Wednesday, September 4, 2019

Pintar Pelajaran Korelasi Antar Budaya : Pengertian Difusi, Akulturasi, Asimilasi / Pembauran

Hubungan Antar Budaya : Pengertian Difusi, Akulturasi, Asimilasi / Pembauran - Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai sifat berubah. Begitu juga dengan kebudayaan yang bersifat dinamis selalu mengalami perubahan walaupun secara sangat lambat. Perubahan dari kebudayaan, baik secara pribadi maupun tidak langsung, kuat pada budaya lokal. Sebelum mengkaji wacana imbas budaya ajaib terhadap budaya lokal, ada beberapa konsep penting yang erat kaitan nya dengan imbas budaya itu, antara lain difusi (penyebaran), percampuran (acculturation), pembauran (asimilation), dan gegar budaya (cultural shock).

a. Difusi (Penyebaran)


Difusi ialah suatu proses menyebarnya unsur-unsur kebudayaan dari satu kelompok ke kelompok lainnya atau dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, difusi dinyatakan sebagai proses penyebaran atau absorpsi suatu unsur kebudayaan dari satu pihak kepada pihak lain. W.A. Haviland menyatakan bahwa difusi ialah penyebaran kebiasaan atau etika istiadat dari kebudayaan satu kepada kebudayaan lain. Proses difusi berlangsung memakai teknik memalsukan atau imitasi. Meniru lebih gampang daripada membuat sendiri, terutama wacana hal-hal yang baru. Beberapa pola proses terjadinya difusi, di antaranya sebagai berikut.
  1. Unsur-unsur budaya timur dan barat yang masuk ke Indonesia dilakukan dengan teknik meniru. Misalnya, penyebaran agama Islam melalui media perdagangan, berikut cara berdagang yang jujur, dan model pakaian yang digunakan, lambat laun ditiru oleh masyarakat.
  2. Cara berpakaian para pejabat kolonial Belanda ditiru oleh penguasa pribumi.
  3. Cara orang Minangkabau membuka warung nasi dan cara orang Jawa membuka warung tegal.
  4. Cara makan yang dilakukan orang Eropa dengan memakai sendok ditiru oleh orang Indonesia.
Adapun jenis difusi yang dilakukan, antara lain sebagai berikut.

1) Penyebaran intra masyarakat, dipengaruhi antara lain sebagai berikut.

a) Fungsinya dirasakan cocok dan berkhasiat bagi kehidupan masyarakat.
b) Unsur-unsur budaya kawasan gampang diterima atau diserap, contohnya unsur-unsur kebudayaan material dan teknologi, menyerupai materi makanan, pakaian, dan alat-alat per tanian.
c) Unsur-unsur budaya kawasan sangat digemari lantaran keindahan dan rasa.

2) Penyebaran antar masyarakat, dipengaruhi antara lain:

a) kontak antar masyarakat;
b) penyebarannya;
c) ada tidaknya kebudayaan yang menyaingi unsur-unsur inovasi baru.

Bentuk penyebaran yang menerima perhatian dari para antropolog, di antaranya sebagai berikut.
  1. Symbiotic ialah pertemuan antar individu dari satu masyarakat dan individu-individu dari masyarakat lainnya tanpa mengubah kebudayaan masing-masing. Contohnya proses tukar barang yang terjadi antara orang suku pedalaman Kongo dan orang suku pedalaman Togo di Afrika.
  2. Penetration pasifique adalah masuknya kebudayaan ajaib dengan cara hening dan tidak disengaja dan tanpa paksaan. Misalnya, masuknya para pedagang dari Gujarat, Persia dan Arab yang berniat berdagang, tetapi tanpa disadari membuatkan agama Islam.
  3. Penetration violente ialah masuknya kebudayaan ajaib dengan cara paksa. Misalnya, kewajiban melaksanakan seikirei pada masa penjajahan Jepang di Asia.
Peristiwa yang terjadi pada belahan bumi yang lain sanggup disaksikan dan didengarkan pada waktu yang bersamaan, meski orang berada di wilayah yang sangat jauh dari tempat berlangsungnya peristiwa tersebut. Peristiwa peperangan di negara-negara Balkan atau peristiwa kelaparan yang terjadi di Afrika dengan gampang dan cepat sanggup segera diketahui dalam hitungan detik, bahkan secara pribadi sanggup diketahui ketika itu juga. Arus globalisasi warta semakin mempermudah proses difusi kebudayaan, sehabis teknologi internet semakin berkembang sehingga pembauran kebudayaan ajaib tidak sanggup dihindarkan. Hal ini juga berarti semakin mempermudah terjadinya proses pembauran atau per adonan pada suatu bangsa.

Referensi Antropologi :

Globalisasi ialah proses percepatan saling ketergantungan bangsa-bangsa dalam sebuah sistem dunia yang berbentuk jaringan ekonomi, media massa, dan sistem transportasi modern.

b. Akulturasi (Percampuran)


Pencampuran kebudayaan merupakan pedoman kata dari istilah bahasa Inggris acculturation. Percampuran merupakan suatu perubahan besar dari suatu kebudayaan sebagai tanggapan adanya imbas dari kebudayaan asing. Menurut Koentjaraningrat, percampuran menyangkut konsep mengenai proses sosial yang timbul bila sekelompok insan dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan asing. Akibatnya, unsur-unsur ajaib lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa mengakibatkan hilangnya kepribadian kebudayaan asli.

Proses percampuran berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama. Hal disebabkan adanya unsur-unsur kebudayaan ajaib yang diserap atau diterima secara selektif dan ada unsur-unsur yang tidak diterima sehingga proses perubahan kebudayaan melalui prosedur percampuran masih memperlihatkan adanya unsur-unsur kepribadian yang asli.

Mekanisme percampuran sanggup digambarkan sebagai berikut.

1) Unsur Budaya Asing yang Praktis Diterima

a) Unsur-unsur kebudayaan yang nyata wujudnya, menyerupai benda-benda keperluan rumah tangga dan alat-alat pertanian yang mudah dipakai.
b) Unsur-unsur kebudayaan yang besar sekali gunanya bagi si pemakai. Contohnya kendaraan bermotor, menyerupai sepeda motor dan truk pengangkut.
c) Unsur-unsur kebudayaan yang gampang diubahsuaikan dengan masyarakat penerima. Contohnya, penerangan listrik menggantikan penerangan tradisional dan telepon seluler menggantikan telepon rumah.

2) Unsur Budaya Asing yang Sulit Diterima

a) Unsur-unsur kebudayaan yang wujudnya abstrak, contohnya paham atau ideologi negara asing.
b) Unsur-unsur kebudayaan yang kecil sekali gunanya bagi si pemakai, contohnya cara meminum teh.
c) Unsur-unsur kebudayaan yang sukar diubahsuaikan dengan keadaan masyarakat penerima, contohnya traktor pembajak sawah yang sukar menggantikan fungsi bajak yang ditarik kerbau pada lahan pertanian tertentu.
 Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai sifat berubah Pintar Pelajaran Hubungan Antar Budaya : Pengertian Difusi, Akulturasi, Asimilasi / Pembauran
Gambar 1. Traktor pembajak sawah merupakan salah satu pola budaya ajaib yang masuk ke kebudayaan daerah, walaupun awalnya sulit untuk diterima. (miftah/bisnis-jabar.com)

3) Unsur Budaya yang Sukar Diganti

a) Unsur yang mempunyai fungsi luas dalam masyarakat. Misalnya, sistem kekerabatan yang masih berfungsi luas dalam masyarakat Batak.
b) Unsur-unsur yang ditanamkan pada individu semenjak kecil dalam proses pembudayaan ataupun pemasyarakatan. Misalnya, kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang memakan nasi akan sulit diganti dengan roti sebagai masakan pokok.

4) Individu yang Cepat dan Sukar Menerima Kebudayaan Asing

Dipandang dari sudut umur, individu-individu yang berumur relatif muda umumnya lebih gampang mendapatkan unsur-unsur dari luar dibandingkan individu-individu yang berusia lanjut. Selain itu, individu-individu yang sudah mendapatkan kebaikan dari masyarakatnya akan sulit mendapatkan unsur-unsur asing.

5) Beberapa Bentuk Percampuran

Menurut para antropolog, percampuran terjadi dalam banyak sekali bentuk sebagai berikut.

a) Substitusi

Unsur budaya usang diganti dengan unsur budaya gres yang memperlihatkan nilai lebih bagi para penggunanya. Contohnya, para petani mengganti alat pembajak sawah oleh mesin pembajak menyerupai traktor.

b) Sinkretisme

Unsur-unsur budaya usang yang berfungsi padu dengan unsur-unsur budaya yang gres sehingga membentuk sistem baru. Perpaduan ini sering terjadi dalam sistem keagamaan, contohnya agama Trantayana di zaman Singosari yang merupakan perpaduan antara agama Buddha dan Hindu. Demikian juga pada tradisi keagamaan orang Jawa yang masih memperlihatkan perpaduan antara agama Hindu dan Islam.

c) Penambahan (Addition)

Unsur budaya usang yang masih berfungsi ditambah unsur gres sehingga memperlihatkan nilai lebih. Contohnya, di Kota Yogyakarta, penggunaan kendaraan bermotor melengkapi sarana transportasi tradisional, menyerupai becak dan andong.

d) Penggantian (Deculturation)

Unsur budaya usang hilang lantaran diganti oleh unsur baru. Contohnya, delman atau andong diganti oleh angkot atau angkutan bermotor.

e) Originasi

Masuknya unsur budaya gres yang sebelumnya tidak dikenal menjadikan perubahan besar dalam kehidupan masyarakatnya. Contohnya, proyek listrik masuk desa menjadikan perubahan besar dalam ke hidupan masyarakat desa. Energi listrik tidak hanya menggantikan lampu teplok dengan lampu listrik, tetapi juga mengubah sikap masyarakat desa tanggapan masuknya banyak sekali media elektronik, menyerupai televisi, radio, dan film.
 Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai sifat berubah Pintar Pelajaran Hubungan Antar Budaya : Pengertian Difusi, Akulturasi, Asimilasi / Pembauran
Gambar 2. Perilaku masyarakat cenderung berubah dengan diterimanya imbas media elektronik, menyerupai televisi. (Metri Novarinda Asmar/fema.ipb.ac.id)
f) Penolakan (Rejection)

Akibat adanya proses perubahan sosial budaya yang begitu cepat menjadikan dampak negatif berupa penolakan dari sebagian anggota masyarakat yang tidak siap dan tidak oke terhadap proses percampuran tersebut. Salah satu contoh, masih ada sebagian orang yang menolak berobat ke dokter dan lebih percaya ke dukun.

c. Pembauran (Asimilasi)


Pembauran merupakan padanan kata dari istilah asimilation; merupakan proses perubahan kebudayaan secara total tanggapan membaurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga ciri-ciri kebudayaan yang orisinil atau usang tidak tampak lagi. Menurut Koentjaraningrat, pembauran ialah suatu proses sosial yang terjadi pada banyak sekali golongan insan dengan latar kebudayaan yang berbeda. Setelah mereka bergaul dengan intensif, sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan masing-masing menjelma unsur kebudayaan campuran.

Proses pembauran gres sanggup berlangsung bila ada persyaratan tertentu yang mendukung berlangsungnya proses tersebut. Harsojo menyatakan bahwa dalam pembauran dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.

1) Faktor Pendorong Asimilasi

a) Toleransi ialah saling menghargai dan membiarkan perbedaan di antara setiap pendukung kebudayaan yang saling melengkapi sehingga mereka akan saling membutuhkan.
b) Simpati ialah kontak yang dilakukan dengan masyarakat lainnya didasari oleh rasa saling menghargai dan menghormati. Misalnya dengan saling menghargai orang ajaib dan kebudayaan nya serta saling mengakui kelemahan dan kelebihannya akan mendekatkan masyarakat yang menjadi pendukung kebudayaan-kebudayaan tersebut.
c) Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat. Misalnya sanggup diwujudkan dalam kesempatan untuk menjalani pendidikan yang sama bagi golongan-golongan minoritas, pemeliharaan kesehatan, atau penggunaan tempat-tempat rekreasi.
d) Adanya perkawinan adonan (amalgamasi). Perkawinan adonan sanggup terjadi di antara dua kebudayaan yang berbeda, baik dari asal suku bangsa maupun tingkat sosial ekonomi.
e) Adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam setiap kebudayaan mengakibatkan masyarakat pendukungnya merasa lebih akrab satu dengan yang lainnya.

2) Faktor Penghambat Asimilasi

a) Fanatisme dan prasangka, melahirkan sikap takut terhadap kebudayaan lain yang umumnya terjadi di antara masyarakat yang merasa rendah (inferior) dalam menghadapi kebudayaan luar yang lebih tinggi (superior). Contohnya, suku-suku bangsa terasing menyerupai orang Kubu di Sumatra, orang Baduy di Jawa Barat, dan suku-suku terasing di Irian/Papua. Prasangka yang timbul itu membuat mereka menutup diri terhadap masuknya budaya baru.
b) Kurangnya pengetahuan kebudayaan yang mengakibatkan sikap toleransi dan simpati yang kurang berkembang antara suku bangsa.
c) Perasaan superioritas yang besar pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap kebudayaan masyarakat lain. Contohnya, antara masyarakat kolonial dan masyarakat pribumi sehingga integrasi yang terjalin antara yang menjajah dan yang dijajah tidak berkembang.
d) Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat yang akan berakibat pada tidak adanya kebebasan untuk bergaul dengan masyarakat luar. Sebaliknya, orang luar kurang memahami kebudayaan masyarakat tersebut sehingga menjadikan prasangka yang sanggup menghalangi berlangsungnya proses pembauran.
e) Adanya in-group yang kuat. In-group feeling, artinya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan. Misalnya, golongan minoritas Arab dan Tionghoa di Indonesia yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang tajam dengan orang Indonesia asli. Pelaksanaan pergantian nama orang Tionghoa dengan nama Indonesia tidak banyak membawa hasil untuk mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Indonesia bila in-group feeling tidak diatasi lebih dulu.

d. Gegar Budaya

Gegar budaya merupakan padanan kata dari istilah dalam bahasa Inggris culture shock. Gegar budaya, yaitu adanya ketidaksiapan mendapatkan budaya yang gres pada kehidupan. Ada sebuah paradigma yang berkembang bahwa segala yang tiba dari Barat itu unggul dan lebih baik, padahal belum tentu. Bisa saja yang tiba dari Barat itu mengandung nilai-nilai yang tidak sesuai dengan budaya Timur. Nilai-nilai tersebut antara lain sebagai berikut.
  1. Sifat individualisme ialah sifat mementingkan diri sendiri. Hal ini sangat bertentangan dengan budaya Indonesia yang lebih mengutamakan kebersamaan. Sifat individualisme mengingkari kodrat insan sebagai makhluk sosial.
  2. Hedonisme ialah gemar hura-hura. Kehidupan hanya digambarkan sebagai kesenangan belaka dan tidak ada kerja keras.
  3. Sekularisme adalah sikap yang memisahkan antara agama dan urusan dunia. Agama hanya dipandang sebagai proses ritual yang adakala bertentangan dengan kesenangan dunia.
  4. Konsumerisme adalah sifat menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak perlu. Barang lebih ditentukan oleh gayanya bukan fungsinya.
Sifat-sifat tersebut sudah berkembang dengan bebasnya di Indonesia. Hal ini tanggapan dari masuknya budaya ajaib yang begitu bebas dan pemerintah serta masyarakat tidak melaksanakan penyaringan terhadap budaya ajaib tersebut.

Anda kini sudah mengetahui Hubungan Antar Budaya. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Sutardi, T. 2009. Antropologi, Mengungkap Keragaman Budaya 1 : Untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 130.

No comments:

Post a Comment