Thursday, October 17, 2019

Pintar Pelajaran Perbedaan Antara Suspensi Kasar, Koloid, Dan Larutan Sejati, Dispersi Molekuler, Praktikum, Kimia

Perbedaan antara Suspensi Kasar, Koloid, dan Larutan Sejati, Dispersi Molekuler, Praktikum, Kimia - Awan yang berperan dalam insiden penghamburan cahaya matahari merupakan salah satu teladan sistem koloid. Selain awan, bahwasanya kalian sering melihat atau memakai bahan-bahan yang termasuk dalam koloid, ibarat susu, santan, dan minyak. Selain contoh-contoh tersebut, bahan-bahan apa saja yang termasuk dalam koloid? Untuk mcnjawab pertanyaan tersebut, coba kalian lakukan percobaan berikut.

1. Praktikum Mengamati Perbedaan antara Suspensi Kasar, Koloid, dan Larutan Sejati

A. Dasar Teori

Campuran sanggup dikelompokkan menjadi larutan sejati, koloid, dan suspensi. Apabila adonan tersebut terdistribusi secara homogen, adonan tersebut dinamakan larutan sejati. Apabila adonan terpisah menjadi dua fase dan sanggup dipisahkan dengan penyaringan, adonan tersebut dinamakan suspensi, sedangkan kalau tidak sanggup dipisahkan dengan penyaringan adonan tersebut dinamakan koloid.

Larutan sejati, koloid, dan suspensi mempunyai ukuran partikel solut yang berlainan, sehingga ada yang lolos dari penyaringan dan ada yang tidak. Perbedaan ukuran partikel solut tersebut juga menjadikan adonan tersebut mempunyai sifat khusus yang tidak dimiliki oleh adonan lainnya. (Syukri, 1999, Hlm. 453.)

B. Tujuan Percobaan

Membagi adonan dalam suspensi kasar, sistem koloid, dan larutan sejati. Lalu, menyebutkan perbedaan ketiganya

C. Alat dan Bahan Percobaan

Alat Percobaan :

• 5 buah gelas baker 250 mL
• Corong
• Pengaduk
• 3 buah labu erlenmeyer
• Kertas saring
• 3 buah sendok makan
• Lampu senter

Bahan Percobaan:

• Gula pasir
• Susu bubuk putih
• Terigu
• Air
• Santan
• Kecap

D. Langkah Percobaan / Cara Kerja
  1. Masukkan masing-masing 200 mL santan dan 100 mL kecap ke dalam dua buah gelas beker.
  2. Tuangkan 200 mL air masing-masing ke dalam tiga buah gelas beker 250 mL. Masukkan masing-masing 5 sendok makan gula pasir, susu bubuk, dan terigu ke dalam ketiga gelas beker. Aduklah hingga merata (bercampur semua).
  3. Saringlah kelima larutan di atas, lalu amatilah apa yang terjadi.
  4. Sorotlah masing-masing beker tersebut.
  5. Amatilah berkas sinar cahaya dengan arah tegak lurus.
  6. Manakah larutan yang sanggup meneruskan cahaya?
E. Hasil Percobaan

Coba isilah tabel di bawah ini dengan menunjukkan tanda V menurut hasil pengamatan kalian.

Campuran
Keruh
Bening
Timbul
endapan
Dapat
disaring
Tidak
dapat
disaring
Sinar
diteruskan
Sinar di -
hamburkan
Air + gula pasir







Air + susu bubuk







Air + terigu







Santan







Kecap








F. Pembahasan

Untuk memperjelas percobaan ini, coba kalian jawab pertanyaan berikut.
  1. Sebutkan adonan mana yang terlihat bening.
  2. Sebutkan adonan mana yang timbul endapan.
  3. Sebutkan adonan mana yang sanggup disaring.
  4. Sebutkan adonan mana yang sanggup meneruskan sinar.
  5. Sebutkan adonan mana yang sanggup menghamburkan sinar.
G. Kesimpulan

Apa kesimpulan dari percobaan ini? Campuran manakah yang termasuk larutan sejati, suspensi, dan koloid? Bagaimana sifat masing-masing? Diskusikan dengan kelompok kalian dan tuliskan dalam laporan kegiatan, lalu kumpulkan risikonya kepada guru kalian.

Setelah melaksanakan percobaan di atas, tentu kalian sanggup mengelompokkan jenis-jenis campuran, bukan? Larutan gula merupakan teladan larutan sejati. Dalam larutan tersebut, ukuran-ukuran partikelnya ialah sebesar molekul atau ion-ion, sehingga ukurannya sangat kecil. Partikel ini tersebar merata dan menghasilkan satu fase yang homogen sehingga tidak sanggup dipisahkan. Dari hasil pengamatan dengan mikroskop ultra, diketahui bahwa ukuran partikel larutan sejati ialah 0,1–1 μm (nm). Larutan sejati bersifat stabil (tidak sanggup memisah) dan tidak sanggup disaring. Contoh larutan sejati yang lain ialah larutan garam, alkohol, larutan cuka, bensin, dan air laut.

Nah, kini bagaimana adonan antara tepung terigu dengan air?

Campuran tersebut termasuk dalam suspensi kasar. Ukuran partikel yang terdapat dalam suspensi bernafsu lebih besar dari 100 μm. Suspensi bernafsu pada umumnya sanggup kalian lihat dengan memakai mikroskop biasa, bahkan dengan mata telanjang. Suspensi bernafsu terdiri atas dua fase den bersifat heterogen, sehingga gampang sekali dipisahkan. Salah satu cara memisahkan suspensi bernafsu ialah dengan melaksanakan penyaringan. Selain itu, suspensi bernafsu juga bersifat tidak stabil, sehingga sehabis dilakukan pengadukan secara terus menerus lalu didiamkan, make akan terjadi pengendapan. Contoh suspensi bernafsu yang lain ialah adonan kopi bubuk dengan air, adonan air dengan minyak, dan adonan pasir dengan air sungai.

Selanjutnya bagaimana dengan adonan antara susu bubuk dengan air? 

Campuran tersebut menghasilkan suatu "larutan" yang keruh. Sepintas adonan ini tampak homogen, sehingga tidak sanggup dipisahkan maupun disaring. Namun, ternyata sehabis dilihat dengan mikroskop ultra, partikel-partikel susu tersebut masih tersebar dalam air. Sistem adonan ibarat susu ini disebut koloid. Ukuran partikel koloid relatif kecil antara 1-100 μm, maka hanya sanggup disaring dengan filter ultra atau kolodium yang mempunyai ukuran diameter pori-pori saringan 1 μm. Susu yang termasuk salah satu teladan koloid, mempunyai ukuran partikel solut yang berada di antara partikel larutan den partikel suspensi kasar. Karena partikel koloid tersebar merata dalam mediumnya, maka di sini tidak digunakan

istilah solut dan solven, melainkan fase terdispersi dan pendispersi. Jadi, koloid termasuk adonan yang heterogen den merupakan sistem dua fase. Susu bubuk yang terdapat di dalam koloid ini disebut zat yang didispersikan atau fase terdispersi, sedangkan air merupakan medium untuk mendispersikan atau medium dispersi. Contoh koloid yang lain ialah santan, cat, asap, jeli, sedan, buih, busa, den kerikil apung.

Kalian telah mengetahui bahwa partikel-partikel yang ada dalam larutan terdispersi secara merata membentuk larutan homogen yang membentuk satu fase. Nah, kalau partikel-partikel tersebut tidak terlarut tepat dalam mediumnya, maka akan terbentuk suatu sistem yang baru. Kemungkinan sistem membentuk suspensi atau koloid.

2. Komponen Penyusun Koloid [1]

Sistem koloid tersusun atas dua komponen, yaitu fasa terdispersi dan medium dispersi atau fasa pendispersi. Fasa terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. Pada adonan susu dengan air yang disebut di atas, fasa terdispersi ialah susu, sedangkan medium dispersi ialah air. Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi disimpulkan dalam tabel 1. berikut ini.

Tabel 1. Perbandingan Sifat larutan, koloid dan suspensi.

Larutan
(Dispersi Molekuler)
Koloid
(Dispersi Koloid)
Suspensi
(Dispersi Kasar)
  1. Homogen, tak sanggup dibedakan walaupun memakai mi-kroskop ultra
  2. Semua partikel berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) kurang dari 1 nm
  3. Satu fasa
  4. Stabil
  5. Tidak sanggup disaring
  6. Contoh: larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka, air laut, udara yang bersih, dan bensin.
  1. Secara makroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen kalau diamati dengan mikroskop ultra
  2. Partikel berdimensi antara 1 nm hingga 100 nm
  3. Dua fasa
  4. Pada umumnya stabil
  5. Tidak sanggup disaring, kecuali dengan penyaringan ultra
  6. Contoh: sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones.

  1. Heterogen
  2. Salah satu atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100 nm
  3. Dua fasa
  4. Tidak stabil
  5. Dapat disaring 
  6. Contoh: air sungai yang keruh, adonan air dengan pasir, adonan kopi dengan air, dan adonan minyak dengan air.


Anda kini sudah mengetahui Perbedaan antara Suspensi Kasar, Koloid, dan Larutan Sejati. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Premono, S. A. Wardani, dan N. Hidayati. 2009. Kimia : SMA/ MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 282.

Referensi Lainnya :

[1] Utami, B. A. Nugroho C. Saputro, L. Mahardiani, S. Yamtinah, dan B. Mulyani. 2009. Kimia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Program Ilmu Alam. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 274.

No comments:

Post a Comment