Contoh Koloid Pelindung dan Koloid Asosiasi, Kimia - Sebelumnya pelajarilah terlebih dahulu mengenai sifat-sifat koloid.
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Di lain pihak, koloid perlu dijaga semoga tidak rusak. Suatu koloid sanggup distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak sanggup lagi mengelompok.
Contoh Koloid Pelindung :
- Pada pembuatan es krim dipakai gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es atau gula.
- Cat dan tinta sanggup bertahan usang lantaran memakai suatu koloid pelindung.
- Zat-zat pengemulsi, ibarat sabun dan detergen, juga tergolong koloid pelindung.
Berbagai jenis zat, ibarat sabun dan detergen, larut dalam air tetapi tidak membentuk larutan, melainkan koloid. Molekul sabun atau detergen terdiri atas potongan yang polar (disebut kepala) dan potongan yang non polar (disebut ekor).
Kepala sabun ialah gugus yang hidrofil (tertarik ke air), sedangkan gugus hidrokarbon bersifat hidrofob (takut air). Jika sabun dilarutkan dalam air, maka molekul-molekul sabun akan mengadakan asosiasi lantaran gugus nonpolarnya (ekor) saling tarik-menarik, sehingga terbentuk partikel koloid (lihat gambar 1).
Gambar 1. Molekul sabun. |
Daya pengemulsi dari sabun dan detergen juga disebabkan oleh agresi yang sama. Gugus nonpolar dari sabun akan menarik partikel kotoran (lemak) dari materi cucian, lalu mendispersikannya ke dalam air. Sebagian materi pencuci, sabun, dan detergen bukan saja berfungsi sebagai pengemulsi, tetapi juga sebagai pembasah atau penurun tegangan permukaan. Air yang mengandung sabun atau detergen memiliki tegangan permukaan yang lebih rendah, sehingga lebih gampang meresap pada materi cucian.
Anda kini sudah mengetahui Koloid Pelindung dan Koloid Asosiasi. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Utami, B. A. Nugroho C. Saputro, L. Mahardiani, S. Yamtinah, dan B. Mulyani. 2009. Kimia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Program Ilmu Alam. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 274.
No comments:
Post a Comment