Friday, September 13, 2019

Pintar Pelajaran Filum Porifera : Pengertian, Ciri-Ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh

Filum Porifera : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh - Kata porifera berasal dari bahasa Latin porus (lubang kecil) dan ferre (membawa). Makara Porifera berarti binatang yang mempunyai tubuh berpori, dikenal juga sebagai binatang sponge atau spons. Porifera ini hidup menetap (sessil) pada dasar perairan. Sebagian besar binatang ini hidup di maritim dan sebagian kecil yang hidup di air tawar. Bentuk tubuhnya beraneka ragam, mirip tumbuhan, warnanya juga sangat bervariasi dan sanggup berubah-ubah. (Baca juga : Hewan Invertebrata)

Porifera mempunyai beberapa karakteristik. Tubuhnya bersel banyak, simetri radial, atau asimetris. Sel-sel tersebut menyusun badan Porifera dalam dalam 2 lapis (dipoblastik), membentuk jaringan yang belum sempurna dan di antaranya terdapat gelatin yang disebut mesenkim. Tubuhnya mempunyai banyak pori, saluran-saluran, dan rongga sebagai tempat air mengalir. Sebagian atau seluruh permukaan dalam tubuhnya tersusun dari sel-sel yang berleher yang berflagelum, disebut koanosit.

Porifera melaksanakan pencernaan kuliner di dalam sel atau secara intrasel. Umumnya Porifera mempunyai rangka dalam. Hewan berkembangbiak secara kawin dan tak kawin. Secara kawin dilakukan dengan sel telur dan sel spermatozoid. Larvanya berbulu getar dan dapat berenang. Sedangkan secara tidak kawin dengan bertunas.
 Kata porifera berasal dari bahasa Latin porus  Pintar Pelajaran Filum Porifera : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh
Gambar 1. Tipe saluran air pada Porifera
Berdasarkan tingkat kompleksitasnya, sistem saluran air pada Porifera dibedakan menjadi tiga, yaitu tipe askon, tipe sikon, dan tipe leukon (rhagon). Perhatikan Gambar 1. Tipe askon merupakan tipe saluran air paling sederhana. Saluran air dimulai dari ostia yang dihubungkan eksklusif oleh saluran ke spongocoel. Dari spongocoel air keluar melalui oskulum. Tipe sikon merupakan tipe saluran air yang terdiri atas dua saluran yaitu inkruen dan radial. Air masuk melalui ostia menuju ke saluran inkruen. Melalui porosit, air dari saluran in kruen menuju ke saluran radial, terus ke spongocoel dan akhirnya keluar melalui oskulum. Sedangkan tipe leucon (rhagon), merupakan tipe saluran air yang paling kompleks. Air dari ostium masuk melalui saluran menuju ke rongga-rongga yang dibatasi oleh koanosit. Dari rongga ini air melalui saluran-saluran lagi menuju ke spongocoel dan akhirnya keluar melalui oskulum.

Porifera banyak menghasilkan spikula yang dihasilkan oleh scleroblast (bagian dari gelatin mesenkim). Hasil sekresi yang berupa silika (zat kersik) atau karbonat (zat kapur) ini mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Ada yang berbentuk monakson, tetrakson, poliakson, heksakson, atau benang-benang spongin. Spikula merupakan struktur badan yang berperan penting untuk membedakan jenis-jenis Porifera. Bentuk dan kandungan spikula ini dipakai sebagai dasar pembagian terstruktur mengenai Porifera. Berdasarkan sifat spikulanya, Filum Porifera dibagi menjadi 3 kelas, yaitu Kelas Calcarea, Hexatinellida, dan Demospongia. Berikut penjelasannya:

1. Kelas Calcarea

Anggota kelas ini mempunyai rangka yang tersusun dari zat kapur (kalsium karbonat) dengan tipe monoakson, triakson, atau tetrakson. Koanositnya besar dan biasa hidup di lautan dangkal. Tipe saluran airnya bermacam-macam. Hidup soliter atau berkoloni.

Mereka mempunyai ciri khusus berupa spikula yang terbuat dari kalsium karbonat dalam bentuk kalsit atau aragonit. Beberapa spesies mempunyai tiga ujung spikula, sedangkan pada beberapa spesies lainnya mempunyai 2 atau empat spikula. [1]

Sponge Calcarea pertama kali muncul pada masa Cambrian dan mempunyai keanekaragaman paling tinggi pada periode Cretaceous. Analisis molekuler terbaru memperlihatkan bahwa, kelas Calcarea seharusnya dimasukkan sebagai filum, khususnya untuk kelas calcacea yang pertama kali menyimpang dari kingdom Animalia. Jenis sponge lainnya termasuk dalam filum Silicarea. [1]

1.1. Diversitas (Keanekaragaman) Calcarea

Ada sekitar 400 spesies sponge pada kelas Calcarea. [2]

1.2. Daerah Persebaran Calcarea

Sponge Calcarea sanggup ditemukan di seluruh tempat lautan, khususnya pada tempat maritim yang mempunyai suhu yang hangat. [2]

1.3. Habitat Calcarea

Habitat sponge Calcarea sebagian besar pada maritim yang bersuhu hangat, sponge Calcarea biasanya ditemukan di perairan dangkal yang terlindung dan mempunyai kedalaman kurang dari 1000 m. Pada tempat tropis calcarea berasosisasi dengan terumbu karang. [2]

1.4. Reproduksi Calcarea

Kebanyakan sponge bereproduksi secara aseksual dengan regenerasi jaringan. Sponge juga sanggup bereproduksi secara seksual dengan menjadi hermaprodit, sprma dan telur sanggup direproduksi secara berurutan atau pada waktu yang sama. Sel sprma dan telur dilepaskan di dalam air dan dibuahi antar spesies. Telur yang dibuahi akan berkembang menjadi larva yang berenang bebas. [2, 3]

1.5. Perkembangan Calcarea

Sponge ini mempunyai sel amoeboid yang berbeda di dalam mesohil (lapisan gelatin  yang tersusun atas sel-sel amoebosit yang sanggup bergerak mengambil kuliner dari sel koanosit dan mendistribusikannya ke seluruh bagiann badan porifera.). Di dalam mesohil, sponge mempunyai bentuk sel sepeti amoeba yang berbeda-beda. Acheochytes yaitu sel berukuran besar dengan ukuran inti sel yang besar. Sel-sel ini bersifat totipoten, yang artinya sel ini sanggup berkembang menjadi banyak sekali macam jenis sel. Sklerosit, bisa mengakumulasi kalsium di dalam mesohil untuk memproduksi spikula, tiga sklerosit akan melebur menjadi satu untuk membentuk spikula pada ruang antar sel. [3, 4]. Sklerosit adalah sel khusus yang mensekresi struktur termineralisasi pada dinding badan beberapa invertebrata. Pada sponge, sklerosit mensekresikan spikula kalkareus atau silikeus yang terdapat pada lapisan mesohil. [35]

Contoh jenis yang menjadi anggota kelas ini yaitu Leucosolenia sp., Scypha sp., Cerantia sp., dan Sycon gelatinosum. Perhatikan Gambar 2.
 Kata porifera berasal dari bahasa Latin porus  Pintar Pelajaran Filum Porifera : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh
Gambar 2. Sycon gelatinosum (museum.wa.gov.au)
1.6. Subkelas dari Kelas Calcarea

1.6.1. Subkelas Calcinea

Memiliki larva yang disebut parenchymella (padat, kompak, dengan lapisan luar berupa sel berflagela; flagela koanosit (collar cells) muncul secara independen di inti, sebagian besar spesies mempunyai 3 spikula; sistem penecernaannya bertipe ascon, sycon, atau jenis leucon; sponge pharetronid dengan kerangka kaku yang terdiri dari spikula yang menyatu atau jaringan berkapur; genus yang termasuk dalam subklas ini yaitu Clathrina, Leucetta, Petrobiona (pharetronid). [5]

Berikut ini yaitu ordo dari Subkelas Calcinea, yaitu :

1.6.1.1. Ordo Clathrinida

Clathrinida merupakan ordo dari Calcinea. Anggota ordo ini mempunyai kerangka berkapur, dan merupakan organisme maritim laut. Sponge ini mempunyai struktur asconoid dan tidak mempunyai membran kulit dermal atau korteks. Spongocoel ini dilapisi dengan koanosit (collar cell). [6]

1.6.1.2. Ordo Leucettida

Leucettida merupakan ordo dari subklas Calcinea. Sponge pada ordo ini mempunyai susunan ruang berflagella atau struktur leukonoid yang memutar. Leukonoid yaitu saluran air dari ostium dihubungkan ke spongocoel melalui banyak percabangan. Ordo ini juga mempunyai membran kulit atau korteks. pongocoel ini tidak dilapisi dengan koanosit, sel-sel koanosit hanya ada pada ruang berflagella. Leucascidae dan Leucaltidae yaitu dua famili dari ordo ini. [7]

1.6.1.3. Ordo Murrayonida

Murrayonida yaitu jenis sponge maritim yang merupakan ordo dari Calcinea. Murrayonida berbeda dari Calcinea lainnya, dimana sponge ini dengan mempunyai kerangka yang lebih kuat, sponge Murrayonida juga mempunyai korteks yang melindungi cormus dan sistem aquiferous leukonoid [8]. Ordo ini terdiri dari tiga spesies yang sudah dikenal, masing-masing berada dalam famili sendiri: Murrayona phanolepis pada famili Murrayonidae, Lelapiella incrustans pada famili Lelapiellidae, dan Paramurrayona corticata pada famili Paramurrayonidae. Murrayona phanolepis ditemukan oleh CW Andrews di Pulau Christmas, kemudian dideskripsikan dan dinamai oleh Kirkpatrick (1910); [10] Kirkpatrick mengusulkan nama spesies itu untuk menghormati Sir John Murray, yang membiayai ekspedisi ke Pulau Natal. [10]

1.6.2. Subkelas Calcaronea

Calcaronea yaitu subclass di Calcarea. Subkelas ini yaitu Calcarea dengan triactines dan sistem basal tetractines sagital (yaitu sinar spicula menciptakan sudut yang tidak sama satu sama lain), sangat teratur. Pada masa ontogenesis atau morfogenesisnya, spikula pertama yang disekresikan yaitu diactina. Choanositanya mempunyai apinucleata. Calcaronea mempunyai larva amphiblastula. [11]

Berikut ini yaitu ordo dari Subkelas Calcaronea, yaitu :

1.6.2.1. Ordo Baerida

Baerida merupakan ordo dari kelas Calcaronea. Berida merupakan Calcaronea Leukonoid dengan kerangka yang tersusun dari microdiactines, di mana microdiactines berada pada belahan ter tentu dari kerangkanya, mirip pada belahan choanoskeleton atau kerangka atrium. Pada umumnya mempunyai spikula yang besar di dalam kerangka kortikal, di mana spikula tersebut menginvasi sebagian atau seluruh belahan choanoderm. Pada sponge dengan korteks yang diperkuat, pori-pori inhalansia sanggup dibatasi dengan saringan yang berbentuk mirip belahan pada alas ostia. Tetractines kecil berbentuk mirip belati (pugioles) pada umumnya merupakan satu-satunya kerangka yang berfungsi sebagai sistem aquiferous exhalant. Meskipun kerangkanya sanggup sangat diperkuat oleh adanya lapisan padat microdiactines di wilayah tertentu, kerangka berkapur aspicular tidak ada pada ordo ini. [12]

1.6.2.2. Ordo Leucosolenida

Leucosolenida merupakan ordo dari sponge berkapur pada kelas Calcarea di dalam filum Porifera. Leucolenida yaitu Calcronea yang pada kerangkanya tidak mempunyai spikula. [13]

1.6.2.3. Ordo Lithonida

Lithonida yaitu ordo dari sponge berkapur pada kelas Calcarea di dalam filum Porifera. Lithonida merupakan Calcaronea dengan kerangka yang diperkuat, yang tersusun dari basal actines yang terdiri dari tetractines atau basal kaku yang terdiri dari kalsit. Spikula diapason umumnya ada pada ordo ini dan mempunyai sistem saluran leukonoid. [14]

1.6.2.4. Ordo Sycettida

Sycettida merupakan ordo dari Calcaronea pada kelas Calcarea. Sycettida terdiri dari kelompok sponge berkapur yang agak beragam, yang termasuk pada famili Sycettidae, Heteropiidae, Grantiidae, Amphoriscidae, dan Lelapiidae. Koanosit dengan inti apikal terbatas pada ruang flagella dan secara umum tidak pernah melapisi spongocoel. Famili dari Sycettidae mirip ordo Leucosoleniida dalam hal hampir tidak mempunyai membran dermal atau korteks yang dimiliki oleh lima famili lainnya. Kerangka yang paling besar (spikula triradiate) ditemukan pada famili Lelapiidae. [15]

2. Kelas Hexatinellida

Pada anggota Kelas Hexatinellida, spikula badan yang tersusun dari zat kersik dengan 6 cabang. Kelas ini sering disebut sponge gelas atau porifera beling (Hyalospongiae), lantaran bentuknya yang seperti tabung atau gelas piala. Tubuh berbentuk silinder atau corong, tidak memiliki permukaan epitel. Contoh anggota kelas ini yaitu Hyalonema sp., Pheronema sp., dan Euplectella suberea. Perhatikan Gambar 3.
 Kata porifera berasal dari bahasa Latin porus  Pintar Pelajaran Filum Porifera : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh
Gambar 3. Euplectella aspergillum (Wikimedia Commons)
2.1. Deskripsi [16]

Hexactinellida atau sering disebut sponge beling tersebar di seluruh dunia, terutama pada kedalaman antara 200 dan 1000 m. Kelompok sponge ini jumlahnya sangat melimpah di Antartika.

Semua sponge beling berdiri tegak, dan mempunyai struktur khusus di pangkalnya untuk menempel besar lengan berkuasa pada dasar laut. Secara morfologi bentuknya radial simetris, biasanya silinder, tetapi ada juga yang berbentuk cangkir, guci, atau bercabang. Ketinggian rata-rata hexactinellida yaitu antara 10 dan 30 cm, tetapi beberapa sanggup tumbuh menjadi cukup besar. Hexactinellida mempunyai rongga sentral yang luas (atrium) dimana air melewati rongga tersebut, spikula yang berbentuk mirip anyaman topi yang rapat melapisi osculum pada beberapa spesies. Hexactinellida kebanyakan mempunyai warna yang pucat. Sponge beling paling mirip dengan sponge syconoid, tetapi sponge beling terlalu banyak berbeda secara internal dibandingkan dengan syconoid.

2.1. Biologi [16]

Sponge beling sanggup dengan gampang dibedakan dengan sponge lainnya dengan investigasi secara internal. Kerangka hexactinellida seluruhnya terbuat dari silika. Spikula yang mengandung silika ini umumnya terdiri dari tiga duri perpendicular (oleh lantaran itu mereka mempunyai enam titik, sehingga mereka disebut sebagai hexactine), yang pada umumnya menyatu, sehingga menciptakan hexactinellids mempunyai kekakuan struktural yang berbeda dari sponge lainnya. Bagian yang tegang di antara spikula jaringan syncytial yang besar dari sel-sel badan yang lembut. Air memasuki badan melalui ruang di dalam untaian syncytial. Di dalam syncytia terdapat unit fungsional mirip dengan koanosit yang ditemukan pada sponge lainnya, tetapi unit-unit ini sangatlah kekurangan inti sel, sehingga lebih sering disebut sebagai collar bodies daripada collar cells. Hexactinellida berflagella, pergerakan dari flagela merekalah yang menyebabkan aliran air melewati sponge ini. Di dalam syncytia ada sel fungsional sebanding dengan archaeocytes yang ada pada sponge lainnya, tetapi sel-sel ini sepertinya memiliiki mobilitas yang terbatas. Hexactinellida kekurangan miosit, sehingga tidak bisa berkontraksi. Sementara Hexactinellid tidak mempunyai struktur saraf, mereka mengirimkan sinyal-sinyal listrik di seluruh badan melalui jaringan lunak syncytial.

2.2. Reproduksi [16]

Hanya sedikit yang diketahui perihal reproduksi hexactinellid dan perkembangannya. Sprma ditransfer ke organisme lain melalui air, dan kemudian harus menciptakan jalan sendiri menuju ke sel telur. Setelah pembuahan, larva diinkubasi selama waktu yang relatif lama, sehingga mereka bahkan membentuk spikula dasar sebelum dilepaskan sebagai larva parenchymella. Hal ini berbeda dari larva sponge lainnya yang jarang mempunyai flagela atau alat gerak lainnya. Setelah larva menempel di dasar laut, larva bermetamorfosis, dan sponge remaja mulai tumbuh. Hexactinellids merupakan sponge yang gampang berkembangbiak.

2.3. Perkembangan dan Pola Makan [16]

Sponge beling murni filter feeder. Sponge hidup pada material detritus makroskopik, mengkonsumsi materi selular, bakteri, dan partikel abiotik yang sangat kecil. Partikel kecil diambil ke dalam melalui arus yang diciptakan oleh collar bodies, partikel tersebut diserap pada dikala melalui saluran di dalam sponge. Collar bodies dilapisi dengan microvili yang menjebak makanan, dan kemudian melewati vakuola melalui collar bodies menuju ke dalam syncytia. Archaeocytes di antara helai syncytial bertanggung jawab untuk distribusi dan penyimpanan makanan. Archaeocytes kemungkinan juga bertanggung jawab pada beberapa hal untuk menangkap makanan. Hexactinellida sepertinya kurang selektif terhadap kuliner yang mereka telan (setiap kuliner yang cukup kecil untuk menembus syncytium dicerna oleh mereka). Karena mereka meiliki sedikit membaran luar dan kurangya ostia, hexactinellida tidak sanggup mengkontrol seberapa banyak air yang melewati badan mereka. Diyakini bahwa stabilitas lingkungan perairan dalam memungkinkan hexactinellids untuk bertahan meskipun kekurangan dalam hal ini.

2.4. Pola Hidup [16]

Hexactinellida hidup secara sessile / menetap. Bahkan larvanya pun sepertinya tidak memperlihatkan gerakan, tidak mirip spons lainnya, hexactinellida tidak berkontraksi ketika dirangsang.

2.5. Nilai Ekonomis [16]

Seperti sponge lainnya, hexactinellida bisa menjadi sumber obat-obatan, meskipun potensi mereka sebagian besar belum dieksploitasi. Sebagian besar sponge beling belum terpegaruh oleh kegiatan manusia. Di Jepang, sponge ini diberikan sebagai hadiah pernikahan. Hexactinellida dari spesies tertentu terlibat dalam kekerabatan simbiosis dengan udang. Pada dikala kecil, dua udang dengan jenis kelamin berbeda memasuki atrium sponge, dan sesudah tumbuh dengan ukuran tertentu kedua udang tersebut tidak bisa pergi. Mereka makan dari materi yang dibawa oleh arus yang dihasilkan oleh sponge, dan kemudian kesannya udang tersebut bereproduksi. Sebuah kerangka sponge beling yang di dalamnya terdapat dua udang diberikan sebagai hadiah ijab kabul di Jepang.

Saat ini hanya sedikit perjuangan yang sedang dilakukan untuk melestarikan spesies hexactinellida. Ada nilai yang besar untuk tetap menjaga populasi sponge beling yang sehat, lantaran sanggup memegang belakang layar ratusan juta tahun evolusi, dan mungkin telah menghasilkan evolusi materi kimia potensial yang mempunyai kegunaan bagi kemanusiaan. Hexactinellida dianggap berkerabat erat dengan Demospongiae.

2.6. Ordo dari Kelas Hexatinellida

Berikut ini yaitu ordo dari Kelas Hexatinellida, yaitu :

2.6.1. Ordo Amphidiscosida

Amphidiscosida Schrammen (Hexactinellida: Amphidiscophora) terdiri dari tiga famili yang terdiri dari dua belas genera, hanya Hyalonema yang dibagi menjadi subgenera berjumlah 12. Ordo ini ditandai dengan adanya amphidiscs dan tidak adanya hexasters sebagai microscleres. Semua anggotanya lophophytous, dengan bentuk badan yang bervariasi dari bundar telur sederhana hingga kerucut, cangkir, silinder, dan varian simetris bilateral lainnya. Dermalia dan atrialia merupakan pentactins pinular dan, jarang mempunyai hexactins, sedangkan hypodermalia dan hypoatrialia yaitu oxypentactins. Jangkar Basal diketahui berupa monactins yang bergigi. Tiap famili dibedakan oleh bentuk choanosomal megascleres utama: diactins di Hyalonematidae, pentactins di Pheronematidae, dan tauactins di Monorhaphididae. [17]

2.6.2. Ordo Amphidiscosa

Amphidiscosa yaitu ordo dari hexactinellida, ditandai dengan adanya amphidisc spikula, yaitu, spikula yang mempunyai disk stellata di setiap simpulan bagiannya. Mereka berada di kelas Hexactinellida dan subclass Amphidiscophora. Organisme ini telah ada semenjak periode Ordovisium, dan masih berkembang hingga dikala ini.  [18]

2.6.3. Ordo Aulocalycoida

Aulocalycoida Tabachnick & Reiswig (Hexactinellida, Hexasterophora) terdiri dari dua famili dan tujuh genera. Ordo ini ditandai dengan kerangka dictyonal longgar yang dibangun di sekitar untaian / helai longitudinal utama yang tersusun dari duri dictyonal yang memanjang. Jala berbentuk tidak teratur. Antar famili dibedakan oleh detail dari konstruksi untai. Untaian Aulocalycidae mengandung filamen aksial berurutan tunggal yang terbatas panjangnya. Untaian uncinateridae mengandung filamen aksial yang tumpang tindih yang disebabkan oleh serangkaian hexactins, duri dictyonal dari tiap individu memanjang tapi tidak terbatas pada panjangnya. Kerangkanya halus dan fleksibel lantaran adanya jarak pada pertumbuhan distal, tidak mirip sponge dari hexactinosidans dan lychniscosidans yang kaku dan rapuh. [19]

2.6.4. Ordo Hexactinosida

Hexactinosa merupakan ordo dari subkelas Hexasterophora padakelas Hexactinellida. Parenkim megascleres pada ordo ini bersatu untuk membentuk kerangka kaku dan seluruhnya terdiri dari hexactins sederhana yang tersusun secara linier paralel. Kerangka tersebut bersatu di dalam  amplop sekunder silika. Beberapa teladan dari ordo ini yaitu Hexactinella, Aphrocallistes, Eurete, dan Farrea. [20]

2.6.5. Ordo Lychniscosida

Ordo Lychniscosida Schrammen (Hexactinellida, Hexasterophora), merupakan ordo yang  mencakup kelompok fosil yang bermacam-macam dan lebih banyak didominasi dari komunitas bentik Cretaceous. Namun, dikala ini hanya mempunyai dua famili dan tiga genera sebagai anggota terbaru. Kelompok ini ditandai dengan pembentukan kerangka dictyonal kaku oleh fusi hexactins lychniscid terutama oleh fusi duri dictyonalia berdekatan yang tersusun bersampingan (pola euretoid). Panjang duri yang membentuk belahan sisi jala dictyonal sangat terbatas hanya untuk lebar satu jala, biasanya berukuran 150-400μm. Famili pada ordo ini dibedakan oleh ketebalan unit struktural (dinding, pilar, piring) dan organisasi dictyonalia, baik dalam susunan yang terdeteksi maupun tidak terdeteksi. Unit struktural (dinding tubulus, pilar) tidak saling terhubung, namun ada kemungkinan untuk menafsirkan dinding tubulus dari Diapleuridae sebagai schizorhyses. [21]

2.6.6. Ordo Lyssacinosida

Lyssacinosida yaitu ordo dari sponge beling subkelas Hexasterophora. Sponge ini sanggup dikenali dengan adanya parenkim spikula yang biasanya tidak berhubungan, dimana hal ini tidak mirip  pada sponge lainnya pada subkelas yang sama, di mana spikula saling berafiliasi kolam secara besar lengan berkuasa maupun lemah untuk membentuk kerangka. [22]

3. Kelas Demospongia

Kelas ini mempunyai badan yang terdiri atas serabut atau benangbenang spongin tanpa skeleton. Kadang-kadang dengan spikula dari bahan zat kersik. Tipe aliran airnya yaitu leukon. Demospongia merupakan kelas dari Porifera yang mempunyai jumlah anggota terbesar. Sebagian besar anggota Desmospongia berwarna cerah, lantaran mengandung banyak pigmen granula dibagian sel amoebositnya. Contoh kelas ini antara lain Suberit sp., Cliona sp., Microciona sp., Spongilla lacustrisChondrilla sp., dan Callyspongia sp. Perhatikan Gambar 4.
 Kata porifera berasal dari bahasa Latin porus  Pintar Pelajaran Filum Porifera : Pengertian, Ciri-ciri, Klasifikasi, Reproduksi, Contoh
Gambar 4. Microciona sp. (dpr.ncparks.gov)
3.1. Habitat [23]

Kelas Demospongiae mempunyai sekitar 4.750 spesies yang berada di dalam 10 ordo. Distribusi geografis mereka berada di lingkungan maritim dari tempat intertidal ke zona abyssal, dan beberapa spesies menghuni air tawar.

3.2. Biologi [23]

Anggota dari Demospongiae berbentuk asimetris. Demospongians tumbuh pada banyak sekali ukuran dari beberapa milimeter hingga lebih dari 2 meter. Mereka sanggup berbentuk krusta tipis, benjolan, pertumbuhan mirip jari, atau bentuk guci. Butiran pigmen pada sel amoebocytes sering menciptakan anggota kelas ini berwarna cerah, mirip warna: kuning terang, oranye, merah, ungu, atau hijau.

Pada demospongia, di dalam mesohil kemungkinan terdapat dua jenis spikula; megascleres dan microscleres dengan 1-4 duri, serat kolagen (spongin). Anggota Demospongiae gampang dibedakan dari Hexactinellida lantaran tidak mempunyai enam duri spikula. Mereka mempunyai struktur leukonoid, dengan choanoderm yang terlipat. Lapisan pinacoderm ada pada seluruh belahan tubu, dan menebal pada belahan mesohil. Semakin tebal mesohil, semakin bermacam-macam bentuk Demospongiae.

3.3. Reproduksi [23]

Demospongiae sanggup bereproduksi secara seksual dan aseksual. Pada reproduksi seksual, spermatosit berkembang dari transformasi koanosit, dan oosit timbul dari archeocytes. Pembelahan sel telur zigot terjadi di mesohil dan membentuk larva parenchymula dengan massa sel internal berukuran besar yang dikelilingi oleh sel flagella eksternal yang lebih kecil. Larva yang dihasilkan berenang memasuki saluran rongga pusat dan dikeluarkan dengan arus exhalant.

Metode reproduksi aseksual meliputi pertunasan dan pembentukan gemmules. Pada pertunasan, agregat sel berdiferensiasi menjadi sponge kecil yang dikeluarkan melalui oscula. Gemmules ditemukan pada famili Spongellidae yang hidup di air tawar. Mereka diproduksi dalam mesohyl berupa gumpalan dari archeocytes yang dikelilingi oleh lapisan keras yang dikeluarkan oleh amoebocytes lainnya. Gemmules dilepaskan ketika badan induk rusak, dan gemmules ini bisa bertahan dalam kondisi yang keras. Dalam situasi yang menguntungkan, sebuah lubang yang disebut micropyle muncul dan melepaskan amoebocytes, yang berdiferensiasi menjadi banyak sekali macam jenis sel.

3.4. Perkembangan dan Pola Makan [23]

Demospongiae bersifat sessile (menetap) dan merupakan organisme bentik. Namun, larvanya mempunyai flagela dan bisa berenang bebas. Semua sponge dari kelas ini yaitu filter feeder, hidup dari basil dan organisme kecil lainnya. Air mengantarkan partikel-partikel kuliner masuk melalui pori-pori luar. Koanosit menangkap sebagian besar kuliner yang masuk, namun pinocytes dan amoebocytes juga sanggup mencerna makanan. Partikel kuliner juga sanggup dicerna eksklusif oleh sel-sel mesohil. Sponge dari kelas ini sangat jarang dimakan oleh binatang lain lantaran rasanya yang tidak enak. Namun, beberapa organisme sanggup hidup pada sponge, dan tinggal bersama mereka sebagai simbion. Beberapa sponge pada kelas ini merupakan “pelabuhan” bagi basil fotosintetik, sementara beberapa jenis lainnya berfungsi sebagai proteksi bagi organisme lain.

3.5. Nilai Ekonomis [23]

Kelompok yang paling penting  dan irit dari demospongians untuk insan yaitu sponge yang dipakai untuk mandi. Sponge jenis ini dipanen oleh penyelam dan juga sanggup ditanam secara komersial. Sponge ini di bleaching kemudian dipasarkan, sponge jenis ini mempunyai spongin sehingga bisa memperlihatkan kelembutan dan daya serap.

Meskipun tidak demospongian kurang dilestarikan dengan, masih ada catatan fosil untuk sponge pada kelas ini. Beberapa Demospongiae ada pada periode Paleozoic awal. Pada awal Cretaceous, semua ordo dari Demospongiae sudah ada.

Tingkatan organisasi merupakan petunjuk yang sanggup dipercaya untuk  mengetahui kekerabatan filogenetik pada kelas Demospongiae. Namun, di antara kelas dari filum Porifera, sulit untuk membedakan kekerabatan evolusioner. Organisasi tidak selalu berafiliasi dengan filogeni, misalnya, struktur leukonoid telah berevolusi secara independen beberapa kali.

3.6. Ordo dari Kelas Demospongia

Berikut ini yaitu ordo dari Kelas Demospongia, yaitu

3.6.1. Ordo Lithistida

Lithistida yaitu ordo dari kelas Demospongia yang mempunyai kerangka retikular yang tersusun atas spikula bersilika yang bentuknya teratur dan menonjol. [24]

Sponge pada ordo Lithistida dikenal menghasilkan bermacam-macam senyawa mulai dari poliketida, peptida siklik dan linier, alkaloid, pigmen, lipid, dan sterol. Sebagian besar senyawa ini mempunyai struktur yang kompleks serta mempunyai acara biologis yang sangat besar lengan berkuasa dan menarik. Sudah ada satu dekade semenjak review menyeluruh yang merangkum perihal produk alami yang dihasilkan ordo sponge yang menakjubkan ini. [25]

3.6.2. Ordo Agelasida

Agelasida yaitu ordo dari Demospongiae dengan acanthostyles tegak berduri (Agelas spicule), kadang kala disebut juga acanthoxeas. Serat spongin (serat Agelas) berintikan dan tersusun oleh acanthostyles lebih lebih banyak didominasi hadir dalam satu famili (Agelasidae). Famili lain (Ceratoporellidae dan Astroscleridae: Astrosclera willeyana) yang disebut sclerosponges mempunyai lapisan tipis jaringan hidup diatas kerangka berkapur basal. Di tempat Mediterania ada satu spesies Agelasida yang masih ada, yaitu Agelas oroides. [26, 27]

3.6.3. Ordo Astroporidha

Definisi: Sponge dengan astrose microscleres (euaster, sterraster, metaster) kadang kala disertai dengan microrhabds (microxeas dan microstrongyles). Megascleres berbentuk tetractines (tetraxones), biasanya berbentuk triaenes, biasanya hampir selalu berkombinasi dengan oxeotes (hugeoxeas, strongyloxeas atau strongyles). Kerangka skeletal radial teratur, setidaknya di tempat perifer. Kedua megascleres tetractinal atau astrose microscleres terkadang bisa hilang, dan menghasilkan genera havingoxeas dan aster, atau oxeas hanya untuk spikula. Kerangkanya radiate dan umumnya bertekstur kasar. [28]

Astrophorida (Porifera, Demospongiaep) terdistribusi luas secara geografis dan batimetrik didistribusikan secara luas. Astroporidha dikala ini meliputi lima famili : Ancorinidae, Calthropellidae, Geodiidae, Pachastrellidae dan Thrombidae. Sampai dikala ini, studi filogenetik molekuler termasuk spesies Astrophorida sangat langka dan jumlah sampelnya terbatas. Hubungan filogenetik pada ordo sebagian besar tidak diketahui dan hipotesis menurut morfologi sebagian besar belum teruji. Astrophorida mempunyai spikula yang sangat bermacam-macam seingga menciptakan mereka menjadi subjek pilihan untuk menyidik evolusi spikula. [29]

Keterangan: Gamet dari Astrporidha hanya dikenal pada beberapa marga, dan tahap larva masih belum diketahui.

Nomenklatur: nama Astrophorida sering dipakai sebagai sinonim dari Choristida. Pada takson ini, selain Astrophorida juga terdapat Spirophorida, yang mempunyai megascleres mirip Astrophorida tetapi mempunyai sigmaspires yang berfungsi sebagai microscleres. [30]

3.6.4. Ordo Chondrosida

Definisi: Sponge tanpa megascleres, tetapi dengan belahan perifer yang sangat berkolagen, encrusting, berukuran massive hingga kecil. Tidak ada megasklera, tapi satu genus (Chondrilla) mempertahankan euaster microscleres (spheraster), yang lain (Chondrosia) tidak mempunyai spikula. Contoh: Chondrilla nucula dan Chondrosia reniformis Ates.

Keterangan: Hanya satu famili yang diakui, yaitu famili Chondrillidae, dengan 3 genera yang valid (total 5 genera). Biasanya, kelompok ini dimasukkan ke dalam ordo Hadromerida, tapi hanya ada bukti yang sangat sedikit mengenai kekerabatan kekerabatan di antara keduanya. [31]

3.6.5. Ordo Dendroceratida

Dalam taksonomi, Dendroceratida yaitu spongedari kelas Demospongiae. Mereka biasanya ditemukan di tempat pesisir dangkal dan pasang surut, dan ada pada sebagian besar pantai di seluruh dunia. Sponge ini pada umumnya dicirikan oleh lapisan konsentris serat spongin, dan ruang berfalgella besar yang terbuka eksklusif ke saluran exhalant. [32]

Dendroceratida (Demospongiae) terdiri dari dua famili dan delapan genera. Sponge ini biasanya lembut dan rapuh, kerangkanya berserat, tetapi seratnya berkurang tanggapan sehubungan dengan volume jaringan lunak, dan mengandung sedikit kolagen pada matriks endosomal. Seratnya bersifat dendritik atau anastomosing, di mana dalam kasus terakhir tidak ada perbedaan yang terang antara serat primer dan serat lainnya. Serat selalu berisi empulur, tebal dan berlapis. Beberapa genera mempunyai elemen seluler (degenerate spongocyte) yang ada pada kulit dan  empulur (dengan jumlah yang lenih rendah). Spikula berserat bebas ada pada satu genus.  [33]

3.6.6. Ordo Dendroceratida 

Definisi : Dendroceratida mempunyai kerangka berupa serat, serat tersebut biasanya berkurang sehubungan dengan volume jaringan lunak dan hampir tidak ada pada beberapa genera. Kerangka terbentuk dari piringan basal yang menyebar secara terus menerus, dan berbentuk kerangka dendritik maupun anastomosing atau retikular. Serat banyak dilapisi, biasanya cukup kuat, dan sering memasukkan unsur-unsur seluler. Spikula berserat bebas (spikuloid) sanggup muncul sebagai pelengkap pada kerangka utama. Choanocyte chambers berukuran besar, berbentuk mirip kantung atau tubular-memanjang. Jumlah mesohyl rendah lantaran berkaitan dengan volume ruang dan kanal, dan hanya terdapat sedikit kolagen. Hal ini, menciptakan sponge pada ordo ini lembut dan rapuh. Empulur di fibresis sangat berbeda dari unsur-unsur pada kulit, dan  strukturnya hampir sama dengan Verongida. Sangatlah umum untuk menemukan serat dengan pigmentasi gelap yang kontras dengan pigmentasi dari mesohil, hal ini seragam pada sponge di ordo ini. (Dictyodendrilla sp.) (Aplysilla rosea) (Aplysilla cross section)

Keterangan : Memiliki larva yang besar, berupa larva parenchymella dengan stuktur dan histologi kompleks. Memiliki kumpulan cilia yang panjang baik banyak maupun sedikit. Anggota dari ordo ini sangat beranekaragam, dengan pola pada tiap-tiap famili yang berbeda. Dua famili yang dikenali dari ordo ini yaitu Famili Darwinellidae (Aplysilidae), Famili Dictyodendrilidae (kerangka retikular sekunder). [34]

Anda kini sudah mengetahui Filum Porifera. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi : Sekolah Menengan Atas dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 290.

Referensi Lainnya :

[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Calcareous_sponge

[2] Wörheide, G. 2002. "Calcarea Introduction" (On-line). Gert Wörheide's homepage about geobiology. Accessed January 13, 2005 at http://wwwuser.gwdg.de/ gwoerhe/calcarea_introduction.html.

[3] Brusca, R., G. Brusca. 2003. Invertebrates. Sunderland, Massachusetts: Sinauer Associates, Inc.

[4] Barnes, R. 1987. Invertebrate Zoology. Orlando, Florida: Dryden Press.

[5] http://www.britannica.com/EBchecked/topic/560783/sponge/32650/Annotated-classification#ref407686

[6] http://en.wikipedia.org/wiki/Clathrinida

[7] http://en.wikipedia.org/wiki/Leucettida

[8] Manuel, M. (2006), "Phylogeny and evolution of calcareous sponges", Canadian Journal of Zoology 84 (2): 225–241, doi: 10.1139/Z06-005

[9] Kirkpatrick, R. (1910), "On a remarkable pharentronid sponge from Christmas Island", Proceedings of the Royal Society of London. Series B, Containing Papers of a Biological Character (The Royal Society) 83 (562): 124–133, doi: 10.1098/rspb.1910.0070, JSTOR 80366

[10] http://en.wikipedia.org/wiki/Murrayonida

[11] http://en.wikipedia.org/wiki/Calcaronea

[12] http://en.wikipedia.org/wiki/Baerida

[13] http://en.wikipedia.org/wiki/Leucosolenida

[14] http://en.wikipedia.org/wiki/Lithonida

[15] http://www.answers.com/topic/sycettida

[16] http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Hexactinellida/

[17] Reiswig, H. M. 2002. Order Amphidiscosida Schrammen, 1924. Springer US. p. 1231. DOI : 10.1007/978-1-4615-0747-5_126

[18] http://en.wikipedia.org/wiki/Amphidiscosa

[19] Reiswig, H. M. 2002. Order Aulocalycoida Tabachnick & Reiswig, 2000. Springer US. p. 1361. DOI : 10.1007/978-1-4615-0747-5_139

[20] http://www.accessscience.com/abstract.aspx?id=317100

[21] Reiswig, H. M. 2002. Order Lychniscosida Schrammen, 1903. Springer US. p. 1377. DOI : 10.1007/978-1-4615-0747-5_142

[22] http://en.wikipedia.org/wiki/Lyssacinosa

[23] http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Demospongiae/

[24] http://encyclopedia2.thefreedictionary.com/Lithistida

[25] Mar Drugs. 2011 Dec;9(12):2643-82. doi: 10.3390/md9122643. Epub 2011 Dec 15. Natural products from the Lithistida: a review of the literature since 2000.

[26] http://encyclopedia2.thefreedictionary.com/Lithistida

[27] Schmidt, O., 1862. Die Spongien des Adriatischen Meeres. Engelmann, Leipzig: 1-88, 7 pls.

[28] http://species-identification.org/species.php?species_group=sponges&id=21&menuentry=groepen

[29] Cárdenas P, Xavier JR, Reveillaud J, Schander C, Rapp HT (2011) Molecular Phylogeny of the Astrophorida (Porifera, Demospongiaep) Reveals an Unexpected High Level of Spicule Homoplasy. PLoS ONE 6(4): e18318. doi: 10.1371/journal.pone.0018318

[30] http://species-identification.org/species.php?species_group=sponges&id=21&menuentry=groepen

[31] http://species-identification.org/species.php?species_group=sponges&id=27&menuentry=groepen

[32] http://en.wikipedia.org/wiki/Dendroceratida

[33] Bergquist, P. R. and S. C. de Cook. 2002. Order Dendroceratida Minchin, 1900. Springer US. p. 1067. DOI: 10.1007/978-1-4615-0747-5_103

[34] http://species-identification.org/species.php?species_group=sponges&id=33&menuentry=groepen

[35] http://en.wikipedia.org/wiki/Sclerocyte

No comments:

Post a Comment