyi ini terdiri dari seni bunyi vokal (manusia), seni bunyi instrumental (alat musik), dan seni bunyi adonan (perpaduan antara bunyi insan dengan alat musik).
  3. Seni gerak yakni seni yang menampilkan keindahannya dalam bentuk gerakan atau aktivitas. Misalnya seni tari, gerak dan lagu, senam berirama dan sebagainya.
  4. Seni drama yakni seni yang menampilkan keindahannya dalam bentuk visualisasi pementasan adegan cerita. Misalnya ketoprak, wayang orang, lenong, ludruk, dan sebagainya.
Benda-benda seni mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Mengandung nilai estetika.
  2. Berfungsi memperlihatkan penghiburan.
  3. Melekat dengan unsur-unsur kebudayaan yang lain menyerupai seni rupa menempel pada model rumah, model mobil, sepeda motor, dan lain-lain.
  4. Berfungsi sebagai alat komunikasi untuk memberikan pesan atau cita-cita dari kelompok masyarakat yang satu kepada kelompok masyarakat yang lain.
f. Sistem Ilmu dan Pengetahuan

Secara sederhana, pengetahuan yakni segala sesuatu yang diketahui insan wacana benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir berdasarkan logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).

Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
  1. Pengetahuan wacana alam.
  2. Pengetahuan wacana tumbuh-tumbuhan dan binatang di sekitarnya.
  3. Pengetahuan wacana tubuh manusia.
  4. Pengetahuan wacana sifat dan tingkah laris sesama manusia.
  5. Pengetahuan wacana ruang dan waktu.
Analogi Budaya 2 :

Coba kembangkan wawasan kebinekaan dan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!

Bentuklah kelompok dan lakukan kegiatan berikut ini secara bersama-sama. Amati dan telitilah perkembangan budaya serta dampak yang ditimbulkannya dalam kehidupan masyarakat! Diskusikan hasil pengamatan kalian serta berikan solusi untuk mengatasi dampak budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia! Selanjutnya coba kalian tingkatkan lagi kegiatan yang sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa Indonesia

g. Sistem Kepercayaan

Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik insan dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan insan sebagai salah satu pecahan jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, insan tidak sanggup dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.

Koentjaraningrat membagi hal ini menjadi:
  1. Sistem kepercayaan/religi
  2. Kesusastraan suci
  3. Sistem upacara
  4. Magic
  5. Umat agama.
Analogi Budaya 3 :

Coba kembangkan etos kerja, rasa keingintahuan dan wawasan kebinekaan serta orientasi kecakapan pada diri kalian

Setelah kalian mengamati dan meneliti perkara budaya, berikan suatu citra atau ulasan wacana unsur budaya yang membentuk lingkaran sosial budaya kalian dengan memperhatikan tujuh unsur budaya yang ada. Jelaskan masing-masing unsur tersebut dengan memperhatian tabel berikut ini.

No.
Unsur Budaya
Cultural Activity
Trait Complex
Items
1.
Peralatan dan perlengkapan hidup insan



2.
Mata pencaharian hidup dan Sistem Ekonomi (Contoh)
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani
Cara-cara bercocok tanam diajarkan oleh penyuluh dari dinas pertanian contohnya pengolahan tanah
Untuk mengolah tanah menggunakan traktor
3.
Sistem Kemasyarakatan



4.
Bahasa



5.
Kesenian



6.
Sistem Pengetahuan



7.
Religi (sistem kepercayaan)




C. Bahasa

Setiap hari kalian niscaya menggunakan bahasa. Cara kalian dalam berbahasa sanggup memperlihatkan kepribadian kalian. Berbahasa dengan baik dan benar sanggup mempermudah dan memperlancar kalian dalam berkomunikasi. 

Bahasa merupakan salah satu unsur dari 7 unsur kebudayaan universal. Suatu kenyataan dan pengalaman bahwa dalam setiap masyarakat insan selalu terdapat bahasa yang cukup rumit susunannya. Dapat dikatakan juga bahwa bahasa bersifat simbolis atau perlambangan. Artinya suatu perkataan bisa melambangkan arti apapun, walaupun hal atau barang yang dilambangkan artinya oleh kata itu tidak hadir. Orang renta sanggup menjelaskan secara mendetail sekali kepada anak-anaknya mengenai sifat-sifat ular, memerinci panjangnya, besarnya dan warnanya, bentuknya dan cara-caranya bergerak. Menunjukkan tempat-tempat di mana anaknya mungkin menemukan ular dan menerangkan kepadanya bagaimana menghindarkannya. Makara tanpa pernah melihat ular, anak sanggup menyimpan keterangan lisan itu di dalam ingatannya. Saat sang anak ketemu ular, ia mungkin teringat akan kata yang menjadi perlambang untuk binatang itu dan keterangan yang bekerjasama dengan itu dan dengan demikian menjauhkan diri dari bahaya. Anak memahami bahasa yang diucapkan orang tuanya ketika bercerita wacana ular. Kalian memahami bahasa yang diucapkan orang lain, dan menjawabnya dengan bahasa yang dipahaminya pula, sehingga percakapan itu berkembang dan penuh makna. Menurut Chris Baker (2005) bahasa lebih tepat dipahami bersifat konstitutif terhadap nilai, makna dan pengetahuan. Artinya bahasa memberi makna pada benda-benda material dan praktik-praktik sosial, menjadikan bendabenda dan praktik-praktik itu sanggup kita pahami serta menghadirkannya pada diri kita dalam batasan yang digariskan oleh bahasa. Bahasa mengkontruksi makna. Lewat strukturnya, bahasa memilih makna-makna mana saja yang bisa atau tidak bisa digunakan dalam kondisi tertentu oleh subjek-subjek pengguna bahasa.

1. Strukturalisme

Saussure yakni salah seorang tokoh yang paling berhasil menjelaskan pemunculan makna dari referensi pada suatu sistem perbedaan yang terstruktur dalam bahasa, oleh lantaran itu ia dianggap sebagai tokoh pendiri strukturalisme. Saussure menilik aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang mengatur bahasa (langue), dan bukan penggunaan khusus dan ujaran-ujaran yang digunakan sehari-hari (parole). Strukturalisme pada umumnya lebih tertarik pada struktur-struktur bahasa dari pada pemakaian aktualnya (Baker, 2005 : 90).

Menurut Saussure yang dikutip dari buku Baker (2005 : 90-92), bahasa mengandung sebuah sistem pemaknaan yang terdiri dari serangkaian tanda (signs) yang dianalisis berdasarkan bagian-bagian penyusunnya, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda yakni bentuk-bentuk dan medium yang diambil oleh suatu tanda, menyerupai sebuah bunyi, gambar atau coretan yang membentuk kata di suatu halaman. Sedangkan petanda yakni konsep dan makna-makna.

Hubungan antara petanda dan penanda bersifat tidak pasti, dalam arti harus selalu demikian. Pengaturan kekerabatan antara petanda dan penanda bersifat arbitrer, sehingga binatang yang biasa kita sebut sebagai “kucing” contohnya bisa saja diwakili oleh penanda yang lain, menyerupai kuda atau meja. Menurut Saussure yang dikutip dari buku Baker (2005 : 90-92), makna diproduksi lewat proses seleksi dan kombinasi tanda-tanda berdasarkan sumbu sintagmatis dan paradigmatis. Sumbu sintagmatis tersusun dari kombinasi linear tanda-tanda yang membentuk kalimat sedangkan paradigmatis menunjuk pada medan tanda (misalnya sinonim) yang darinya bisa dipilih tanda yang mana pun. Makna terakumulasi seiring sumbu sintagmatis, sedangkan seleksi dari medan paradigmatis bisa mengubah makna pada titik mana pun dalam suatu kalimat. Hartley dalam buku Baker (2005 : 91), memberi referensi berikut :

Pada sumbu paradigmatis, pemilihan antara pejuang kemerdekaan dengan teroris akan menghasilkan perbedaan makna yang signifikan. Hal itu mengubah bagaimana kita memahami abjad dari pelaku dan akan memengaruhi kombinasi di sumbu sintagmatis lantaran berdasarkan konvensi dan meskipun bekerjsama secara gramatikal bisa dibenarkan, pemilihan kata “teroris” tidak akan dikombinasikan dengan kata “membebaskan”.

Karakter arbitrer kekerabatan penanda – petanda memperlihatkan bahwa makna itu mengalir secara kultural dan historis bersifat spesifik, tidak bersifat tetap dan khusus. Fakta bahwa “teroris” dan “pembebasan” merupakan suatu kombinasi yang langka juga memperlihatkan bahwa makna itu diatur di bawah kondisi-kondisi sosial – historis yang khas. Culleh dalam buku Baker (2005 : 91), mengungkapkan “karena sifatnya yang arbitrer, maka tanda sepenuhnya berada di bawah dampak sejarah dan kombinasi dari suatu penanda dan petanda pada suatu ketika tertentu merupakan jawaban dari proses sejarah”.

Strukturalisme beropini bahasa mempunyai kode-kode kultural. Salah satu contohnya yakni organisasi dan regulasi warna ke dalam kode kultural lampu kemudian lintas. Menurut Saussure yang dikutip dari buku Baker (2005 : 92), warna merah gres mempunyai makna dalam kekerabatan perbedaan antara merah, hijau, biru, dan lain-lain. Tanda-tanda ini kemudian diatur menjadi suatu urutan yang bisa memunculkan makna melalui konvensi-konvensi penggunaannya dalam konteks tertentu. Maka lampu kemudian lintas menggunakan “merah” untuk berhenti, dan “hijau” untuk membuktikan terus. Ini yakni kode kultural yang untuk sementara waktu menetapkan kekerabatan antara warna-warna dan makna. Di sini tanda telah dijadikan kode-kode yang dialamiahkan. Makna terasa begitu gamblang. (Kita tahu kapan harus berhenti atau terus). Para penganut strukturalisme sering juga disebut dengan pendukung esensialisme.

2. Pasca Strukturalisme

Pasca strukturalisme menolak gagasan wacana adanya struktur dasar (underlying structure) yang memunculkan makna. Bahasa bukanlah sesuatu yang otonom, terlepas dari kekerabatan antarteks. Menurut pasca strukturalisme makna selalu tertunda dan berada dalam proses. Makna tekstual bersifat labil dan tidak bisa dikurung dalam sebuah kata, kalimat atau teks tertentu. Makna tidak mempunyai sumber orisinalitas tunggal melainkan merupakan hasil hubungan-hubungan antarteks yang disebut dengan intertekstualitas.

Pasca strukturalisme menggagas bahwa makna hanya ada di dalam tanda, tidak ada makna di luar tanda yang merupakan suatu bentuk “representasi” grafis. Menurut Derrida yang dikutip dari buku Baker (2005 : 99), dalam konteks ini, goresan pena berada pada pangkal asal mula makna. Tulisan yakni arche writing yang bermakna goresan pena selalu merupakan pecahan dari luar teks dan teks turut membentuk apa yang ada di luarnya. Makara goresan pena bukanlah semata-mata teks yang ada pada sebuah halaman. Manusia tidak akan bisa berpikir wacana pengetahuan dan kebenaran dan kebudayan tanpa adanya tanda atau tulisan. Tulisan yakni jejak permanen yang selalu sudah (always already) ada sebelum persepsi menyadari dirinya.

Menurut Derrida dikutip dari buku Baker (2005 : 100), makna terlahir melalui permainan penanda, bukan dari referensi dengan sebuah objek yang independen. Makna mustahil bisa tetap dan baku. Kata-kata selalu mengandung banyak makna, yang didalamnya terdapat pula jejak atau guna makna-makna lain yang berasal dari kata-kata lain (yang berhubungan) dalam konteks yang berhubungan. Bahasa bersifat non representasional dan makna secara inheren bersifat tidak stabil dan karenanya selalu berada dalam pergeseran. Derrida memperkenalkan Differance untuk memahami makna kata-kata dari suatu bahasa. Differance berasal dari kata difference dan deferral. Difference berarti perbedaan, sedangkan defferal berarti penundaan. Produksi makna yang terjadi dalam proses pemaknaan selalu mengalami perbedaan dan penundaan.

Derrida yang dikutip dari buku Baker (101), memberi referensi kartu pos yang sudah diberi motif tertentu. Menurutnya kartu pos bisa saja salah sasaran. Kartu pos bisa hingga pada seseorang dan menghasilkan makna-makna yang sama sekali berbeda dari apa yang dimaksudkan. Bisa saja lantaran salah sasaran, makna yang sesungguhnya digantikan oleh makna yang beredar tanpa sumber atau tujuan yang sepenuhnya pasti. Nalar tidak bisa memastikan dan mendefinisikan secara permanen makna dari sebuah konsep. Oleh lantaran itu makna dari setiap tanda dan kata selalu mengalami perbedaan dan penundaan dalam proses pemaknaan oleh orang-orang yang berbeda. Ajaran yang demikian menimbulkan para penganut pasca struturalisme disebut pendukung antiesensialisme.

Secara singkat, perbedaan antara strukturalisme (esensialisme) dengan pasca strukturalisme (anti esensialisme) yakni sebagai berikut.

Tabel 2. Perbedaan antara strukturalisme (esensialisme) dengan pasca strukturalisme (anti esensialisme)

Strukturalisme/ Esensialisme
Pasca Strukturalisme/ Anti Esensialisme
Bahasa bersifat otonom dan mengandung pengertian yang bersifat  tetap melalui pengatur tertentu. Setiap  kata mempunyai esensi. Oleh lantaran itu  dalam setiap bahasa terdapat  kebenaran bersifat tetap yang bisa dicari.
Bahasa tidak bersifat otonom dan mengandung pengertian yang bersifat tidak tetap. Setiap kata tidak mempunyai esensi. Oleh lantaran itu dalam setiap  bahasa tidak ada kebenaran yang bersifat tetap, memang ada kebenaran tetapi bersifat sementara.

D. Seni

Untuk mengingatkan kalian kembali coba renungkan apakah ukiran dan coretan di tembok-tembok pinggir jalan yakni karya seni? Apa saja yang kalian ketahui wacana pengertian seni? Coba simaklah pembahasan berikut supaya kalian lebih memahaminya lagi.

Menurut Koentjaraningrat (1999), umumnya bagi orang berbahasa Indonesia, kebudayaan yakni kesenian, yang apabila dirumuskan mempunyai pengertian sebagai berikut: “kebudayaan dalam arti kesenian yakni ciptaan dari segala pikiran dan sikap insan yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia sanggup dinikmati dengan pancaindera yaitu penglihat, penghidung, pengecap, perasa, dan pendengar. Setiap karya seni mempunyai struktur umum. Pertama yakni setiap karya seni mempunyai materi karya seni, yaitu sumber orisinil yang menjiwa setiap pengalaman estetik (keindahan). Materi seni tentu saja harus dipilih, diperhitungkan biar sanggup memperlihatkan nilai guna dan cita rasa sentuhan estetis seninya. Untuk memenuhi hal itu, setiap karya seni harus mempunyai struktur harmoni (kesesuaian) dan struktur ritme.

Fungsi Struktur harmoni dalam suatu karya seni yakni menegaskan dan menggolongkan unsur-unsur bahasa estetisnya sehingga karya seni mempunyai keunikan, kesudahannya unsur-unsur tersebut menjadi suatu perbandingan (skala) dari aneka macam kemungkinan. Contohnya yakni tangga nada. Fungsi lainnya yakni struktur harmonisasi memberi titik berat dan menggariskan unsur-unsur perbandingan, contohnya tekanan-tekanan yang melahirkan daya tarik tertentu yang unik sifatnya. Contohnya yakni modulasi. Fungsi struktur ritme dalam suatu karya seni yakni memilih unsur yang diarahkan pada suatu gerak. Gerakan ini memperlihatkan wujud
yang menjadikan gerakan tersebut hidup. Gerakan ini bisa berupa ketidakgerakan, hentakan dan dengan tempo yang tepat pula.

Struktur umum kedua dari karya seni yakni subyek. Subyek dari suatu karya seni yakni karya seni itu sendiri. Setiap karya seni mempunyai wangsit pemikiran yang sanggup juga disebut sebagai subjek dari karya seni itu. Kedua pemahaman mengenai subyek karya seni itu menghadirkan materi subjek yang khusus yang menjadi penanda dari sebuah karya seni dan membedakannya dengan karya seni lainnya.

Struktur umum ketiga dari karya seni yakni ekspresi. Ekspresi karya seni lahir dari pemahaman seniman atas dasar imajinasinya untuk menemukan makna dan keindahan dari subyek seni. Setiap ekspresi karya seni sanggup dipahami dengan menemukan pemahaman imajinasi pembuatnya yang terdapat dalam diri, kemurnian dan kebenaran yang terdapat dalam subyek karya seni itu sendiri.

Seni yakni suatu proses kegiatan atau insiden yang sering disebut dengan kegiatan berkesenian. Bernyanyi, membuat patung, main drama, dan sebagainya yakni kegiatan berkesenian. Kegiatan berkesenian itu oleh para seniman dan penikmat seni sanggup dipandang sebagai :
  1. penyaluran kekuatan adi-kodrati.
  2. penyaluran bakti (kepada Tuhan, kepada pemimpin).
  3. melestarikan warisan nenek moyang.
  4. sarana atau komponen pendidikan (baik dalam aspek penerusan nilai-nilai budaya maupun pengembangan kreativitas).
  5. kegiatan bersenang dan berhibur.
  6. sarana pencaharian hidup.
Setiap karya seni mempunyai hakekat dengan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:
  1. sebagai kekuatan adi kodrati yang menjelma.
  2. sebagai wangsit yang mewujud.
  3. sebagai energi yang mewujud.
  4. sebagai sarana kesinambungan tradisi.
  5. sebagai wujud kreativitas.
  6. sebagai sarana bersenang.
Analogi Budaya 4 :

Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!

Dewasa ini perkembangan seni sudah sangat pesat sekali, mulai dari seni musik, seni rupa, dan tari serta pengembangan seni-seni modern yang merupakan hasil improvisasi dan kreativitas seniman. Coba diskusikan dengan teman-teman kalian dan berikan solusi yang tepat supaya keberadaan seni juga menunjang dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa serta menjaga kelestarian budaya bangsa sehingga tidak hanya berfungsi sebagai hiburan saja.

E. Agama/Religi/Kepercayaan

Menurut sudut pandang Antropologi, yang diwakili oleh Anthony F.C. Wallace, agama didefinisikan sebagai seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi mitos dan yang menggerakkan kekuatan-kekuatan supranatural
dengan maksud untuk mencapai atau untuk menghindarkan sesuatu perubahan keadaan pada insan atau alam. Definisi ini mengandung pengukuhan bahwa, kalau tidak sanggup mengatasi perkara serius yang menimbulkan kegelisahan, insan berusaha mengatasinya dengan memanipulasikan makhluk dan kekuatan supernatural. Untuk maksud tersebut digunakanlah upacara keagamaan.

Menurut Edi Sedyawati, agama yakni suatu sistem yang berintikan pada kepercayaan akan kebenaran-kebenaran yang mutlak, disertai segala perangkat yang terintegrasi di dalamnya, meliputi tata peribadatan, tata kiprah para pelaku dan tata benda yang diharapkan untuk mewujudkan agama bersangkutan. Inti kepercayaan suatu religi bekerjasama dengan konsep mengenai kosmos, baik mengenai struktur maupun aspek kejadiannya.

Konsep lainnya yakni pandangan mengenai hidup sehabis mati atau adanya alam lain di samping alam kehidupan insan di dunia ini. Berdasarkan konsep religi (agama) insan percaya kepada suatu kekuatan yang dianggapnya lebih tinggi dari dirinya. Menurut Koentjaraningrat, sikap insan yang bersifat religi itu terjadi lantaran :
  1. Manusia mulai sadar akan adanya konsep roh.
  2. Manusia mengakui adanya aneka macam tanda-tanda yang tak sanggup dijelaskan dengan akal.
  3. Keinginan insan untuk menghadapi aneka macam krisis yang senantiasa dialami insan dalam kehidupannya.
  4. Kejadian-kejadian luar biasa yang dialami insan di alam
  5. sekelilingnya.
  6. Adanya getaran (emosi) berupa rasa kesatuan yang timbul dalam jiwa insan sebagai warga dari masyarakatnya.
  7. Manusia mendapatkan suatu firman dari Tuhan.
Dari sudut pandang Antropologi, agama terdiri atas bermacam-macam ritual, doa, nyanyian, tari-tarian, saji-sajian dan kurban yang diusahakan insan untuk memanipulasi makhluk dan kekuatan supernatural untuk kepentingan dirinya sendiri. Pengenalan terhadap agama atau religi dalam Antropologi sanggup dilakukan dengan mengenali unsur-unsur religi yang diberikan oleh E. Durkheim, yaitu:
  1. Emosi keagamaan (getaran jiwa) yang menimbulkan bahwa insan didorong untuk berperilaku keagamaan.
  2. Sistem kepercayaan atau bayangan-bayangan insan wacana bentuk dunia, alam gaib, hidup, maut, dan sebagainya.
  3. Sistem ritus dan upacara keagamaan yang bertujuan mencari kekerabatan dengan dunia mistik berdasarkan sistem kepercayaan yang dianutnya.
  4. Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi berikut sistem upacara-upacara keagamaannya.
  5. Alat-alat fisik yang digunakan dalam ritus dan upacara keagamaan.
Bagaimanakah wujud dari agama atau religi dalam kehidupan manusia? Menurut Koentjaraningrat, ada delapan wujud dari agama atau religi dalam kehidupan manusia, yaitu:
  1. Fetishisme yakni bentuk religi yang didasarkan pada kepercayaan akan adanya jiwa dari benda-benda tertentu, dan terdiri dari aneka macam kegiatan keagamaan yang dilakukan untuk memuja benda-benda berjiwa itu.
  2. Animisme yakni bentuk religi yang didasarkan kepercayaan bahwa alam sekeliling tempat tinggal insan dihuni oleh aneka macam macam roh, dan terdiri dari aneka macam kegiatan keagamaan guna memuja ruh-ruh tadi.
  3. Animatisme yakni suatu sistem kepercayaan bahwa benda-benda serta tumbuh-tumbuhan mempunyai jiwa dan sanggup berpikir menyerupai manusia. Kepercayaan ini tidak melahirkan aneka macam upacara keagamaan.
  4. Prae-animisme yakni bentuk religi berdasarkan kepercayaan pada kekuatan sakti yang ada dalam segala hal yang luar biasa, dan terdiri dari kegiatan-kegiatan keagamaan yang berpedoman pada kepercayaan tersebut.
  5. Totemisme yakni bentuk religi dari masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok kekerabatan unilineal. Bentuk religi ini didasarkan pada kepercayaan bahwa kelompok unilineal ini masing-masing berasal dari para tuhan dan leluhur yang masih terikat tali kekerabatan, dan terdiri dari kegiatan keagamaan untuk memuja mereka serta untuk mempererat kesatuan dalam kelompok unilineal itu.
  6. Politeisme yakni bentuk religi yang didasarkan kepercayaan akan adanya suatu hierarki dewa-dewa, dan terdiri dari upacara-upacara untuk memuja para dewa.
  7. Monoteisme yakni bentuk religi yang didasarkan kepercayaan pada satu dewa, yaitu Tuhan, dan kegiatan-kegiatan upacaranya bertujuan untuk memuja Tuhan.
  8. Mistik yakni bentuk religi yang didasarkan kepercayaan kepada satu Tuhan yang dianggap menguasai seluruh alam semesta, dan terdiri dari upacara-upacara yang bertujuan mencapai kesatuan dengan Tuhan. 
Dalam banyak agama insan berupaya untuk sanggup mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Tetapi ada konsep bahwa insan menjadi satu dengan Tuhan, berdasarkan kebijaksanaan bahwa segala hal di dunia yakni pecahan dari Tuhan.

F. Hubungan Bahasa, Seni dan Agama/Religi/ Kepercayaan

Bahasa, seni dan religi yakni tiga hal yang tidak terpisahkan. Dalam bahasa ada kesenian dan religi. Sebaliknya dalam seni dan agama terdapat bahasa. Ketiganya merupakan unsur kebudayaan yang universal. Bahasa, seni dan religi merupakan 3 dari 7 unsur kebudayaan universal. Bahasa menempati urutan pertama, religi urutan keenam dan kesenian urutan ke ketujuh. Menurut Sibarani (2002), bahasa ditempatkan urutan pertama lantaran insan sebagai makhluk biologis harus berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok sosial. Untuk mengadakan interaksi dan komunikasi, insan memerlukan bahasa.

Bahasa merupakan kebudayaan yang pertama dimiliki setiap insan dan bahasa itu sanggup berkembang lantaran kebijaksanaan atau sistem pengetahuan manusia. Dalam proses kehidupannya, insan kemudian menyadari dirinya sebagai makhluk yang lemah dalam memenuhi aneka macam kebutuhan hidupnya, maka lahirlah keyakinan didalam diri insan bahwa ada kekuatan lain yang maha dahsyat di luar dirinya. Timbul dan berkembanglah religi. Untuk mengiringi kepercayaan atau sistem religi itu supaya lebih bersemangat dan lebih semarak maka diciptakanlah seni.

Berdasarkan uraian di atas, kekerabatan bahasa, seni dan agama/religi/kepercayaan yakni kesenian menyempurnakan dan menyemarakkan sistem religi dengan menggunakan media bahasa. Bahasa, seni dan religi merupakan unsur-unsur kebudayaan universal. Bahasa menempati urutan pertama. Bahasa yakni induk dari segala kebudayaan. Atas dasar itu, kekerabatan bahasa, seni dan religi sanggup juga diperoleh dengan memahami kekerabatan bahasa dengan kebudayaan. Menurut Sibarani (2002), fungsi bahasa dalam kebudayaan sanggup diperinci:
  1. Bahasa sebaga sarana pengembangan kebudayaan.
  2. Bahasa sebagai penerus kebudayaan.
  3. Bahasa sebagai inventaris ciri-ciri kebudayaan.
Bahasa sebagai sarana pengembangan kebudayaan mengandung makna bahwa bahasa berperan sebagai alat atau sarana kebudayaan, untuk berbagi kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan Indonesia dikembangkan melalui bahasa Indonesia. Khazanah kebudayaan Indonesia dijelaskan dan disebarkan melalui bahasa Indonesia, alasannya yakni penerimaan kebudayaan hanya bisa terwujud apabila kebudayaan itu dimengerti, dipahami dan dijunjung masyarakat itu sendiri. Sarana untuk memahami kebudayaan yakni bahasa. Atas dasar itu, kekerabatan bahasa dengan kesenian dan religi yakni bahasa sebagai sarana pengembangan kesenian dan religi. Kesenian dan religi yang ada di Indonesia dikembangkan melalu bahasa Indonesia. Kesenian dan religi yang tumbuh dan berkembang di Indonesia yakni kesenian dan religi yang sanggup dimengerti dan dipahami oleh masyarakat Indonesia. Sarana untuk memahami kesenian dan religi yakni bahasa Indonesia.

Bahasa sebagai jalur penerus kebudayaan mengandung makna bahwa bahasa berperan sebagai sarana pewarisan kebudayaan dari generasi ke generasi. Menurut Sibarani (2002), kebudayaan nenek moyang yang meliputi pola hidup, tingkah laku, adab istiadat, cara berpakaian, dan sebagainya sanggup kita warisi dan wariskan kepada anak cucu kita melalui bahasa. Atas dasar itu, kekerabatan bahasa dengan kesenian dan religi yakni bahasa berperan sebagai sarana pewarisan kebudayaan dari generasi ke generasi. Kesenian dan religi nenek moyang kita yang sudah ada beratus-ratus tahun kemudian masih bisa dipelajari oleh kita kini hanya lantaran pinjaman bahasa. Kesenian dan sistem religi yang tertulis dalam naskah-naskah lama, yang mungkin ditulis beratus-ratus tahun kemudian bisa kita nikmati kini hanya lantaran ditulis dalam bahasa.

Bahasa sebagai inventaris ciri-ciri kebudayaan mengandung makna bahwa bahasa berperan dalam penamaan atau pengistilahan suatu unsur kebudayaan gres sehingga sanggup disampaikan dan dimengerti. Menurut Sibarani (2002), setiap unsur kebudayaan, mulai dari unsur terkecil hingga unsur terbesar diberi nama atau istilah. Dalam proses pembelajaran dan pengajaran kebudayaan, nama atau istilah pada unsur kebudayaan sekaligus berfungsi sebagai inventarisasi kebudayaan tersebut, yang mempunyai kegunaan untuk pengembangan selanjutnya. Atas dasar itu, kekerabatan bahasa dengan kesenian dan sistem religi yakni bahasa berperan dalam penamaan atau pengistilahan unsur-unsur kesenian dan religi gres sehingga sanggup disampaikan dan dimengerti oleh yang menerimanya.

Setiap unsur kesenian dan religi, dari unit yang terkecil hingga yang terbesar diberi nama atau istilah. Dalam proses pembelajaran dan pengajaran kesenian dan religi. Nama atau istilah itu digunakan untuk menginventarisasi kesenian dan religi tersebut untuk pengembangan selanjutnya.

Bagaimanakah kekerabatan religi dengan kesenian? Menurut Haviland (1999), “kesenian harus dihubungkan dengan, tetapi juga harus dibedakan dari agama. Garis pemisah di antara keduanya tidak tegas.” Kesenian dan religi sangat berhubungan, kekerabatan yang erat itu melahirkan kesenian religi yang biasa digunakan untuk mengiringi upacara-upacara keagamaan. Dengan diringi aneka macam jenis sastra, nyanyian dan musik, upacara keagamaan berlangsung dengan semarak, khidmat dan turut membantu mewujudkan situasi dan keadaan yang membuat umatnya terasa semakin lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kesenian yakni sebagai sarana penyaluran bakti dan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Analogi Budaya 5 :

Coba Kembangkan Apresiasi Terhadap Keanekaragaman Agama Kalian!

Untuk meningkatkan apresiasi kalian terhadap keanekaragaman agama ikutilah pembahasan berikut ini! Bagaimanakah kekerabatan religi dengan kesenian? Kesenian juga memperlihatkan identitas agama tertentu. Musik rebana, khasidah, nasyid merujuk kepada agama Islam. Sorban, baju koko, dan sarung merujuk kepada agama Islam. Musola (langgar) dan masjid merujuk kepada bangunan-bangunan agama Islam. Lagu rohani bernuansa aneka macam jenis musik merujuk kepada agama Nasrani dan Kristen. Salib, gambar Tuhan Yesus dan Bunda Maria merujuk kepada agama Kristen dan Katolik. Gereja merujuk kepada bangunan agama Nasrani dan Kristen. Kuil dan Pura dengan aneka macam ornamennya merujuk pada agama Budha dan Hindu.

G. Fungsi Bahasa, Seni, dan Agama/Religi/Kepercayaan

1. Fungsi Bahasa

Setiap bahasa mempunyai empat fungsi, yaitu fungsi kebudayaan, fungsi kemasyarakatan, fungsi perseorangan dan fungsi pendidikan. Keempat fungsi bahasa itu saling bekerjasama satu sama lain, alasannya yakni perseorangan yakni anggota masyarakat yang hidup dengan pola-pola kebudayaan yang diwariskan melalui pendidikan. Dalam bahasan Antropologi, bahasa dipelajari dalam kaitannya dengan kebudayaan.

Fungsi bahasa dalam kebudayaan sanggup dipahami dari kekerabatan antara bahasa dengan kebudayaan. Menurut Sibarani (2002 : 36) ada banyak kekerabatan antara bahasa dengan budaya.

Beberapa dari kekerabatan antara bahasa dengan kebudayaan akan dibahas untuk menemukan fungsi bahasa dalam konteks kebudayaan.

Pertama, bahasa yakni hasil kebudayaan. Artinya, bahasa yang dipergunakan atau diucapkan oleh suatu kelompok masyarakat yakni refleksi atau cermin keseluruhan kebudayaan masyarakat tersebut. Contohnya yakni bahasa hanya mempunyai makna dalam latar budaya yang menjadi wadahnya. Sering terjadi, bentuk bahasa sama tetapi mempunyai makna yang berbeda lantaran perbedaan kebudayaan yang menjadi wadahnya. Berikut ini diberikan bentuk bahasa yang sama dalam bahasa Sunda dan Jawa tetapi dengan makna yang berbeda:

No.
Bahasa Sunda
Bahasa Jawa
1.
amis (manis)
amis (amis)
2.
gedang (pepaya)
gedang (pisang)
3.
raos (enak)
raos (rasa)
4.
atos (sudah)
atos (keras)
5.
cokot (ambil)
cokot (gigit)

Atas dasar itu, fungsi bahasa yakni memperlihatkan kebudayaan dan cara mereka memaknai setiap kata atas dasar latar belakang kebudayaan mayarakat penggunanya.

Kedua, kekerabatan bahasa dengan kebudayaan yakni bahasa yang digunakan seseorang memperlihatkan cara pandang seseorang terhadap dunia atau realitas serta memengaruhi tingkah lakunya. Penutur bahasa yang berbeda akan memandang dunia secara berbeda. Buktinya yakni penutur suatu bahasa mempunyai kata-kata tertentu untuk suatu benda sedangkan penutur bahasa yang lain tidak mempunyai kata-kata untuk benda itu, maka penutur bahasa yang pertama akan lebih gampang berbicara wacana benda-benda tersebut. Atas dasar itu, bahasa berfungsi memperlihatkan cara pandang seseorang terhadap dunia atau realitas serta menghipnotis tingkah lakunya.

Ketiga, kekerabatan bahasa dengan kebudayaan yakni bahwa bahasa merupakan persyaratan kebudayaan. Maknanya yakni :

a. Bahasa merupakan persyaratan kebudayaan secara diakronis lantaran kita mempelajari kebudayaan melalui bahasa. Kita dididik orang tua, diberi nasehat dan diberikan ucapan selamat dengan menggunakan bahasa.
b. Bahasa merupakan persyaratan kebudayaan lantaran materi atau materi pembentuk bahasa sama jenisnya dengan materi atau materi pembentuk keseluruhan bahasa, yakni kekerabatan logis, oposisi, kekerabatan dan sebagainya.

Dalam bahasa “plesetan” yang berkembang di Indonesia tergambar budaya masyarakat Indonesia. Misalnya “plesetan” SUMUT menjadi Semua Urusan Meski Uang Tunai. Gelar MBA menjadi Mulai Botak Atas. M.Sc dipelesetkan menjadi Mantan Supir Camat. Dan sebagainya. Atas dasar itu, bahasa berfungsi sebagai sarana untuk mempelajari kebudayaan.

Keempat, kekerabatan bahasa dengan kebudayaan yakni bahasa mempererat atau memperintim kekerabatan masyarakat penuturnya. Menurut Sibarani (2002), “andaikanlah ada dua pasang orang Indonesia yang tinggal di luar negeri. Pasangan pertama sama-sama mengerti bahasa Indonesia, tetapi satu orang dari pasangan kedua tidak sanggup berbahasa Indonesia, kekerabatan emosional mereka akan berbeda. Hubungan emosional pasangan pertama lebih erat daripada kekerabatan emosional pasangan kedua”. Atas dasar itu, bahasa berfungsi mempererat dan memperintim kekerabatan masyarakat penuturnya.

Berdasarkan uraian terdahulu mengenai bahasa, maka fungsi bahasa dalam kajian Antropologi meliputi :
a. Bahasa sebaga sarana pengembangan kebudayaan.
b. Bahasa sebagai penerus kebudayaan.
c. Bahasa sebagai inventaris ciri-ciri kebudayaan.
d. Bahasa memperlihatkan kebudayaan dan cara mereka memaknai setiap kata atas dasar latar belakang kebudayaan masyarakat penggunanya.
e. Bahasa memperlihatkan cara pandang seseorang terhadap dunia atau realitas serta menghipnotis tingkah lakunya.
f. Bahasa sebagai sarana untuk mempelajari kebudayaan.
g. Bahasa berfungsi mempererat dan memperintim kekerabatan masyarakat penuturnya.

2. Fungsi Seni

Setiap kebudayaan insan niscaya mempunyai kesenian. Fungsi kesenian dalam setiap kebudayaan berdasarkan William A. Haviland yakni untuk menambah kenikmatan pada hidup sehari-hari, memilih norma untuk sikap yang teratur, meneruskan adab kebiasaan dan nilai-nilai kebudayaan dan menambah eratnya ikatan solidaritas masyarakat yang bersangkutan.

Manusia sering menikmati seni, menyerupai menonton teater, film, membaca komik, mengamati lukisan serta bernyanyi hanya untuk memperoleh hiburan semata dan melepaskan segala kepenatan dan kejenuhan. Ini yakni fungsi kesenian sebagai penambah kenikmatan pada kehidupan sehari-hari. Selain itu, kesenian mempunyai fungsi yang bersifat mudah dan mempunyai kegunaan dalam kehidupan manusia. Seperti untuk memilih norma sikap yang teratur, sanggup kita temukan pada dongeng dan legenda, yaitu Maling Kundang dan Sangkuriang. Kesenian juga, menyerupai lagu, dongeng rakyat dan sebagainya berfungsi sebagai sarana untuk mewariskan kebudayaan. Ketika kita menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh penghayatan, kita serasa menjadi satu, hal ini memperlihatkan bahwa kesenian juga mempunyai fungsi mudah yaitu sebagai solidaritas sosial.

Bilakah kesenian berfungsi? Sebuah kesenian gres bisa disebut berfungsi bila ia bisa menimbulkan bunyi kelepak riak sekecil apapun. Tandanya yakni kesenian itu mengundang tanda tanya, ia menggugat ketenangan hidup yang mapan semu. Ia menimbulkan polemik dan mengajak orang untuk mengomentari. Kesenian menjadi penimbul hidup, menggugah tidurnya kesadaran orang untuk berpikir. Mengajak orang untuk berpikir dalam nuansa gres yang sebelumnya karam dalam rutinitas dan kemapanan hidup sehari-hari. Singkatnya, seni itu berfungsi apabila ia bisa memperdalam kesadaran insan terhadap kehidupan atas dasar kejujuran.

Tanda apa lagi yang memperlihatkan bahwa kesenian itu berfungsi?

Tanda lainnya yakni seni tampil sebagai insiden yang involutif dan transformatif. Seni involutif yakni seni yang hanya memperlihatkan kepedulian pada kepentingan sendiri dan hidup seni itu sendiri atau hanya menghibur diri sendiri. Seni transformatif yakni seni yang menampilkan kepedulian terhadap nasib-nasib orang lain terutama mereka yang terdesak oleh yang kuat dan bisa memperlihatkan jalan kesadaran atau perubahan mengenai struktur mana yang harus ditempuh biar terjadi perbaikan nasib, baik dalam keadilan, sikap menghormati hak-hak dasar insan ataupun lainnya.

Apakah fungsi kesenian?

Menurut Haviland (1999), “di samping menambah kenikmatan pada hidup sehari-hari, kesenian yang beraneka ragam mempunyai sejumlah fungsi. Mitos, contohnya memilih norma untuk sikap yang teratur, dan kesenian verbal pada umumnya meneruskan adab kebiasaan dan nilai-nilai kebudayaan. Nyanyian juga sanggup berfungsi menyerupai itu, dalam batas-batas yang ditimbulkan oleh bentuk musik. Dan setiap bentuk kesenian sanggup menambah eratnya ikatan solidaritas masyarakat yang bersangkutan.”

Apakah fungsi seni?

Menurut Sedyawati (2006), “kesenian mempunyai fungsi sosial, tidak jarang dalam suatu masyarakat tertentu terdapat pengalokasian wewenang khusus kepada suatu golongan masyarakat tertentu untuk menjalankan atau mempunyai suatu bentuk ungkapan seni tertentu. Pihak yang mempunyai, atau mendapat kewenangan khusus itu kebanyakan terkait dengan posisinya yang tinggi dalam sistem pemerintahan, atau kemampuan religiusnya yang istimewa.”.

Berdasarkan uraian terdahulu, sanggup diidentifikasi bahwa fungsi kesenian dalam kehidupan insan meliputi :
a. Kesenian berfungsi sebagai sarana berpikir kreatif dan mewujudkan kreatifitas dalam kehidupan manusia.
b. Kesenian berfungsi sebagai sarana insan untuk bersenang-senang.
c. Kesenian berfungsi sebagai sarana menambah kenikmatan hidup sehari-hari.
d. Kesenian berfungsi sebagai norma untuk mengarahkan sikap yang teratur.
e. Kesenian berfungsi sebagai sarana untuk menambah eratnya ikatan solidaritas masyarakat yang bersangkutan.
f. Kesenian berfungsi untuk memperlihatkan identitas dan kelas sosial pemilik dan penggunanya.
g. Kesenian berfungsi sebagai sarana untuk menyatakan bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan beragama manusia.

3. Fungsi Agama/Religi/Kepercayaan

Agama yakni suatu kepercayaan yang melahirkan pola sikap tertentu guna menangani dan mengatasi masalah-masalah penting yang tidak sanggup dipecahkan dengan menggunakan teknologi dan teknik organisasi yang diketahuinya. Agama menjawab aneka macam pertanyaan yang tidak sanggup dijawab oleh pikiran dan kebijaksanaan manusia. Untuk segala perkara yang tidak teratasi dan perkara yang tidak terjawab, insan berpaling dan berpasrah pada satu Oknum Yang Maha Kuasa dan Maha Tahu yang kita sebut dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Haviland (1999), Religi/kepercayaan mempunyai fungsi psikologis dan sosial. Fungsi psikologis religi/agama/kepercayaan meliputi :

a. Agama mengurangi kegelisahan dengan menerangkan apa yang tidak diketahui dan membuatnya sanggup dipahami. Agama memperlihatkan jawaban terhadap segala sesuatu yang tidak sanggup dapat dipahami oleh kebijaksanaan insan dan membuatnya menjadi logis. Menjadikan sesuatu yang irrasional menjadi rasional, yang tidak sanggup dipahami menjadi dipahami, proses ini mengurangi kegelisahan dan ketakutan manusia.
b. Memberi ketenangan lantaran percaya bahwa ada pinjaman supernatural yang sanggup diharapkan pada waktu menghadapi malapetaka. Dalam setiap agama/religi, selalu ada anggapan wacana kekuatan supernatural yang sanggup dimintai pinjaman oleh insan dalam setiap krisis atau kesulitan yang dihadapinya. Agama menjadi sarana untuk mengatasi krisis, lantaran secara teoritis, pinjaman Illahi sanggup diperoleh kalau semua perjuangan lainnya mengalami kegagalan.
c. Agama berisi ketentuan-ketentuan moralitas, yang dianggap sebagai ketentuan Illahi. Hal ini membebaskan insan dari beban tanggung jawab atas suatu keputusan penting yang harusnya diambil lantaran dialihkan ke religi/agama dan kekuasaan Ilahi.

Ada beberapa fungsi sosial dari agama/religi/kepercayaan dalam kehidupan manusia, yaitu terdiri dari :

a. Memberi hukuman kepada sejumlah besar tata kelakuan. Agama memegang peranan penting dalam pengendalian sosial. Dalam agama terdapat pengertian wacana perbuatan baik dan jahat. Bila orang berbuat baik, maka ia direstui oleh sesuatu kekuatan supernatural. Bila orang berbuat jahat, maka ia akan mendapat pembalasan hukuman dari kekuatan supernatural yang dipercayai itu. Hal ini mendorong orang untuk selalu berbuat baik dan menghindari sifat dan perbuatan jahat.
b. Memelihara solidaritas sosial. Setiap religi/agama mempunyai pemuka-pemuka agama yang menjadi sentra perhatian umat, yang sanggup berfungsi sebagai unsur pembantu dalam memelihara solidaritas sosial. Pelaksanaan upacara keagamaan menghadirkan adanya persamaan dasar pada setiap orang yang mengikuti upacara keagamaan itu, hal ini tentu saja ikut mempererat persatuan dan memperkuat identifikasi orang dengan kelompoknya.
c. Menyelenggarakan pendidikan. Upacara-upacara keagamaan sering didahului oleh kursus-kursus kilat kepada para pesertanya. Terjadi proses transformasi sikap dan perbuatan melalui pewarisan nilai-nilai agama dari tokoh agama kepada para penganut agama/religi yang bersangkutan. Upaca-upacara keagamaan memperlihatkan insiden yang sukar dilupakan dan berfungsi sebagai sarana pendidikan yang sangat efektif dalam membentuk sikap sikap yang bersangkutan.

Analogi Budaya 5 :

Coba kembangkan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!

Apakah kalian gemar menyanyi atau menari?
Coba berikan pendapat kalian mengenai fungsi seni dalam kehidupan sosial dan peragakan!

Sebuah masyarakat atau kelompok sosial tertentu selalu mengalami perubahan baik secara lambat maupun cepat. Masyarakat di kota maupun desa, masyarakat terasing maupun masyarakat modern niscaya mengalami perubahan. Hal ini jawaban adanya interaksi antarmanusia dan antar kelompoknya. Keinginan kuat setiap insan untuk selalu mengadakan kekerabatan yang saling menghipnotis ini tidak terlepas dari hakikat insan sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan pinjaman dan kolaborasi orang lain. Coba kalian perhatikan semenjak reformasi bergulir pada pertengahan tahun 1998, telah terjadi aneka macam perubahan yang sangat cepat di aneka macam bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan maupun pertahanan keamanan.

Perubahan-perubahan tersebut terwujud dalam pola-pola sikap sebagai sebuah nilai atau norma yang disepakati bersama. Seperangkat pola sikap yang ada di masyarakat itulah secara sederhana sanggup disebut kebudayaan sehingga kebudayaan sangat penting bagi setiap insan untuk melaksanakan penyesuaian dengan lingkungan sekitar. Tahukah kalian bahwa kebudayaan itu bukan merupakan warisan biologis yang pribadi diturunkan kepada insan tetapi harus melalui sebuah proses pewarisan atau sosialisasi lantaran kebudayaan yakni sesuatu hal yang harus dipelajari oleh manusia. Tentu saja kebudayaan akan selalu mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman biar penyesuaian yang dilakukan insan sanggup berjalan. Perubahan kebudayaan inilah yang disebut sebagai dinamika kebudayaan.


Sebelumnya kita telah mempelajari wacana pengertian, wujud, maupun unsur kebudayaan. Dalam pecahan ini kalian akan mempelajari wacana dinamika sebuah kebudayaan yang tentu saja selalu mengalami pergeseran sehingga disebut dinamika (selalu berubah). Suatu insiden atau fenomena kebudayaan sebagai proses yang sedang berjalan atau bergeser disebut dinamika kebudayaan. Untuk mempelajari wacana dinamika kebudayaan maka kalian akan diperkenalkan wacana konsep-konsep penting dalam dinamika kebudayaan, yaitu:

1. Sosialisasi

Seorang bayi yang gres dilahirkan merupakan makhluk tak berdaya lantaran dilengkapi dengan naluri yang relatif tidak lengkap. Oleh lantaran itu insan berbagi kebudayaan untuk mengisi kekosongan yang tidak diisi oleh naluri. Kemudian insan membuat seperangkat sikap dan nilai, kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi, dan konsep yang mendalam serta konsisten wacana dirinya. Keseluruhan kebiasaan yang dimiliki insan harus dipelajari oleh setiap anggota gres suatu masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi yaitu suatu proses di mana seorang menghayati (mendarah-dagingkan - internalize) norma-norma kelompok di mana insan hidup, sehingga timbullah 'diri' yang unik.

Menurut Peter Berger, sosialisasi yakni proses melalui mana seorang anak berguru menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Proses sosialisasi ini bekerjasama dengan proses mempelajari kebudayaan dalam sistem sosial tertentu. Menurut Koentjaraningrat, sosialisasi yakni proses individu dari masa bawah umur hingga masa tuanya berguru pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekelilingnya yang menduduki bermacam-macam status dan menjalankan aneka macam peranan sosial.

2. Asimilasi

Menurut Soekanto, asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok insan yang meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan tujuan dan kepentingan bersama. Artinya, apabila orang-orang melaksanakan asimilasi ke dalam suatu kelompok insan atau masyarakat maka tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok tersebut. Secara singkat proses asimilasi yakni peleburan dua kebudayaan menjadi satu kebudayaan. Tetapi hal ini tidak semudah yang dibayangkan lantaran banyak faktor yang menghipnotis suatu budaya itu sanggup melebur menjadi satu kebudayaan. Adapun faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi adalah:

a. Adanya sikap toleransi terhadap kebudayaan lain.
b. Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.
c. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
d. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
e. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
f. Perkawinan adonan (amalgamation).
g. Adanya musuh dari luar.

Sedangkan faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi adalah:

a. Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat.
b. Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
c. Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.
d. Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu
lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
e. Perbedaan ciri-ciri badaniah menyerupai warna kulit.
f. In-group feeling (perasaan yang kuat) terhadap budaya kelompoknya.
g. Apabila golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa.

3. Akulturasi

Menurut Koentjaraningrat, akulturasi sanggup diartikan sebagai suatu proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok insan dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menimbulkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Proses akulturasi yang berlangsung baik sanggup menghasilkan integrasi unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur unsur kebudayaan sendiri.

Yang paling gampang mendapatkan kebudayaan asing yakni generasi muda. Coba kalian amati begitu mudahnya kalian mendapatkan perkembangan model rambut penyanyi Barat atau model pakaian artis luar negeri. Biasanya unsur-unsur kebudayaan asing yang gampang diterima yakni unsur kebudayaan kebendaan, peralatan-peralatan yang sangat gampang digunakan dan dirasakan sangat bermanfaat menyerupai komputer, handphone, mobil, dan sebagainya.

Sedangkan unsur kebudayaan asing yang sulit diterima yakni unsur kebudayaan yang menyangkut ideologi, keyakinan atau nilai tertentu yang menyangkut prinsip hidup menyerupai komunisme, kapitalisme, liberalisme, dan lain-lain.

4. Difusi

Merupakan penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi melalui pertemuan-pertemuan antara individu-individu dalam suatu kelompok dengan individu dalam kelompok lainnya. Ada tiga cara dalam penyebaran kebudayaan, yaitu simbiotik, penetration pacifique, dan penetration violence. Penyebaran kebudayaan simbiotik masing-masing kebudayaan masih memegang kebudayaan sendiri jadi tidak ada perubahan kebudayaan. Penyebaran yang kedua, unsur budaya asing yang masuk tidak dilakukan dengan sengaja dan tanpa unsur paksaan. Berbeda dengan penyebaran budaya yang ketiga yaitu penetration pacifique yang memasukkan unsur kebudayaan dengan peperangan, penaklukan, atau penjajahan. Ini yang banyak terjadi di Indonesia. Pernahkah kalian melihat gedung-gedung yang merupakan peninggalan Belanda? Atau masih terpakainya istilah-istilah Belanda di perkebunan-perkebunan besar di Indonesia?

5. Inovasi, Discovery, dan Invention

Adalah istilah-istilah yang berkaitan dengan inovasi teknologi baru. Inovasi yakni suatu proses pembaharuan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi, modal, pengaturan, gres dari tenaga kerja, penggunaan teknologi, sistem produksi, maupun produk gres yang didapat melalui proses discovery dan invention. Discovery yakni suatu inovasi dari suatu kebudayaan yang gres baik yang berupa suatu alat gres maupun wangsit yang diciptakan individu atau kelompok individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan invention yakni ketika discovery sanggup diterima, diakui, dan diterapkan oleh masyarakat secara luas.

Menurut Koentjaraningrat, ada tiga faktor yang mendorong seseorang melaksanakan dan berbagi inovasi gres yaitu:

a. Kesadaran para anggota masyarakat akan kekurangan dalam unsur kebudayaannya.
b. Mutu dari keahlian kebudayaan.
c. Sistem perangsang bagi aktifitas mencipta atau menemukan dalam masyarakat.

Misalnya saja perkembangan inovasi handphone mulai dari gambar hitam putih menjadi berwarna, dari sebagai alat komunikasi menjadi alat untuk memfoto atau merekam. Perkembangan teknologi yang terbaru yakni sanggup mengakses chanel televisi. Ini merupakan perkembangan teknologi yang akan terus mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

Selain konsep-konsep dalam kebudayaan tersebut, terdapat istilah-istilah kebudayaan lainnya yang sanggup digunakan dalam memperlihatkan analisis dinamika kebudayaan.

Analogi Budaya 6 :

Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!

Teknologi komunikasi handphone akhir-akhir ini telah berkembang sangat canggih sehingga interaksi dan komunikasi kini berbeda dengan zaman dulu, yang lebih erat dengan cara bertatan muka langsung. Coba diskusikan dengan teman-teman kalian bagaimana solusi yang tepat supaya inovasi dan perkembangan teknologi menyerupai handphone tersebut tidak merusak bentuk interaksi sosial yang telah ada menyerupai bertatap muka langsung, akrab, dan kekeluargaan, sehingga kekerabatan baik dan kekeluargaan antaranggota masyarakat tetap terjaga.

Kebudayaan Khusus (Subcultures) dan Kebudayaan Tandingan (Counter Cultures)

Setiap masyarakat modern meliputi beberapa kelompok orang yang mempunyai sejumlah kebudayaan yang tidak dimiliki oleh kelompok lain. Kebudayaan yang khusus dalam kelompok kita meliputi pekerjaan, agama, suku bangsa, daerah, kelas sosial, usia, jenis kelamin, dan lain-lain. Misalnya saja anak muda kini mempunyai gaya pakaian, rambut dan bahasa sendiri yang kadangkala tidak dimengerti oleh orang lain. Inilah yang disebut kebudayan khusus. Sedangkan kebudayaan tandingan yakni kebudayaan khusus yang berlawanan dengan kebudayaan induk. Misalnya saja geng kenakalan. Ini bukanlah suatu kelompok tanpa norma atau nilai-nilai moral tetapi kelompok tersebut mempunyai norma dan nilai moral yang bersifat memaksa. Para remaja yang terbiasa dalam kebudayaan tandingan menentang norma-norma kebudayaan induk.

Kebudayaan Real dan Kebudayaan Ideal

Kebudayaan ideal meliputi tata kelakuan dan kebiasaan yang secara formal disetujui yang diharapkan diikuti oleh banyak orang (norma-norma budaya) sedangkan kebudayaan real meliputi hal-hal yang betul-betul mereka laksanakan. Misalnya saja larangan untuk tidak minum-minuman keras lantaran menimbulkan seseorang individu mabuk dan bersikap tidak rasional lagi. Tetapi kenyataannya banyak toko-toko yang menjual minuman ini bahkan adanya diskotik-diskotik cenderung menampilkan sisi negatif dari kehidupan malam termasuk minuman keras. Ini menggambarkan bahwa antara kebudayaan real dan kebudayaan ideal tidak bisa sejalan.

I. Faktor Pendorong Dinamika Kebudayaan

Untuk melihat suatu fenomena yang sanggup mendorong terjadinya dinamika kebudayaan sanggup dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal. Ini untuk memudahkan dalam memperlihatkan analisis suatu dinamika kebudayaan.

1. Faktor Internal

a. Faktor Perubahan Penduduk

Peningkatan dan penurunan jumlah penduduk secara radikal sanggup menjadi faktor penyebab timbulnya dinamika budaya. Menurut Malthus, peningkatan jumlah penduduk cenderung mengurangi persediaan pangan, membuat kelebihan penduduk, dan penderitaan kecuali kalau orang bisa mengendalikan pertumbuhan penduduk dengan cara menunda perkawinan. Hal ini yang terjadi di Indonesia di mana pesatnya pertumbuhan penduduk menimbulkan aneka macam problem sosial budaya menyerupai kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, dan lain-lain. Begitu juga sebaliknya, ketika terjadi penurunan jumlah penduduk juga sanggup menimbulkan kurangnya sumber daya insan yang tentu saja akan menghipnotis sistem dan struktur sosial masyarakat tersebut. Misalnya terjadinya urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota) secara besar-besaran menimbulkan kurangnya tenaga kerja di bidang pertanian yang menjadi komoditi utama tempat pedesaan. Tentu saja ini kuat pada sistem sosial yang ada.

Trend perubahan penduduk juga sanggup dilihat dari terjadinya migrasi penduduk yang banyak dilakukan oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Misalnya pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri merupakan suatu referensi perkara migrasi. Akibat dari migrasi ini, TKI mempunyai pola sikap dan norma-norma yang sudah mengalami percampuran dengan budaya negara tujuan. Ini terang menghipnotis sistem sosial budaya yang ada di masyarakat.

b. Adanya Penemuan Baru

Penemuan merupakan persepsi insan yang dianut secara bersama, mengenai suatu aspek kenyataan yang semula sudah ada. Penemuan menambahkan sesuatu yang gres pada kebudayaan lantaran meskipun hal itu lama ada tetapi gres menjadi pecahan dari kebudayaan pada ketika ditemukan. Artinya, inovasi gres menjadi suatu faktor dalam mempercepat dinamika budaya apabila inovasi tersebut didayagunakan. Adanya inovasi gres di aneka macam kehidupan sosial dan budaya masyarakat akan memberi dampak yang luas pada aneka macam kehidupan masyarakat. Pengaruh itu berdampak pada terciptanya sikap sosial dan adab istiadat yang gres di antara golongan masyarakat tersebut selain menggeser nilai dan norma sosial yang lama.

Misalnya yakni inovasi teknologi komputer memungkinkan orang mengerjakan segala kegiatan lebih cepat dibanding dengan menggunakan mesin ketik. Ini mendorong insan untuk selalu menemukan suatu peralatan teknologi yang lebih canggih lagi sehingga memudahkan pekerjaan manusia.

c. Invensi

Invensi seringkali disebut sebagai suatu kombinasi gres atau cara penggunaan gres dari pengetahuan yang sudah ada. Invensi sanggup dibagi menjadi dua yaitu invensi material (misalnya telepon, komputer, mesin fax, dan lain-lain) dan invensi sosial (misalnya peraturan/UU, bahasa, dan lain-lain). Pada kedua ragam invensi tersebut unsur-unsur lama digunakan, dikombinasikan dan dikembangkan untuk suatu kegunaan baru. Dengan demikian invensi merupakan proses yang berkesinambungan, invensi gres diawali oleh serangkaian invensi dan inovasi terdahulu. Dewasa ini semakin banyak invensi yang ditemukan melalui upaya tim penelitian menyerupai pemerintah, universitas maupun pihak swasta.

Misalnya inovasi handphone yang telah mengalami perkembangan pesat tidak hanya untuk berkomunikasi tetapi juga bisa digunakan sebagai kamera atau radio. Ini merupakan hasil dari penelitian yang telah ada dan dikembangkan menjadi lebih bermanfaat.

d. Sistem Ideologi

Sistem Ideologi merupakan keyakinan terhadap nilai-nilai dan sikap yang bersifat kompleks terdapat dalam masyarakat. Ideologi sanggup dijadikan alat untuk memelihara tetapi juga sanggup mempercepat terjadinya perubahan kalau nilai-nilai yang ada tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Sistem ideologi ini akan sangat sulit mengalami perubahan di masyarakat yang masih memegang nilai-nilai nenek moyang dan terikat akan adab istiadat yang ada akan berubah secara lambat dan terpaksa. Misalnya di suku Badui yang masih memegang nilai-nilai adab yang melarang semua bentuk teknologi masuk ke daerahnya lantaran adanya keyakinan bahwa teknologi hanya akan membawa malapetaka.

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan Fisik

Sangat terang bahwa lingkungan fisik bisa memperlihatkan perubahan baik lambat maupun cepat pada masyarakat. Seperti musibah (gempa bumi, gunung meletus, banjir, dan lain-lain) menimbulkan insan harus berpindah tempat untuk mencari tempat aman. Hal ini akan menghipnotis pola sikap yang telah terbangun selama ini. Misalnya tempat pertanian yang telah berubah fungsi menjadi pabrik atau perumahan menimbulkan perubahan pola sikap masyarakat sekitar.

b. Pengaruh Kebudayaan Lain

Interaksi yang dilakukan oleh insan di segala penjuru dunia telah menimbulkan bercampurnya atau berbaurnya kebudayaan pendatang dengan kebudayaan asli. Sudah semenjak lama, insan di dunia melaksanakan perjalanan jarak jauh mengelilingi dunia dengan tujuan melaksanakan penyebaran agama, mencari sumber daya alam, tempat jajahan, dan lainlain.

Menurut Soerjono Soekanto, apabila salah satu atau kedua kebudayaan yang bertemu mempunyai teknologi yang lebih tinggi, maka yang terjadi yakni proses imitasi berupa peniruan unsur-unsur budaya lain. Peniruan ini juga sanggup menimbulkan hilangnya kebudayaan orisinil dan digantikan kebudayaan asing atau terjadi percampuran dua kebudayaan. Misalnya kebudayaan Hindu yang tiba lebih dulu dibanding kebudayaan Islam menimbulkan percampuran dua kebudayaan itu menjadi satu melalui kiprah Wali Songo, menyerupai wayang.

Nah, kalian telah mempelajari adanya karakteristik dalam dinamika budaya dan faktor pendorong terjadinya dinamika budaya. Untuk itu kalian harus mempunyai suatu kepekaan terhadap aneka macam perubahan budaya yang terjadi di masyarakat dan lingkungan sekitar. Sehingga akan bisa menyikapi perubahan tersebut dengan lebih baik.

Analogi Budaya 7 :

Coba kembangkan keingintahuan dan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian.
  1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 3 - 5 anggota. Cobalah analisis faktor-faktor yang menghipnotis terjadinya dinamika kebudayaan dengan pinjaman tabel di bawah ini.
  2. Masing-masing faktor harus diberikan contohnya, sehingga analisis yang kalian buat menjadi jelas.
  3. Apabila menemui kesulitan, konsultasikan dengan guru kelas kalian.
Masyarakat Indonesia yakni masyarakat yang mempunyai multi keragaman dari aneka macam kelompok sosial baik agama, ras, suku bangsa maupun antargolongan. Pada pecahan sebelumnya telah kalian pahami wacana dampak keragaman budaya bagi terciptanya keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini memang tidak bisa dihindari. Berbagai konflik yang pernah terjadi di Indonesia memperlihatkan rentannya integrasi nasional yang selama ini dibangun. Coba kalian lihat, pertempuran antarsuku bangsa masih terlihat di beberapa pendalaman wilayah Indonesia.

Lepasnya Timor Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan salah satu bukti bahwa telah ada ancaman dari dalam negeri terhadap integrasi nasional yang perlu diwaspadai. Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang menuntut kemerdekaan bagi Serambi Mekah-nya Indonesia juga merupakan salah satu perjuangan untuk mengendorkan integrasi nasional yang selama ini telah di bangun. Di Maluku sendiri ada Republik Maluku Semesta (RMS), di Papua ada Operasi Papua Merdeka (OPM) di mana kelompok-kelompok tersebut dibuat untuk melaksanakan pemberontakan kepada NKRI.

Hal ini memang sejalan dengan pemikiran Peter L Berger maupun Clifford Geertz yang melihat kemajemukan sebagai problem besar dalam kehidupan negara-bangsa, lantaran masing-masing kelompok sulit berinteraksi, tidak mempunyai konsensus yang sama atas nilai-nilai dasar kenegaraan dan kebangsaan sehingga negara-bangsa plural ini akan dihadapkan pada problem disintegrasi.

J. Integrasi Nasional

Masalah integrasi dan sparatisme dalam negara kesatuan yang multietnik dan struktur masyarakatnya majemuk, menyerupai “Serigala berbulu domba” atau penuh ambivalensi (ambigu). Menurut Devid Lockwood, konsensus dan konflik merupakan dua sisi dari suatu kenyataan yang sama dan dua tanda-tanda yang menempel secara tolong-menolong di dalam masyarakat. Seperti halnya dengan konflik yang sanggup terjadi antarindividu, individu dengan kelompok dan antarkelompok. Demikian pula halnya dengan konsensus, konsensus sanggup pula terjadi antarindividu, individu dengan kelompok dan antarkelompok. Konsensus atau yang sering dikatakan sebagai kesepakatan besama sanggup tercapai apabila sebelumnya telah terbentuk toleransi. Toleransi berarti membiarkan orang lain atau kelompok lain bersikap dan berbuat sesuai dengan aturan atau keinginan pihak tersebut.

Menurut Max Weber bahwa sistem nilai merupakan dasar ratifikasi (legitimacy) dari struktur kekuasaan (authority) suatu masyarakat, maka konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai bangsa harus diwujudkan. Pada akhirnya akan merubah konsensus nasional terhadap suatu rezim tertentu yang sedang berkuasa. Dalam konteks Indonesia, maka proses integrasi nasional haruslah berjalan alamiah, sesuai dengan keanekaragaman budayanya dan harus lepas dari hegemoni dan dominasi kiprah politik etnik tertentu.

Integrasi merupakan terjemahan dari integration (bahasa Inggris) yang berarti keseluruhan atau kesempurnaan. Integrasi berarti juga proses pembaharuan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Integrasi diri merupakan wujud dari diri seseorang yang utuh, bulat, dan seimbang serta jujur dan sanggup dipercaya. Maurice Duverger memperlihatkan definisi sebagai berikut, integrasi yakni dibangunnya interdepedensi yang lebih rapat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau antara suatu proses pengembangan masyarakat di mana segenap kelompok ras dan etnik bisa berperan serta secara tolong-menolong dalam kehidupan budaya dan ekonomi.

Dalam kehidupan bersama insan integrasi selalu menjadi dambaan dan harapan. Oleh lantaran itu, integrasi diusahakan untuk tumbuh dan senantiasa dijaga kelangsungannya. Integrasi sosial yakni proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan sosial. Sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Meminjam istilah JS Furnivall bahwa integrasi sosial yang melibatkan beberapa etnik bekerjsama harus dilakukan melalui paksaan (coercion) suatu kelompok yang lebih banyak didominasi terhadap kelompok lain yang tidak dominan. Kooptasi aneka macam kekuatan politik lokal dilakukan untuk mematahkan aneka macam tuntutan yang tidak searah dengan yang dikehendaki oleh pemerintah pusat. Hal ini dilakukan oleh partai-partai politik maupun organisasi masyarakat lainnya. Integrasi yakni proses yang tidak bisa dilakukan dan ditempuh dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan proses pembudayaan dan konsensus sosial politik diantara suku bangsa (etnik) yang ada di dalam negara kesatuan Indonesia.

Menurut Lewis C. Coser dan George Simell, maka kerangka masyarakat yang akan kita dapatkan yakni integrasi yang selalu berada dalam bayang-bayang konflik antaretnik yang berkepanjangan. Kalau kita mengikuti pandangan penganut fungsional struktural dari Auguste Comte, melalui Durkheim hingga dengan Parsons, maka yang akan menjadi faktor mengintegrasikan masyarakat Indonesia tentulah sebuah nilai umum wacana kesepakatan bersama antarmasyarakat. Nilai-nilai umum tertentu yang disepakati secara bersama itu tidak hanya disepakati oleh sebagian besar orang (etnik), akan tetapi lebih daripada itu nilai-nilai umum tersebut harus dihayati melalui proses sosialisasi, akulturasi, asimilasi, dan enkulturasi.

Sementara itu, proses integrasi nasional harus melalui fase-fase sosial dan politik. Menurut Ogburn dan Nimkof bahwa integrasi merupakan sebuah proses kemudahan — kerjasama — koordinasi — asimilasi. Asimilasi ini merupakan proses dua arah (to way process) antaretnik yang berbeda Sehingga diperoleh sebuah konsensus dan kesepahaman atas dasar keanekaragaman budaya. Konsensus nasional mengenai bagaimana kehidupan bangsa Indonesia harus diwujudkan atau diselenggarakan, dan sebagian harus kita temukan di dalam proses pertumbuhan pancasila sebagai dasar falsafah atau ideologi negara.

K. Faktor Pendorong Integrasi Nasional

Menurut R. William Liddle, konsensus nasional yang mengintegrasikan masyarakat yang pluralistik pada hakekatnya yakni mempunyai dua tingkatan sebagai prasyarat bagi tumbuhnya suatu integrasi nasional yang tangguh. Pertama sebagian besar anggota suku bangsa bersepakat wacana batas-batas teritorial dari negara sebagai suatu kehidupan politik mereka sebagai warganya. Kedua, apabila sebagian besar anggota masyarakatnya bersepakat mengenai struktur pemerintahan dan aturan-aturan dari proses politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat di atas wilayah negara yang bersangkutan.

Nasikun menambahkan bahwa integrasi nasional yang kuat dan tangguh hanya akan berkembang di atas konsensus nasional mengenai batas-batas suatu masyarakat politik dan sistem politik yang berlaku di masyarakat tersebut. Kemudian, suatu konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai bangsa harus diwujudkan atau diselenggarakan, melalui suatu konsensus nasional mengenai “Sistem nilai” yang akan mendasari hubungan-hubungan sosial diantara anggota suatu masyarakat atau suatu negara. Adapun upaya yang telah dilakukan adalah:
  1. Melakukan pengorbanan sebagai langkah penyesuaian antara banyak perbedaan, perasaan, keinginan dan ukuran penilaian.
  2. Mengembangkan sikap toleransi di dalam kelompok sosial.
  3. Teciptanya kesadaran dan kesediaan untuk mencapai suatu konsensus.
  4. Mengidentifikasi akar persamaan di antara kultur-kultur etnis yang ada.
  5. Kemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan secara tolong-menolong dalam kehidupan budaya dan ekonomi.
  6. Mengakomodasi timbulnya etnis.
  7. Upaya yang kuat dalam melawan prasangka dan diskriminasi.
  8. Menghilangkan pengkotak-kotakan kebudayaan.
L. Faktor Penghambat Integrasi Nasional

Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh heterogenitas etnik dan bersifat unik. Secara horisontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adab istiadat, dan primordialisme. Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya lapisan atas dan lapisan bawah. Sejarah telah membuktikan bahwa semenjak kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, NKRI selalu dirongrong oleh gerakan separatisme. Misalnya gerakan separatis DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat, Permesta Kahar Muzakar di Sumatra, APRA, PKI, DI/TII Daud Barureh di Aceh, dan RMS di Maluku yang menyisakan banyak penderitaan dan korban. Pada ketika kini gerakan separatis masih terus berlangsung menyerupai GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan OPM (Organisasi Papua Merdeka). Dengan GAM, pemerintah Indonesia telah melaksanakan serangkaian perjanjian perdamaian salah satunya memperlihatkan otonomi khusus dan pembelakuan syariat Islam dalam bidang kehidupan terutama bidang hukum.

Menurut Cliffrod Gertz, apabila bangsa Indonesia tidak pandaipandai memanajemen keanekaragaman etnik, budaya, dan solidaritas etnik, maka Indonesia akan pecah menjadi negara-negara kecil. Bila ketidakpuasan ekonomi, kelas, atau intelektual menjurus pada revolusi yang mendorong pergantian tatanan ekonomi dan politik negara-bangsa. Bila ketidakpuasan yang didasarkan ikatan primordial menjurus pada disintegrasi bangsa. Perpecahan dalam masyarakat beragam korbannya bukan individu, kelompok, atau kelas tertentu, tapi negara-bangsa itu sendiri yang akan tercerai-berai.

Hal ini ditambah dengan pandangan yang menimbulkan tabiat etnosentrisme dan primordialisme sempit. Etnosentrisme yakni suatu pandangan yang menempel pada diri seseorang (masyarakat) yang menilai kebudayaan-kebudayaan lain, selalu diukur dengan nilai kebudayaannya. Primordialisme yakni pemikiran yang mengutamakan atau menempatkan pada tempat yang pertama kepentingan suatu kelompok atau komunitas masyarakat.

Pemupukan sifat menyerupai ini yang tanpa batas, pada akhirnya akan melahirkan gerakan-gerakan separatisme. Gerakan-gerakan separatisme sanggup kalian lihat dari perlawanan Fretillin di Timor Timur. Sejak mereka bergabung dengan NKRI tahun 1976, yang akhirnya berhasil membentuk negara sendiri (Timor Laste) tahun 1998. Sentimen primordial kesukuan ini dihidupkan menjadi basis utama artikulasi kepentingan secara politik, lantaran tersumbatnya komunikasi politik melalui saluran yang ada sehingga gerakan ini mengartikulasikan kepentingan poilitik dengan aneka macam cara. Selain itu, terjadinya Etnopolitic Conflict dalam dua dimensi, yaitu dimensi pertama yakni konflik di dalam tingkatan ideologis. Konflik ini terwujud dalam bentuk konflik antara sistem nilai yang dianut oleh etnik pendukungnya serta menjadi ideologi dari kesatuan sosial. Dimensi kedua yakni konflik yang terjadi dalam tingkatan politis, pada konflik ini terjadi dalam bentuk kontradiksi dalam pembagian status kekuasaan, dan sumber ekonomi yang terbatas dalam masyarakat.

Analogi Budaya 8 :

Coba kembangkan etos kerja, orientasi kecakapan pada diri sendiri dan wawasan kebhinekaan kalian!

Di dalam masyarakat kita berkembang suatu pandangan bahwa budaya masyarakat kota dinilai lebih tinggi daripada masyarakat desa, sehingga ini menimbulkan perasaan gembira pada masyarakat kota dan rasa minder atau rendah diri pada masyarakat desa. Coba diskusikan dengan teman-teman kalian dan berikan solusi yang tepat supaya fenomena sosial tersebut tidak menimbulkan terjadinya disintegrasi nasional.

M. Pewarisan Budaya

1. Pengertian Pewarisan Budaya

Bagaimanakah hidup yang kalian jalani ketika ini. Tinggal di rumah permanen, di dalamnya terdapat perabotan rumah tangga, dari peralatan dapur, kursi, lemari, hingga seperangkat peralatan elektronik, menyerupai radio, televisi, DVD, dan sebagainya. Kalian pergi ke sekolah dengan menggunakan kendaraan. Kalian sanggup pergi ke warung, toko atau supermarket untuk belanja, menggunakan telepon atau hand phone untuk memberikan pesan kepada orang tua. Alangkah cepat dan instannya kehidupan yang kita alami kini ini. Mengapa insan sanggup hingga pada tingkat kehidupan menyerupai yang kalian jalani menyerupai kini ini?

Tentu saja lantaran pewarisan budaya yang dilakukan insan secara terus menerus dan secara berkesinambungan dari generasi ke generasi. Setiap generasi berbagi dan menyempurnakan budaya yang diwarisinya sehingga sampailah insan pada kebudayaan menyerupai yang kalian alami ketika ini.

Apakah pengertian pewarisan budaya? Pewarisan budaya yakni suatu proses, perbuatan atau cara mewarisi budaya masyarakatnya. Proses pewarisan budaya disebut juga dengan socialization. Proses pewarisan budaya dilakukan oleh masyarakat terhadap warga masyarakat dalam sepanjang hayat anggota masyarakat. Berlangsung dari semenjak lahir hingga selesai hidup. Tujuan pewarisan budaya yakni membentuk sikap dan sikap warga masyarakat sesuai dengan budaya masyarakatnya. Budaya diwariskan dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Untuk selanjutnya diteruskan ke generasi yang akan datang. Dalam proses pewarisan dari suatu generasi ke generasi berikutnya terjadi proses penyesuaian dan penyempurnaan budaya yang diwariskan sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan masyarakat. Selalu ada dinamika budaya, meskipun diwariskan, budaya selalu bergerak maju, sehingga budaya yang diwariskan mustahil lagi sama persis dengan budaya aslinya.

Pewarisan budaya dilakukan melalui sosialisasi. Sosialisasi ialah proses penanaman nilai, peraturan, norma, adab istiadat masyarakat dengan tujuan setiap anggota masyarakat mengenal, menghayati dan melaksanakan kebudayaan yang ada dan berlaku di masyarakatnya. Melalui sosialisasi diharapkan setiap anggota masyarakat bisa memainkan kiprah sosialnya dalam aneka macam lingkungan secara baik dan bertanggung jawab sesuai dengan harapan-harapan masyarakatnya.

Sosialisasi berlangsung dari masa bawah umur hingga tua. Pada masa anakanak hingga pemuda, tujuan sosialisasi yakni membentuk kepribadian yang baik. Bagi orang dewasa, tujuan sosialisasi yakni penyesuaian dengan jabatan atau posisi-posisi gres yang diperolehnya. Pada prinsipnya sosialisasi sama dengan enkulturasi. Bedanya adalah; pada sosialisasi individu bersikap pasif dan dibebani kiprah dan kewajiban dalam mempelajari budaya masyarakatnya sedangkan pada enkulturasi, individu bersikap lebih aktif dan bertindak sebagai subjek dalam mempelajari budaya masyarakatnya.

Sosialisasi selalu diwarnai reward and punishment. Kepada setiap anggota masyarakat yang dinilai mendukung dan berjasa dalam pelestarian kebudayaan masyarakatnya akan diberikan kebanggaan dan penghargaan (reward) oleh masyarakatnya. Sebaliknya, kepada setiap anggota masyarakat yang dinilai melanggar budaya masyarakatnya maka akan diberikan hukuman atau eksekusi (punishment) yang sepadan oleh masyarakatnya.

Tujuan pemberian hukuman/sanksi (punishment) yakni untuk mendisiplinkan, menyadarkan dan mengembalikan para pelanggar ke jalan yang benar, sehingga mereka sanggup hidup lurus dan bertanggung jawab sesuai dengan kelakuan kolektif masyarakatnya. Pemberian hukuman pada umumnya dikenal sebagai pecahan dari social controle. Cara biar anggota masyarakat terhindar dari sanksi, yakni dengan bersikap konformitas yang tinggi terhadap budaya masyarakatnya, yang ditunjukkan dengan cara bersikap dan bertingkah laris yang sama dengan kolektif masyarakat.

2. Kapan dan di mana Terjadi Pewarisan Budaya

Kapan terjadi pewarisan budaya (sosialisasi)? Pada prinsipnya pewarisan budaya (sosialisasi) terjadi dalam sepanjang hidup manusia, dari semenjak lahir hingga matinya manusia, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dimanakah terjadi pewarisan budaya? Pewarisan budaya terjadi dalam aneka macam lembaga-lembaga kebudayaan manusia, terutama lima forum kebudayaan manusia, yaitu forum keluarga, forum pendidikan, forum ekonomi, forum agama dan forum pemerintahan.

Menurut Kamanto Sunanto (1999), salah satu fungsi forum keluarga yakni mensosialisasikan anggota gres masyarakat sehingga sanggup memerankan apa yang diharapkan darinya. Perhatikanlah diri kalian ketika kecil, diajarkan oleh orang renta untuk selalu mengenakan pakaian, dilatih untuk berjalan, dibiasakan untuk makan,berjabat tangan dengan menggunakan tangan kanan, dilatih untuk menggunakan peralatan rumah tangga, diajari untuk berbicara dan bersikap sopan, diperkenalkan dengan aneka macam jenis norma yang ada di masyarakat, dengan cita-cita kalian sanggup menyesuaikan diri dengan masyarakat. Itu semua yakni proses pewarisan budaya.

Kapan pewarisan budaya dalam keluarga itu terjadi? Pewarisan budaya dalam keluarga terjadi secara alamiah dan dengan sendirinya. Ketika keluarga bersenda gurau bersama di ruang keluarga, sesungguhnya tanpa disadari sedang terjadi pewarisan budaya. Ketika keluarga sedang makan bersama sambil berbincang-bincang, sesungguhnya sedang terjadi pewarisan budaya. Ketika keluarga sedang berkreasi ke suatu tempat, sesungguhnya sedang terjadi pewarisan keluarga. Ketika orang renta memberi nasehat, memberi hukuman, serta memberi kebanggaan dan hadiah, sesungguhnya sedang terjadi pewarisan budaya. Pewarisan budaya dalam keluarga terjadi setiap hari, pada setiap insiden keluarga, dan pada setiap kontak sosial dalam kehidupan keluarga. Lihat dan telitilah kalian.

Mungkin kalian mewarisi beberapa gaya, cara dan talenta orang renta kalian. Fungsi forum pendidikan berdasarkan Horton dan Hunt (1984) di antaranya yakni mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah, melestarikan kebudayaan dan menanamkan keterampilan gres yang perlu bagi partisipasi dalam masyarakat demokrasi. Apa yang kalian alami di sekolah? Setiap hari kalian mendapatkan pelajaran dari bapak dan ibu guru. Melalui pelajaran Antropologi, diperkenalkan insan dan budayanya dari zaman dahulu hingga sekarang. Melalui pelajaran sosiologi, diperkenalkan insan dalam kehidupan sosialnya. Melalui pelajaran, diajarkan untuk memahami makna kata-kata dan menggunakan dengan baik. Melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, dididik biar kalian menjadi warga negara yang baik, dan sebagainya. Tujuan dari semuanya yakni kalian sanggup hidup sesuai dengan kebudayaan dan berbagi kebudayaan untuk kehidupan yang lebih baik. Itu semua yakni proses pewarisan budaya.

Kapan pewarisan budaya di sekolah terjadi? Pewarisan budaya dalam keluarga terjadi setiap hari, semenjak seorang insan bersekolah. Proses pewarisan budaya di sekolah pada umumnya terjadi secara sadar dan dengan terencana. Ketika kalian mengikuti pelajaran di kelas, sesungguhnya sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian mengikuti upacara bendara, sesungguhnya sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian sedang menghadap guru BP, sesungguhnya sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian sedang bermain dan bersenda gurau dengan teman-teman ketika istirahat, sesungguhnya sedang terjadi pewarisan budaya dari siswa senio ke siswa junior, dari siswa dengan kemampuan berguru cepat kepada siswa dengan kemampuan berguru lambat.

Contoh sederhana dari forum agama yakni Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Perwalian Umat Budha Indonesia (WALUBI) dan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Fungsi forum agama berdasarkan Koentjaraningrat (1997) di antaranya yakni menyediakan model alam semesta yang teratur untuk mendorong terwujudnya keteraturan sikap manusia, sarana pengendali sosial yang memberi hukuman kepada sejumlah besar tata kelakukan yang bertentangan dengan fatwa agama dan memelihara solidaritas sosial.

Kapan terjadi pewarisan budaya dalam forum keagamaan?

Pewarisan budaya dalam forum keagamaan terjadi setiap kali kalian melihat dan melaksanakan upacara keagamaan. Ketika kalian berbicara dengan tokoh agama mengenai segala sesuatu yang bekerjasama dengan agama, sesungguhnya sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian mendengarkan khotbah dari tokoh-tokoh agama, sesungguhnya sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian sedang mengikuti dan melaksanakan upacara agama, sesungguhnya sedang terjadi proses pewarisan budaya, ketika kalian membaca kitab suci agama, sesungguhnya sedang terjadi proses budaya, dan sebagainya. Tujuan akhirnya yakni terwujudnya insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada umumnya forum agama melaksanakan pewarisan budaya secara sadar dan terencana. Untuk itu forum agama sering melaksanakan aneka macam pertemuan anggota-anggotanya, mengadakan seminar, diskusi, dan aneka macam jenis pertemuan-pertemuan agama.

Menurut Horton dan Hunt (1999), fungsi forum ekonomi yakni memproduksi dan mendistribusikan kebutuhan pokok manusia. Contoh dari forum ekonomi dalam kehidupan insan di antaranya yakni supermarket, koperasi, bank, dan sebagainya. Pasti kalian pernah bahkan sering belanja ke super market, kalian melihat dan memilih pilihan barang yang akan dibeli, kemudian kalian pergi ke kasir, membayarnya dan barang itu menjadi milik kalian seutuhnya.

Keseluruhan proses belanja itu yakni proses pewarisan budaya. Setiap insan melaksanakan transaksi ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhannya, pada ketika itu juga terjadi proses pewarisan budaya. Menurut Budiardjo (2000). Apapun paham atau ideologinya, setiap negara di dunia mempunyai beberapa fungsi manifes yang mutlak dilaksananakan untuk mewujudkan tujuan negaranya. Fungsi negara secara umum yakni :

a. Melaksanakan penertiban (law and order)

Penertiban mutlak dilakukan untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah terjadinya bentrokan dalam masyarakat. Singkatnya negara berfungsi sebagai stabilisator.

b. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

Fungsi ini semakin penting berakal balig cukup akal ini, terutama bagi negara yang menganut paham negara kesejahteraan (welfare staat). Untuk mewujudkan fungsi ini, hampir seluruh negara di dunia melaksanakan pembangunan nasional.

c. Pertahanan

Fungsi ini diharapkan untuk menjaga kemungkinan terjadinya serangan dari luar. Untuk itu negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.

d. Menegakkan keadilan

Fungsi ini dilaksanakan oleh tubuh penegak hukum, khususnya badan-badan peradilan.

Harapan utama pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsi negara yakni rakyatnya mengetahui dan mematuhi peraturan perundang-undangan serta berpatisipasi dalam kehidupan pemerintahan. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mewujudkan kepatuhan warga negara terhadap hukum. Sosialisasi aturan dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah, bekerja sama dengan aneka macam forum kebudayaan. Berbagai sarana mengekspresikan diri diadakan untuk melibatkan rakyat dalam kehidupan pemerintahan.

Kapankah pemerintah melaksanakan pewarisan budaya terhadap rakyatnya? Pada prinsipnya pemerintah melaksanakan pewarisan budaya kepada rakyatnya setiap ketika dan kesempatan, baik secara pribadi maupun tidak langsung. Ketika kalian mendengarkan pidato dan percakapan pejabat-pejabat negara, sesungguhnya ketika itu sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kita sedang ditegur polisi lantaran melanggar peraturan kemudian lintas, sesungguhnya sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian sedang membaca peraturan perundangundangan, sesungguhnya ketika itu sedang terjadi proses pewarisan budaya.

Ketika kalian harus membayar pajak, sesungguhnya ketika itu sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian melihat dan melaksanakan apa saja yang bekerjasama dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara, sesungguhnya itu semuanya yakni proses pewarisan budaya.

3. Internalisasi

Kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang kepada kita tidak dengan serta merta menjadi milik kita seutuhnya. Pada setiap proses pewarisan budaya, orang yang menjadi sasaran pewarisan akan memilih sikap, mendapatkan atau menolak warisan budaya itu. Bila keputusannya yakni menolak maka budaya yang diwariskan itu tidak akan pernah menjadi milik pribadi yang bersangkutan. Bila keputusannya yakni mendapatkan maka budaya yang diwariskan itu akan menjadi miliknya. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan untuk memastikan budaya yang diwariskan itu menjadi miliknya yakni dengan melaksanakan internalisasi.

Internalisasi yakni proses mencerna dan meresapkan nilai-nilai budaya ke dalam hati sanubari anggota masyarakat sehingga alam pikiran, sikap dan perilakunya sesuai dengan kebudayaan masyarakatnya. Keberhasilan sosialisasi sangat tergantung pada kesadaran, keinginan dan tekad yang kuat pada diri setiap individu untuk mendapatkan dan mengikuti budaya masyarakatnya, dan pada akhirnya menjadikan budaya masyarakat itu sebagai pecahan yang tidak terpisahkan dari kepribadiannya.

Seseorang yang sedang melaksanakan proses internalisasi sangat mungkin mengalami perang batin. Penyebabnya yakni nilai budaya yang ada dinilai sudah lama atau irrasional, tetapi sebagai anggota masyarakat, individu yang bersangkutan diharuskan bersikap konformitas guna mengikuti kelakuan kolektif.

Proses internalisasi berlangsung dengan pelan-pelan, penuh kesabaran, hati-hati dan memerlukan momen-momen yang tepat. Jika prosesnya tergesa-gesa, sembrono dan tidak pada moment yang tepat maka internalisasi akan mengalami kegagalan. Proses internalisasi sanggup berlangsung dengan keras, berat dan disiplin hanya pada lembaga-lembaga tertentu, menyerupai forum pendidikan militer, kepolisian dan kedinasan lainnya. Ini juga dilakukan untuk mencapai tujuan maksimal dari sosialisasi.

4. Adaptasi

Setiap insan yang telah melaksanakan internalisasi terhadap budaya yang diwarisinya diharapkan sanggup menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut Haviland (1999) penyesuaian mengacu pada proses interaksi antara perubahan yang ditimbulkan oleh organisme pada lingkungannya dan perubahan yang ditimbulkan oleh lingkungan pada organisme. Adaptasi yakni penyesuaian dua arah, yaitu antara organisme dengan lingkungannya. Adaptasi sangat diharapkan biar semua bentuk kehidupan sanggup bertahan hidup termasuk manusia.

Bagaimana cara insan beradaptasi? Menurut Haviland (1999), “manusia menyesuaikan diri melalui medium kebudayaan pada waktu mereka berbagi cara-cara untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan sumber daya yang mereka temukan dan juga dalam batas-batas lingkungan tempat mereka hidup. Di daerah-daerah tertentu, orang yang hidup dalam lingkungan yang serupa cenderung saling memalsukan kebiasaan, yang sepertinya berjalan baik di lingkungan itu”. Keberhasilan menyesuaikan diri akan menjadikan insan sebagai pribadi yang selaras dengan lingkungan budaya dan sosialnya.

Manusia bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya bersama budaya yang dimilikinya. Manusia membuat pakaian dan tempat berlindung menyerupai gua dan rumah biar sanggup bertahan hidup dalam situasi dan kondisi iklim dan cuaca buruk. Manusia membuat senjata menyerupai tombak, panah, jaring perangkat biar sanggup bertahan hidup dari terkaman buaya. Sesuai dengan nalurinya sebagai makhluk berbudaya, insan bisa mengorganisasikan dirinya sedemikian rupa sehingga taraf hidupnya lebih unggul dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain.

Menurut Haviland (1999), berburu dan meramu yakni tipe penyesuaian insan yang tertua dan mendasar. Koentjaraningrat (1999) menjelaskan; “berburu dan meramu merupakan mata pencaharian insan yang sangat berhubungan. Suku-suku bangsa pemburu biasanya juga meramu, yaitu mengumpulkan aneka macam jenis tumbuh-tumbuhan dan akar-akar atau umbi yang sanggup dimakan, dan bahkan mencari ikan.

Dalam Antropologi ketiga jenis mata pencaharian ini disebut dengan ekonomi pengumpulan materi pangan. Setelah bertahan selama hampir 2 juta tahun, berburu dan meramu mulai ditinggalkan dan hilang dari muka bumi semenjak masa ke-19, bersamaan dengan dikenal dan beralihnya insan ke pertanian.

Tipe penyesuaian insan selanjutnya yakni bertani. Menurut jago sejarah kebudayaan, Verre Gordon Childe yang dikutip oleh Koentjaraningrat dalam buku Pengantar Antropologi (1999 : 53), inovasi kepandaian bercocok tanam merupakan suatu insiden sangat penting dalam proses perkembangan kebudayaan umat manusia, yang disebutnya suatu revolusi kebudayaan. Dari bercocok tanam ladang yang berpindah-pindah ke bercocok tanam yang menetap. Ada beberapa cara bercocok tanam menetap, berawal dari bercocok tanan tanpa menggunakan tanpa bajak (hand agriculture) hingga bercocok tanam dengan menggunakan bajak (plough agriculture).

Kemajuan teknik pertanian menimbulkan melimpahruahnya hasil pertanian. Kemakmuran akan diikuti dengan pertambahan jumlah penduduk, atau bisa juga sebaliknya. Hal ini akan mendorong berubahnya pemukiman petani menjadi kota. Kehadiran kota tentu membawa cara hidup yang sama sekali baru. Perubahan lingkungan alam dan sosial harus diikuti oleh penyesuaian insan terhadap lingkungan itu biar sanggup bertahan hidup. Muncul spesialisasi dalam aneka macam bidang kehidupan yang melahirkan profesi. Muncul tukang kayu, pintar besi, pemahat, pembuat keranjang, pemecah batu, dokter, guru, pengacara, pengusaha, bankir, montir, juru masak, tentara, dan sebagainya.

N. Proses Pewarisan Budaya pada Masyarakat Tradisional

Ada beberapa saluran untuk pewarisan nilai-nilai budaya pada setiap masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern. Saluran pertama yakni melalui pengasuhan anak serta segala upaya enkulturasi yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Saluran kedua yakni sistem pendidikan yang bersifat formal, artinya di dalam sistem tersebut dikenali adanya peranan yang terang diperbedakan antara guru dan murid. Saluran yang ketiga yakni kegiatan-kegiatan dalam masyarakat yang kurang lebih sanggup diikuti oleh umum, menyerupai pembacaan sastra, pergelaran seni pertunjukan, penyimakan terhadap penggambaran relief pada bangunan candi, upacara-upacara tertentu yang dihadiri oleh umum dan sebagainya.

Proses pewarisan budaya pada masyarakat tradisional pada umumnya bertujuan untuk menegakkan tradisi-tradisi kemasyarakatan yang kuat, yang menetapkan struktur dan peranan-peranan masyarakat. Proses pewarisan budaya pada masyarakat tradisional berlangsung semenjak masa bawah umur hingga selesai hidup setiap anggota masyarakat, baik dalam bentuk enkulturasi, sosialisasi, dan internalisasi. Proses pewarisan budaya pada masyarakat tradisional sangat terang tampak pada upacara-upacara ritual kemasyarakatan. Agen perubahan kebudayan yang sangat penting pada masyarakat tradisional yakni keluarga, tokoh masyarakat, dan agama serta lembaga-lembaga masyarakat.

Keluarga merupakan sarana pewarisan budaya yang sangat penting dalam masyarakat tradisional. Keluarga terbukti sangat ampuh dalam mewariskan nilai-nilai budaya yang mengedepankan kepatuhan dan kehormatan kepada orang tua, kejujuran, keadilan, nilai-nilai spiritual, perihal hak dan kewajiban dan keterampilan-keterampilan yang dimiliki keluarga. Pada masyarakat tradisional, akan akan tumbuh menjadi prototipe keluarganya terutama bapak dan ibunya. Bila bapaknya pintar bertani maka anaknya juga akan pintar dalam bertani, bila ibunya suka membuat kerajinan tangan, maka anaknya juga akan rajin membuat kerajinan tangan.

Lembaga-lembaga masyarakat tradisional juga merupakan sarana pewarisan budaya yang sangat penting. Contohnya yakni Desa, Marga, dan Lembaga Keagamaan dan Paguyuban lainnya yang ada pada masyarakat. Peran penting lembaga-lembaga masyarakat dalam proses pewarisan budaya, sangat nyata melalui penyelenggaraan adat-istiadat masyarakat, menyerupai nyadran, kenduren, resik desa, upacara perkawinan, pesta panen, dan sebagainya.

Cerita-cerita rakyat juga merupakan sarana yang penting dalam proses pewarisan budaya dalam masyarakat. Setiap dongeng rakyat mempunyai nilai pesan budaya yang adi luhung, yang bertujuan mewujudkan pribadi yang baik. Cerita-cerita rakyat ini diceritakan berulang-ulang dari generasi ke generasi berikutnya, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial yang lebih luas, baik pada waktu bersantai maupun ketika serius. Cerita-cerita rakyat pada umumnya dikenal dengan mitos, legenda dan dongeng.

1. Mitos

Mitos yakni dongeng wacana peristiwa-peristiwa semihistoris yang menerangkan masalah-masalah selesai kehidupan manusia. Setiap masyarakat niscaya mempunyai mitos, mitos intinya bersifat religius, lantaran memberi rasio pada kepercayaan dan praktek keagamaan. Mitos selalu bertemakan perkara pokok kehidupan manusia, seperti; dari mana asal insan dan segala sesuatu yang ada di dunia ini; mengapa insan ada di bumi, dan kemana tujuan manusia? Mitos memperlihatkan citra dan klarifikasi wacana alam semesta yang teratur, yang merupakan latar belakang sikap yang teratur.

Berikut ini disajikan referensi mitos wacana asal mula segala sesuatu berdasarkan alam pikiran suku Fon di Dahomey, Afrika Barat. “Pada asal mulanya bintang-bintang kelihatan pada malam maupun siang hari. Bintang malam hari yakni bawah umur bulan, dan bintang siang hari bawah umur matahari. Pada suatu hari bulan memberi tahu matahari bahwa bawah umur mereka ingin bersinar melebihi mereka. Untuk menghindarkan hal itu mereka sepakat mengikat bintang itu dalam karung dan melemparkannya ke samudra. Matahari mengerjakan yang pertama, dan membersihkan langit dari bintang-bintang siang hari. Akan tetapi, bulan yang busuk itu tidak memenuhi kewajibannya dan membiarkan semua anak-anaknya di langit malam. Anak-anak matahari menjadi ikan-ikan yang berwarna cerah di samudra, dan semenjak itu matahari menjadi turun-temurun bulan, yang dikejar-kejarnya untuk membalas dendam lantaran kematian bintang-bintang di lautan”.

2. Legenda

Legenda yakni dongeng semihistoris yang turun temurun dari zaman dahulu, yang menceritakan perbuatan-perbuatan pahlawan, perpindahan penduduk dan pembentukan adab kebiasaan lokal. Legenda merupakan adonan antara realisme dan supernatural, perpaduan antara rasional dan irrasional. Fungsi legenda yakni untuk menghibur dan memberi pelajaran serta membangkitkan atau menambahkan kebanggaan orang terhadap keluarga, suku atau bangsanya.

Berikut ini disajikan referensi legenda pendek yang memberi pelajaran, milik orang Abenakis Barat, yang berada di pecahan barat maritim New England, Quebec Selatan. “ini dongeng wacana seorang anak pria yang kesunyian yang biasanya berjalan-jalan ke tepi sungai di Odanak atau turun bukit menuju kedua rawa di tempat itu. Ia biasanya mendengar orang memanggil namanya, tetapi kalau ia hingga di kolam rawa-rawa itu, tidak ada orang yang kelihatan atau terdengar. Akan tetapi kalau ia berjalan pulang, ia mendengar namanya dipanggil-panggil lagi. Ketika ia sedang duduk menunggu di tepi rawa datanglah seorang pria yang bertanya kepadanya, mengapa ia menunggu? Ketika anak itu menceritakan kepadanya, orang renta itu berkata bahwa hal yang sama terjadi pada zaman dahulu, apa yang didengarnya itu yakni makhluk rawa dan memperlihatkan rerumputan tinggi sebagai tempatnya bersembunyi; sehabis memanggil ia akan menenggelamkan diri di belakang mereka, orang renta itu berkata makhluk itu hanya ingin menenggelamkan kamu. Kalau kau pergi ke sana, kau akan terbenam di dalam lumpur. Lebih baik pulang saja”.

3. Dongeng

Dongeng yakni dongeng kreatif yang diakui sebagai imajinasi yang bertujuan untuk menghibur. Dongeng bukanlah sejarah, meskipun demikian ia berisi wejangan atau memberi pelajaran mudah kepada masyarakat.

Berikut ini disajikan referensi dongeng dari Ghana, berjudul Bapak, Anak dan Keledai.

“Seorang ayah dan anaknya pria menanam jagung; menjualnya, dan menggunakan sebagai manfaatnya untuk membeli keledai. Ketika isu terkini kemarau tiba, mereka memanen talas dan berkemas-kemas mengangkutnya ke lumbung dengan menggunakan keledai mereka. Si ayah naik di atas keledai dan bertiga mereka memulai perjalanan mereka. Sampai mereka berjumpa dengan beberapa orang. Heh, kau orang malas! Kata orang-orang itu kepada si ayah. Kau biarkan anakmu yang masih muda itu berjalan bertelanjang kaki di tanah yang panas itu. Sedang kau duduk di atas keledai? Tidak malu engkau! Si ayah memperlihatkan tempatnya kepada anaknya dan mereka meneruskan perjalanan mereka bertemu dengan seorang perempuan tua. Apa? Anak tidak berguna, kata perempuan itu. Kau biarkan ayahmu berjalan tanpa ganjal kaki di tanah yang panas ini? Tidak malukah engkau. Anaknya turun, dan ayah maupun anaknya berjalan kaki, dan ketika mereka menuntun keledai itu di belakang mereka, mereka berjumpa dengan seorang pria tua. Heh? Kau orang-orang goblok, kata orang pria renta itu. Kau punya keledai dan kau berjalan tanpa ganjal kaki di tanah itu, dan tidak menaiki keledaimu? Dan demikianlah seterusnya. Dengarlah kalau kau mengerjakan sesuatu dan orang lain lewat, kerjakanlah saja apa yang kau sukai”.

Pewarisan budaya pada masyarakat sederhana berlangsung dengan cara sederhana untuk mewujudkan tujuan yang sederhana pula. Caranya sederhana lantaran pewarisan budaya dilakukan melalui pertemuan dan pembicaraan langsung. Pertemuan ini juga sangat didominasi oleh keluarga, khususnya antara orang renta dan anak. Tujuannya sederhana lantaran pewarisan budaya hanya ditujukan untuk mewariskan nilai-nilai, khususnya nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam keluarga; kejujuran, kesetiaan, keadilan dan sebagainya.

Pewarisan budaya dalam modernisasi diarahkan untuk mewujudkan mentalitas pembangunan. Bila dikaitkan dengan bangsa kita, modernisasi Indonesia berarti setiap perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia untuk sanggup hidup dengan zaman dan konstelasi dunia kini yang sedang mengacu kepada Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat dan Jepang. Dalam rangka modernisasi, bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional dalam segala bidang kehidupan. Dari kegiatan itu diharapkan muncul insan Indonesia modern. Manusia yang sanggup menyesuaikan diri dengan zaman dan konstelasi dunia bahkan menjadi pembaharu (pencipta ) zaman berikutnya.

O. Proses Pewarisan Budaya Pada Masyarakat Modern

Pewarisan budaya pada masyarakat modern berlangsung dengan cara yang canggih untuk mewujudkan tujuan yang terus berkembang menuju modernisasi untuk mewujudkan tujuan yang sangat komperehensif. Cara canggih lantaran pewarisan budaya tidak lagi hanya terjadi melalui pertemuan langsung, tetapi juga melalui pewarisan langsung. Jarak tidak lagi menjadi penghalang proses berlangsungnya pewarisan budaya jawaban ada dan berkembangnya teknologi komunikasi.

Cara canggih lantaran pewarisan budaya pada masyarakat modern sudah berlangsung melalui media massa dan elektronik. Radio, televisi, dan internet merupakan sarana pewarisan budaya yang kuat besar dalam kehidupan manusia. Pewarisan budaya berlangsung ketika menonton televisi, mendengar radio dan membuka internet. Cara hidup seseorang sanggup tersebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia melalui media komunikasi elektronik. Anak muda dengan bida meniri cara berpakai artis top lantaran melihatnya melalui televisi atau membacanya pada majalah.

Pewarisan budaya tidak lagi hanya terjadi dalam lingkup kehidupan keluarga. Ruang lingkupnya sudah sangat luas, bahkan meliputi seluruh dunia. Tujuan sosialisasi tidak pula hanya didominasi oleh tujuan keluarga; tetapi juga sudah meluas jawaban lahirnya organisasi modern, menyerupai negara. Kehadiran negara sangat menghipnotis tujuan pewarisan budaya, melalui aneka macam biro pewarisan budaya, negara bertujuan untuk mewujudkan tujuan nasional dengan tujuan selesai terwujudnya modernisasi dalam segala aspek kebudayaan.

Berdasarkan pengamatan terhadap modernisasi, hidup modern mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Arus komunikasi yang semakin global dan cepat; Teknologi yang semakin canggih; Efisiensi dalam segala bidang; Edukasi ( pendidikan ); Pembagian kerja; Urbanisasi; Konsumtif. Modernisasi Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan pembangunan nasional. Pada hakekatnya pembangunan nasional dilakukan untuk memerangi kemiskinan dan kebodohan. Meskipun demikian, kita masih juga mempunyai saudara-saudara yang hidup tertinggal dan miskin.

Pemerintah Indonesia telah berbuat banyak, di antaranya dengan meluncurkan acara WAJARDIKNAS 9 tahun, DTL, GNOTA dan Jaringan Pengaman Sosial serta aneka macam Proyek Tenaga Padat Karya. Warga negara Indonesia harus mendukung hal tersebut dengan cara berbagi sikap setia kawan, sederhana, hemat dan tidak memamer-mamerkan kekayaan.

Bila kita amati, nyatalah pelaksanaan hidup modern mempunyai kelebihan-kelebihan, di antaranya: Suka bekerja keras, rajin dan ulet; Berpikir maju, aktif dan kreatif.; Tidak ketinggalan zaman. Di samping kelebihan tersebut, pelaksanaan hidup modern juga mempunyai kekurangan, yaitu: Sering lepas kendali dari tatanan etika lantaran cenderung meninggalkan nilai-nilai agama: masyarakat menjadi hirau tak acuh, egois dan individualistis. Diharapkan pewarisan budaya Indonesia sanggup mewujudkan insan Indonesia dengan kepribadian :
  1. Berorientasi pada masa depan.
  2. Memiliki hasrat tinggi untuk bereksplorasi.
  3. Berorientasi pada achievement.
  4. Percaya pada diri sendiri dan bekerja keras.
P. Perbandingan Proses Pewarisan Budaya pada Masyarakat Tradisional dan Modern

Proses pewarisan budaya terjadi dari dahulu hingga sekarang. Manusia ketika ini sanggup mengetahui budaya insan beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun yang kemudian lantaran adanya pewarisan budaya dengan menggunakan aneka macam media budaya. Pada umumnya orang membedakan pewarisan budaya pada masyarakat tradisional dan modern. Menurut Koentjaraningrat (1999) “masyarakat tradisional merujuk pada masyarakat yang ada pada masa ke-19 dan sebelumnya.” Atas dasar itu, masyarakat modern yakni masyarakat yang hidup pada awal masa 20 hingga dengan sekarang.

Pewarisan budaya pada masyarakat tradisional merujuk pada pewarisan budaya yang terjadi pada masyarakat yang hidup pada masa ke – 19 dan sebelumnya. Sedangkan pewarisan budaya pada masyarakat modern menunjuk kepada proses pewarisan budaya yang terjadi pada masyarakat yang hidup pada awal masa ke – 20 hingga dengan sekarang.

Perbedaan pewarisan budaya pada kedua jenis masyarakat itu di antaranya sanggup ditinjau berdasarkan peranan forum kebudayaan, cara pewarisan budaya, sarana pewarisan budaya dan kecepatan pewarisan budaya.

1. Peranan Lembaga Kebudayaan

Ada 5 (lima) forum kebudayaan insan yang sangat berperan dalam pewarisan budaya dari generasi ke generasi. Kelima forum kebudayaan itu yakni forum keluarga, forum pendidikan, forum agama, forum ekonomi dan forum pemerintahan. Lembaga kebudayaan yang sangat berperan dalam pewarisan kebudayaan dalam masyarakat tradisional yakni keluarga. Pada masyarakat tradisional, orang tua, anak dan anggota keluarga lainnya sering menghabiskan waktu bersama-sama, bersenda gurau dan saling bertukar cerita. Orang renta sering menceritakan dongeng, mitos dan legenda sebagai penghantar tidur anakanaknya.

Lembaga kebudayaan yang sangat berperan dalam pewarisan budaya dalam masyarakat modern selain keluarga yakni forum pendidikan, forum agama, forum ekonomi dan forum pemerintahan. Pada masyarakat modern, anggota keluarga sudah banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, orang renta asyik dengan pekerjaan dan anak lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, mulai dari sekolah, tempat bermain dan tempat berlatih dan berolah raga. Fakta ini memperlihatkan bahwa forum pendidikan menyerupai sekolah merupakan forum yang sangat penting dan utama dalam proses pewarisan budaya dalam masyarakat modern.

2. Cara Pewarisan Budaya

Cara pewarisan budaya pada masyarakat tradisional terjadi secara sederhana, yaitu melalui tatap muka langsung, dari ekspresi ke ekspresi dan praktik langsung. Masyarakat dengan tipe berburu mewariskan keterampilan berburu dengan cara membawa pribadi anaknya untuk turut serta dalam berburu. Pewarisan budaya dilakukan dengan tatap muka langsung, ketika mitos, legenda, dan dongeng diceritakan, orang renta bertatap muka pribadi dengan anak-anaknya. Cara lainnya yakni dari ekspresi ke mulut. Pewarisan budaya sering dilakukan secara berantai, seseorang bercerita kepada temannya, yang kemudian bercerita kepada orang lain, dan seterusnya.

Cara pewarisan budaya pada masyarakat modern berlangsung secara canggih, yaitu melalui tatap muka pribadi maupun tanpa tatap muka. Kecanggihan cara pewarisan budaya pada masyarakat modern terjadi jawaban dari inovasi teknologi komunikasi dan informasi canggih menyerupai telepon, handphone, radio, televisi, dan internet serta alat percetakan yang menimbulkan tersedianya aneka macam jenis buku. Pewarisan budaya sudah sanggup dilakukan melalui teknologi komunikasi dan informasi, yang tidak memerlukan tatap muka langsung. Media elektronik dan media massa mempunyai peranan penting dalam proses pewarisan budaya pada masyarakat modern. Penghantar tidur insan pada masyarakat modern yakni dengan mendengarkan radio dan menonton televisi, sudah sangat jarang orang renta yang membacakan dongeng kepada anak-anaknya menjelang tidur.

3. Sarana Pewarisan Budaya

Pewarisan budaya pada masyarakat tradisional melibatkan sarana yang sangat sederhana, yaitu pertemuan pribadi dan dari ekspresi ke ekspresi dengan melibatkan cerita-cerita rakyat, menyerupai mitos, legenda dan dongeng. Karena sarananya yang sangat sederhana maka ruang lingkup pewarisan budaya pada masyarakat tradisional sangat sempit dan kecil, yaitu meliputi masyarakat satu keluarga dan satu desa.

Pewarisan budaya pada masyarakat modern melibatkan sarana yang sangat canggih, yaitu teknologi komunikasi dan informasi canggih menyerupai telepon, handphone, radio, televisi, dan internet serta alat percetakan yang menimbulkan tersedianya aneka macam jenis buku. Karena sarananya yang sangat canggih maka ruang lingkup pewarisan budaya pada masyarakat modern sangat luas dan besar, yaitu meliputi masyarakat yang sangat luas, bahkan meliputi seluruh dunia.

4. Kecepatan Pewarisan Budaya

Pewarisan budaya pada masyarakat tradisional berlangsung dengan sangat lambat. Tipe masyarakat berburu dan meramu bertahan selama 2000 tahun, hal ini memperlihatkan betapa lambatnya proses pewarisan budaya yang berujung pada lambannya perubahan budaya. Penyebab lambatnya pewarisan budaya pada masyarakat tradisional yakni sarananya yang masih sangat sederhana.

Pewarisan budaya pada masyarakat modern berlangsung dengan sangat cepat. Kian kemari terjadi perubahan budaya yang sangat cepat. Tipe masyarakat bercocok tanam ladang berubah cukup cepat menjadi bercocok tanam tetap, dan selanjutnya berubah cepat menjadi tipe masyarakat kota dengan aneka macam spesialialisasinya. Kota berubah dengan sangat cepat menjadi menjadi metropolitan dengan sistem informasinya yang canggih. Hal ini memperlihatkan terjadinya proses pewarisan budaya yang semakin cepat kian kemari. Penyebabnya yakni cepatnya pewarisan budaya pada masyarakat modern yakni sarananya yang sangat canggih.

Analogi Budaya 8 :

Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!

Perkembangan teknologi informasi yang canggih berakal balig cukup akal ini juga kuat terhadap pewarisan budaya. Selain berdampak positif juga negatif terhadap masyarakat terutama generasi muda. Coba diskusikan dengan teman-teman kalian dan berikan solusi yang tepat supaya perkembangan Iptek tersebut tidak berdampak negatif terhadap masyarakat terutama generasi remaja sebagai penerus dan pewaris budaya bangsa. Selain itu coba kalian berikan juga referensi nyata dalam kehidupan sehari-hari kalian dalam menghadapi perkembangan iptek.

Rangkuman :

Manusia membuat budaya untuk mempertahankan hidupnya dari ancaman dan kekuatan alam yang seringkali tidak bersahabat. Kebudayaan yakni sesuatu hal yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh masyarakat manusia. Kebudayaan setiap masyarakat terdiri dari unsur-unsur kebudayaan yang merupakan pecahan dari suatu kebulatan yang bersifat kesatuan. Secara garis besar, unsur budaya dibagi menjadi tujuh yang dikenal dengan Universal Categories of Culture yaitu peralatan dan teknologi. Dinamika kebudayaan terjadi sebagai jawaban dari adanya interaksi antarmanusia dan kelompok sehingga terjadilah proses saling mempengaruhi. Hal ini yang mendorong insan selalu mengadakan kolaborasi dengan insan lain atau kelompok lain sebagai bentuk penyesuaian dalam menghadapi lingkungan sehingga keberlangsungan hidup insan tersebut sanggup berjalan. Melalui aneka macam proses kebudayaan menyerupai akulturasi, asimilasi atau difusi kebudayaan mengalami perubahan. Ada 2 faktor yang menimbulkan terjadinya dinamika kebudayaan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yakni perubahan penduduk, inovasi baru, ideologi, dan invensi. Sedangkan faktor eksternal yakni lingkungan fisik dan dampak kebudayaan lain.

Berbagai konflik yang terjadi di tempat merupakan fakta sejarah yang pernah ada di Indonesia jawaban ketidakmampuan administrasi dalam mengatur kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal ini kemudian menimbulkan ancaman gres bagi terwujudnya integrasi nasional yang memperlihatkan keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lepasnya Timor Timur dari wilayah negara Indonesia yakni salah satu bukti ketidakmampuan bangsa ini dalam mengelola pluralitas bangsa. Berbagai perasaan etnosentrisme dan primordialisme merupakan penghambat terjadinya integrasi nasional lantaran perasaan akan kebanggaan terhadap budaya sendiri secara berlebihan sehingga merendahkan kebudayaan lain. Sebagai gantinya maka perlunya pengembangan kekuatan multietnik yang tidak mengandung prasangka dan diskrimasi sehingga semua sanggup berjalan dengan adil.

Anda kini sudah mengetahui Dinamika Budaya dan Perwarisan Budaya. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Baker, C. 2005. Cultur Studies (terjemahan). Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Budiardjo, M. 2000. Pengantar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta.

Haviland, W.A. 1999. Ensiklopedia Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Graffiti.

Horton, P. B. and Hunt, C. L.1984. Sociology. McGraw-Hill, New York. p. 635.

Koentjaraningrat. 1997. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

-----------------. 1999. Pengantar Ilmu ANtropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Sedyawati, 2006. Budaya Indonesia: kajian arkeologi, seni, dan sejarah. Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Sibarani, R. 2002. Hakikat Bahasa. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Soekanto, S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Aksara Baru.

Supriyanto. 2009. Antropologi Kontekstual : Untuk Sekolah Menengan Atas dan MA Program Bahasa Kelas XI. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 193.

No comments:

Post a Comment