Thursday, October 17, 2019

Pintar Pelajaran Pola Koagulasi Koloid, Penggumpalan, Muatan Listrik Partikel, Kimia

Contoh Koagulasi Koloid, Penggumpalan, Muatan Listrik Partikel, Kimia - Pernahkah kalian membuka cat kaleng yang sudah usang tidak digunakan? Cobalah, amati apa yang terjadi pada cat tersebut. Ternyata cat tersebut mengalami koagulasi (penggumpalan). Mengapa koagulasi sanggup terjadi? Bagaimana caranya? Simaklah klarifikasi berikut. 

Koagulasi sanggup dilakukan dengan empat cara, yaitu:

a. Elektroforesis

Pada subbab sebelumnya, kalian telah mempelajari proses elektroforesis koloid. Dalam elektroforesis, koloid diberi arus listrik sehingga partikel bergerak ke elektroda yang berlawanan muatannya. Hal ini menyebabkan partikel menjadi netral dan hasilnya menggumpal serta mengendap di sekitar elektroda.

b. Pemanasan

Jika dipanaskan, koloid akan terkoagulasi lantaran energi partikelnya menjadi lebih besar dan tumbukan antar partikel pun semakin meningkat. Sehingga partikel-partikel koloid menggumpal dan hasilnya mengendap.

c. Penambahan elektrolit

Telah disebutkan di depan bahwa koloid ternyata sanggup bermuatan. Jika muatan tersebut dihilangkan, maka kestabilan akan berkurang dan menyebabkan penggumpalan. Apabila ke dalam suatu koloid ditambahkan elektrolit, koloid tersebut sanggup menyerap ion sehingga akan terkoagulasi, contohnya koloid Fe(OH)3. Jika ditambahkan ion negatif seperti PO43–, maka koloid Fe(OH)3 akan distabilkan oleh ion Fe3+ dengan cara teradsorpsi di permukaannya. Fe3+ di permukaan itu akan terlepas dan membentuk FePO4. Akibatnya, koloid menjadi tidak stabil dan terkoagulasi.

d. Pencampuran dua macam koloid

Pencampuran dua koloid yang berlawanan muatan sanggup menyebabkan terjadinya koagulasi. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik listrik antara kedua muatan koloid. Pada permukaan partikel koloid terjadi perembesan ion. Penyerapan muatan ion ini akan menciptakan partikel koloid bertambah besar, sehingga sanggup mengendap. Misalnya, sol Fe(OH)3 yang mempunyai muatan positif akan mengendap kalau dicampur dengan sol As2S3 yang bermuatan negatif.

Jika kita mau mengamati, bergotong-royong berbagai tragedi koagulasi yang terjadi sehari-hari. Bahkan, dalam bidang industri pun banyak yang memanfaatkan koagulasi untuk proses produksinya. 

Berikut beberapa pola penerapan koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri.

a. Pembentukan delta sungai. Sewaktu air sungai yang mengandung partikel lempung yang tersuspensi (koloid lempung) bertemu dengan elektrolit-elektrolit dari air laut, maka koloid lempung memisah dan membentuk endapan sehingga terbentuklah delta di muara sungai.
b. Gas buangan yang berasal dari pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya sanggup diatasi dengan memakai alat yang disebut Cottrel. Asap tersebut dimasukkan ke dalam ruangan bertegangan listrik tinggi, sehingga elektron akan mengionkan molekul udara. Partikel asap akan menyerap ion positif dan tertarik ke elektroda negatif, lantas menggumpal di sana. Akhirnya gas keluar dalam bentuk padatan.
 Pernahkah kalian membuka cat kaleng yang sudah usang tidak dipakai Pintar Pelajaran Contoh Koagulasi Koloid, Penggumpalan, Muatan Listrik Partikel, Kimia
Gambar 1. Alat Cottrel.
c. Penggumpalan lateks dengan menambahkan asam format. Lateks ialah koloid karet dalam air yang berupa sol bermuatan negatif. Jika ditambahkan ion positif, lateks akan menggumpal dan terbentuk ibarat cetakan.

Asam format, asam organik dengan rumus kimia HCOOH, merupakan zat cair yang tidak berwarna, berbau tajam dan apabila terkena kulit maka kulit menjadi berkeringat. Asam format dihasilkan oleh beberapa jenis semut dan serangga lainnya, tetapi ada pula yang disintesis. Senyawa ini dipakai pada industri kimia untuk penyamakan kulit dan industri tekstil untuk pencelupan. (Mulyono, 2006, hlm. 32)

Anda kini sudah mengetahui Koagulasi Koloid. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Premono, S. A. Wardani, dan N. Hidayati. 2009. Kimia : SMA/ MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 282.

No comments:

Post a Comment